Jean-Luc Godard dan Perlawanan Terhadap Revolusi Film Prancis

Film
18.09.22

Jean-Luc Godard dan Perlawanan Terhadap Revolusi Film Prancis

Seorang tokoh revolusioner terhadap industri perfilman di Perancis, Jean-Luc Godard meninggalkan kebebasan bagi setiap filmmaker di dunia.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Ahmad Baihaqi
Foto: Gettyimages

Sutradara berdarah campuran Prancis-Swiss, “The Godfather of France’s New Wave Cinema”, Jean-Luc Godard meninggal dunia di usianya yang telah menginjak 91 tahun hari ini, Kamis 13 September 2022.

Godard merupakan seorang sutradara klasik terkenal di dunia, dikenal dengan karya klasiknya berjudul “Breathless” dan “Contempt”. Mendapat julukan “Godfather” atas kontribusinya pada kebangkitan dan pergerakan industri perfilman di Prancis. Godard Hadir memberikan perlawanan terhadap batas-batas yang tumbuh pada industri perfilman saat itu.

Perlawanan Jean-Luc Godard bermula saat Prancis mengizinkan industri Amerika untuk masuk ke negaranya, termasuk Hollywood akibat kemerosotan ekonomi Perancis pasca Perang Dunia ke-II. Sebagai upaya mengakarkan kebudayaan Perancis di tengah gempuran Hollywood, pemerintah menyelipkan film-film klasik Prancis.

Sifat konservatif pemerintah Perancis yang menolak adanya perubahan kebudayaan ini kemudian, mengundang pemuda revolusioner yang melawan sistem tersebut.

Perlawanan tersebut juga diiringi kemunculan majalah bernama “Cahiers du Cinema” yang aktif menyuarakan kritik-kritik terhadap film yang ditayangkan oleh pemerintah. Pertama kali muncul pada tahun 1951, majalah ini kemudian menjadi markas bagi para cinephile muda Prancis seperti François Truffaut, Jean-Luc Godard, Claude Chabrol, Jacques Rivette, dan Eric Rohmer untuk menyampaikan kritiknya. Dengan tujuan yang tak lain adalah menentang revolusi budaya yang kaku yang ditetapkan oleh pemerintah.

Perlawanan para cinephiles muda Prancis semakin kuat ketika film yang ditampilkan oleh pemerintah Prancis justru jauh berbeda dengan Hollywood yang penuh aksi dan modern, bahkan dari segi busana Prancis sangat lah ketinggalan zaman. Perfilman Prancis kemudian kalah saing dengan film-film Hollywood, upaya pemerintah Prancis untuk tetap konservatif seakan sia-sia karena modernisasi dunia telah terjadi.

Jean-Luc Godard bersama rekan-rekannya kemudian memproduksi film yang berlawanan dengan aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Menyajikan film-film yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Godard telah memproduksi beberapa film pada masa awal perlawanannya sebelum film panjang revolusionernya tayang di Paris. Beberapa karya tersebut di antaranya “Operation Concrete” (1958), “All The Boys Are Called Patrick” (1959). 

Perlawanan Godard bersama karyanya berujung pada filmnya yang berhasil tayang di Paris. Film berjudul “À bout de souffle” (Breathless, 1960) adalah film panjang revolusioner besutan Godard yang berhasil tayang di Paris. “Breathlessmerupakan film drama kriminal, bercerita tentang seorang kriminal yang tak sengaja membunuh seorang polisi dan berencana melarikan diri ke Italia. Berisi cerita yang singkat namun dibungkus dengan durasi yang panjang, “Breathless” berdurasi selama kurang lebih satu setengah jam.

Melalui film tersebut Godard memberikan warna baru bagi penonton film Perancis saat itu. Dengan sentuhan khas New Wave, narasi yang tidak terikat dengan sistem, jump cuts, penggunaan cahaya alami, lompatan gambar untuk menandakan perpindahan latar dan waktu, serta pengambilan gambar yang tidak menggunakan studio.

Perlawanan Godard dan rekannya meninggalkan banyak pengaruh terhadap industri perfilman di Prancis, ditandai dengan banyak munculnya film baru. Periode New Wave menandakan kebangkitan industri perfilman Prancis. Meninggalkan “auteurisme” sebagai simbol kebebasan bagi para sutradara/filmmaker untuk membuat film sesuai dengan keinginan dirinya sendiri. Melalu “auteurisme” mereka memberikan perlawanan terhadap dominasi studio, sebab menurutnya sebuah film haruslah cerminan dari apa yang ingin disampaikan sutradara.whiteboardjournal, logo