Portofolio: Each Other Company

08.08.16

Portofolio: Each Other Company

Inisiatif dan Eksperimentasi Fungsi Desain

by Muhammad Hilmi

 

Bagaimana awal mula dibentuknya Each Other Company?

Awalnya kami menginginkan sebuah wadah, ruang kerja, dimana kami dapat bereksplorasi dengan desain, baik itu desain yang berupa fisik, digital maupun ruang, dan bebas berkolaborasi dengan orang-orang dari beragam disiplin yang memiliki visi dan pemikiran yang sama tentang desain, yang bisa saling mendukung satu sama lain.

Kemudian sekitar pertengahan 2015, Each Other Company (EOC) dibentuk sebagai perwujudan dari ruang kerja tersebut, dengan visi untuk menggali lebih dalam peran desain pada penciptaan perilaku, komunikasi dan pengalaman dalam lingkup/persilangannya dengan seni, budaya, sosial maupun komersil. Untuk menjawab apa yang desain dan desainer dapat lakukan selanjutnya dalam merespon masyarakat kontemporer saat ini.

Apa karakter yang ingin dimunculkan pada karya Each Other Company?

Untuk menunjang visi kami, pendekatan yang mungkin paling tepat adalah pendekatan komprehensif, yang menyeluruh. Dimana pola pikir yang kritis dan strategis menjadi kunci dalam setiap pengembangan karya, termasuk dalam menentukan dan menerapkan kebahasaan dan estetika yang tepat. Banyak orang di luaran yang beranggapan bahwa karya kami itu konseptual, eksperimental atau progresif, tetapi kami tidak secara khusus memiliki formula dalam penciptaan estetika. Semua selalu kembali lagi ke tujuan dan konteks dari masing-masing proyek. Kami selalu berusaha untuk menciptakan karya yang kontemporer, sampai sekarang.

Apakah ada karya yang bisa menjadi representasi karakter Each Other Company, baik secara idealisme maupun komersil?

Secara tidak langsung, karya-karya yang kami hasilkan adalah representasi dari karakter pemikiran kami. Proses berpikir itulah yang muncul secara tidak sadar karena dilakukan terus-menerus dan terjadi secara alami. Ini mungkin yang membentuk karakter estetika EOC. Kami sangat beruntung untuk bisa bekerja sama dengan orang-orang seperti Felicia Budi, Marco Cassani dan Andri Tambunan, yang memiliki pemikiran yang sangat terbuka dan maju tentang desain, yang percaya pada desain, yang paham akan visi dan karakter kami sebagai desainer.

Bagaimana approach dan proses Each Other Company terhadap pengerjaan setiap project?

Untuk proyek-proyek komersil, pendekatan dan proses kerja kami selalu dimulai dari penyamaan visi bersama klien, pengumpulan informasi dan data, riset dan pembelajaran kasus. Secara internal, setiap projek dikerjakan oleh satu orang desainer, mulai dari pengembangan konsep hingga implementasi. Proses ini secara berkala akan diulas bersama di dalam tim. Secara eksternal, kami selalu melibatkan peran klien sebanyak mungkin ke dalam proses kerja. Kami yakin bahwa komunikasi yang terbuka dan kolaborasi bersama klien semakin memperkaya pembentukan sebuah proyek/karya.

Sedangkan untuk proyek-proyek inisiatif, proyek tanpa klien, pendekatan dan proses kerjanya cenderung lebih terbuka dan bebas, dengan maksud untuk dapat lebih jujur dalam bereksperimen dan mencari tahu sampai mana kemampuan dan pola pikir kami dapat dikembangkan.

Bagaimana Each Other Company memposisikan idealisme dalam proyek-proyek komersil?

Idealisme kami dalam berkarya adalah desain yang tepat guna, desain yang dapat berkontribusi. Dalam proyek komersil, sudah hampir pasti tujuannya adalah untuk menjual suatu produk/jasa, branding, atau marketing. Di sini pendekatan kerja yang menyeluruh tadi menjadi penting dalam melebur keduanya, idealisme kami sebagai desainer dalam orientasinaya dengan tujuan dari proyek, bagaimana tujuan proyek dapat diolah dan disampaikan dengan cara yang kontekstual secara desain. Sebagai desainer kami harus dapat merespon proyek-proyek komersil dengan cermat dan peka, sehingga peran desain terhadap bisnis/komersil juga dapat dikembangkan. Tidak lantas hanya menghasilkan yang itu-itu saja, membuka celahnya, bahkan mungkin meredefiniskan.

Bagaimana tata manajerial Each Other Company dalam mengelola tiap personil desainer grafis?

Each Other Company dibentuk sebagai sebuah kelompok kerja yang lean, yang padu, dengan alasan untuk memastikan komunikasi dan kerjasama antar personil terjalin dengan baik sehingga tercipta suasana kerja yang positif. Saat ini tim inti kami beranggotakan 3 orang, terdiri dari 2 orang desainer dan 1 orang studio/project manager. Sebagai tim yang lean, masing-masing personil wajib berkerja dengan taktis dan responsif.

Kami bekerja sama dengan desainer yang memiliki kesamaan visi atau yang dapat melengkapi satu sama lain. Setiap desainer sudah pasti memiliki karakternya masing-masing, dan kami menghargai keragaman itu. Kami memberi kebebasan untuk mereka supaya dapat bereksplorasi secara konsep maupun estetika sesuai karakternya, tapi tentu ada batasannya, dimana desainer juga wajib peka terhadap visi bersama dan tujuan dari masing-masing proyek. Bukan semata-mata sebagai ajang untuk unjuk kemampuan diri sendiri, tapi lebih kepada satu visi kolektif.

Bagaimana Each Other Company memposisikan esensi karya graphic design dalam masyarakat?

Desain grafis baru akan berperan, menjadi aktif, apabila ia bersilangan dengan disiplin/lingkungan yang berbeda dan terbuka untuk umum.

Hingga saat ini, kami beruntung untuk memiliki kesempatan bekerjasama dengan orang-orang dari beragam latar belakang tadi, mulai dari seniman, desainer, fotografer, arsitek, penulis, business owner hingga organisasi. Kerjasama ini menjadi menarik bukan hanya karena keragaman cara pandang yang dapat semakin memperkaya karya kami, tetapi juga karena mediumnya lebih dekat dengan publik—seperti pakaian, ruang, foto, makanan, dan lainnya—sehingga secara tidak langsung, ini juga semakin mendekatkan esensi karya desain grafis kepada masyarakat.

Dan inilah yang memang kami ingini sebagai desainer, untuk dapat menciptakan karya, yang tidak hanya sesuai dengan visi kami dan tujuan dari proyek, tapi karya yang esensinya memang dapat hadir di tengah publik. Tidak harus bahwa karya itu mesti berfungsi secara langsung, tapi mungkin lebih kepada karya yang sifatnya ‘menggelitik’, bisa mengintervensi, mengkritik, menyuarakan/menyatakan pendapat, karya-karya yang dapat memancing pertanyaan, menciptakan dialog, diskusi, karya yang menjadi bagian dari masyarakat dan tumbuh bersama lingkungannya.

Bagaimana pengalaman Each Other Company dalam menjadi bagian dari industri graphic design di Indonesia?

Industri kreatif di Indonesia sedang menjadi primadona, terutama sejak dibentuknya Badan Ekonomi Kreatif, dimana eksposur terhadap kreatifitas meningkat begitu pesatnya. Hal ini memberi dampak yang positif tetapi juga perlu disikapi secara kritis.

Secara industri, tentu desain grafis mengalami perkembangan yang begitu positif, banyak desainer grafis dan studio-studio baru yang bermunculan. Demand terhadap jasa desain grafis pun meningkat, banyak start-up dan bisnis baru bermunculan yang mulai melirik kepada desain grafis sebagai aset, investasi bisnis. Tidak sedikit pula dari mereka yang membentuk divisi desain in-house, mengingat betapa pentingnya peran desain sehingga tidak dapat dipisahkan lagi dari aktivitas inti mereka. Hal ini perlu disikapi dengan cermat, bagaimana dalam waktu yang sangat singkat, kompetisi antara sesama desainer dan antara studio independen dan desainer in-house pun menjadi semakin ketat. Tentu ini bisa berdampak positif, karena dalam situasi ini desainer ‘dipaksa’ untuk semakin berinovasi dalam mengembangkan kemampuan dan diri mereka masing-masing.

Di sisi lain, desain tidak melulu tentang industrinya, bukan juga melulu tentang kepuasan pribadi masing-masing desainer dalam berkarya. Desain ada karena perkembangan budaya, ia menjadi bukti peradaban manusia, sama seperti industri.

Yang juga menjadi tanggung jawab seluruh desainer secara kolektif adalah untuk kembali merefleksikan dan semakin menggali lebih dalam akan keterlibatan desain—baik secara praktek maupun diskursus—dalam merespon/menanggapi perkembangan jaman dan masyarakat yang kontemporer saat ini. Jangan sampai kita begitu antusias dalam memajukan industri desain tapi ‘melupakan’ darimana ia berasal, sehingga tercipta kondisi dimana terjadi kesenjangan budaya, seperti yang sudah tidak asing lagi bagi kita sekarang.

Each Other Company
we@eachothercompany.com
eachothercompany.comwhiteboardjournal, logo

Tags