In this open column submission, Garrin Faturrahman notes how songs that are sung in languages of unfamiliar language can bring comfort, and how there's so much to explore if people can overlook the stigma labelled as "weaboos".
In this Open Column submission, Fadiah Wadud writes (in lowercase) a memoir of her mundane process and struggle to adapt and grapple toward a mechanically loose but simultaneously tied urban society.
Dalam submisi Open Column ini, Dhika Marcendy menilik sistem hierarkis yang menempatkan posisi laki-laki di atas perempuan dalam struktur sosial, berbagai mitos maskulinitas, serta sejarah panjang hubungan antara laki-laki dan kekerasan yang sudah mengakar kuat dalam masyarakat akibat jerat patriarki.
Dalam submisi Open Column ini, Sekar Banjaran Aji Surowijoyo tak bosan terus menerus mengingatkan bahwa keadilan iklim adalah hal yang layak kita dapatkan dalam kehidupan.
Dalam submisi Open Column ini, Ahdini Izzatika menuliskan esainya tentang film Afire (2023) karya Christian Petzold mengenai ego manusia dan irisannya dengan proses berkarya.
In this Open Column submission, Farhan Baridwan unravels the long, grueling journey of finding solace in forgiving after sequences of anger and displeasure from external factors.
Dalam submisi Open Column ini, Fatimah Yusuf bercerita tentang hal yang baru ia sadari setelah dewasa: pentingnya diary bagi kesehatan emosi, terutama bagi para introvert yang tidak mudah menceritakan pengalaman atau perasaannya kepada orang lain.