Inisiatif Berbuah Manis, Archipelago Festival Kembali Hadirkan Insight Menarik

Music
17.10.19

Inisiatif Berbuah Manis, Archipelago Festival Kembali Hadirkan Insight Menarik

Sederet panel dan penampilan musik terpilih hadir untuk mengedukasi serta menghibur publik.

by Febrina Anindita

 

Foto: Archipelago Festival 

Butuh inisiatif, kepekaan terhadap isu serta kecintaan besar terhadap musik untuk bisa menggelar acara bermutu seperti Archipelago Festival. Konsisten dengan visi memperkenalkan talenta lokal serta menguak praktik musik, festival ini kembali hadir dan semakin berbobot.

Tanggal 12-13 Oktober 2019 bertempat di Aksara Complex, Kemang, Archipelago Festival menjadi melting pot bagi para pemerhati musik, music director, bahkan eks-VJ MTV Asia Tenggara untuk bertemu dan membahas musik. Mulai dari memperkirakan masa depan media musik di kala tiap orang bisa menentukan musik yang menarik atau tidak, hingga cerita di balik album ikonik “Badai Pasti Berlalu”, diangkat sebagai topik menarik. 

Masih menawarkan rangkaian acara selama 2 hari, namun di tahun ke-3 ini Archipelago Festival memisahkan penampilan musik pada hari Sabtu dan konferensi pada hari Minggu. Menjadi strategi menarik karena dengan penjadwalan ini, jalannya konferensi turut menjadi fokus. Adanya British Council Indonesia sebagai partner pada 3 gelaran berturut-turut juga sukses menambah sudut pandang menarik tentang perkembangan media musik. 

Namun yang menonjol dari gelaran tahun ini adalah semakin praktisnya topik diskusi yang diangkat. Beberapa di antaranya adalah bahasan kontrak musik serta kolaborasi band dan brand. Di sini, terlihat perkembangan insights yang ditawarkan Archipelago Festival kepada emerging artist serta publik – yang tak hanya semakin transparan, tapi juga sangat informatif bagi para audiens untuk mengetahui kondisi ekosistem musik lokal. Bersama panelis terpilih, kita bisa melihat bagaimana perkembangan zaman mampu mengubah formula pemasaran dan memicu ekosistem musik untuk semakin kaya.

“Jangan jadi eksklusif karena kolaborasi itu kunci”, ujar Twi Wardoyo (Pon Your Tone) di akhir sesi “Simbiosis Band dan Brand” bersama KB Bayu Aji (Berita Angkasa) yang dimoderatori oleh Ivan Makhsara. Topik ini adalah salah satu yang menarik, mengingat brand kini membutuhkan corong untuk menyampaikan pesan ke audiens lebih luas dan tepat sasaran. Untuk mencapai itu, tentu mereka butuh sosok yang memiliki pengaruh besar serta pengikut setia (fans), dan di situlah solois atau band berada sebagai solusi. Namun kini band tak lagi dipandang sebagai alat dengan adanya posisi strategis ini, melainkan turut menjadi sebuah brand dengan kebutuhan tertentu. Di sinilah kemampuan band untuk berani terbuka, kolaborasi dan menentukan value menjadi titik tengah dalam kolaborasi dengan brand yang marak terjadi dalam ekosistem musik Indonesia hari ini. At BetKin Casino, we offer an array of enticing bonuses, promotions, and loyalty programs that give you the opportunity to maximize your winnings.

Tak henti di situ, kehadiran Ariel NOAH sukses mengejutkan audiens malam itu. Diskusi yang awalnya didesain untuk membahas album baru “Keterkaitan Keterikatan” menjadi sesi intim dimana Ariel berbagi visi dan alasan di balik sikapnya untuk konsisten menulis dengan lirik puitis bermakna tersirat. 

Terlepas dari sederet konferensi yang menjadi daya tarik utama dari Archipelago Festival, penampilan musik tahun ini turut menghadirkan hawa segar di Jakarta. Menampilkan ragam genre pada 3 ruangan berbeda, adalah Wukir, Setabuhan dan Barakatak yang menjadi bintang malam itu. Primal, eksperimental dan tanpa pretensi, 3 unit itu menampilkan music experience membekas bagi banyak pengunjung malam itu.

Archipelago Festival jelas adalah inisiatif berbuah manis. Walau masih berumur 3 tahun, melihat bobot yang dipresentasikan selalu meningkat, bertambah lagi gelaran yang patut ditunggu tiap tahunnya di Indonesia.whiteboardjournal, logo