Age of Hope

24.10.17

Age of Hope

by Febrina Anindita

 

Teks: Bintang Adinugroho
Foto: Biennale Jogja XIV

Bienalle Jogja akan kembali lagi pada tanggal 28 Oktober hingga 3 Desember mendatang dengan instalasi ke-14. Acara kesenian akbar ini akan menjadi edisi ke-4 dari Equator, sebuah gagasan perjalanan mengitari bumi dalam waktu 10 tahun yang berawal dari Yogyakarta, Indonesia. Tema besar yang digarap tahun ini adalah “Age of Hope” yang dengan pintar menutupi kalimat utuh “Stage of Hopelessness.”

“Age of Hope” sendiri terinspirasi dari “Live Uncertainty,” tema besar pemberhentian terakhir yang dipijakkan oleh tim Bienalle Jogja pada tahun 2016 lalu, yaitu San Paulo Bienalle yang ke-32 di Brazil. Sedangkan “Live Uncertainty” membahas persoalan politik ekonomi yang tidak stabil dari pergantian kekuasaan di Brazil yang terjadi pada tahun sebelumnya dan juga mengetengahkan persoalan ekologi sebagai pangkal persoalannya. Biennale Jogja XIV Equator #4 mempunyai harapan bisa menjawab persoalan ketidakpastian hidup yang telah membuat kita tidak berani untuk berharap karena kenyataan yang semakin sulit untuk dipahami.

Akan ada 9 repertoar yang terdiri dari tiga bagian, “Organizing Chaos” sebagai tema untuk Festival Equator, “Age of Hope” sebagai tema besar untuk untuk Main Exhibition dan Parallel Events, dan “Managing Hope” sebagai tema untuk Biennale Forum. Acara utama nya akan diadakan pada tanggal 2 November hingga 10 Desember dan akan menjelaskan tujuh gagasan narasi yaitu Penyangkalan atas Kenyataan, Kemarahan pada Keadaan, Keputusasaan atas Kehilangan, Kepasrahan dalam Ketiadaan, Penghiburan atas Kehilangan, Kesadaran pada Keadaan, dan Penerimaan atas Kenyataan.

Selain akan dihadiri oleh karya 27 artis Indonesia, 12 artis Brazil juga akan membagi karya-karyanya seperti Tiago Mata Machado, Clara Ianni, Daniel Lie, dan Deyson Gilbert.whiteboardjournal, logo