Ai Weiwei Mengajak Kita untuk Mengacungkan Jari Tengah sebagai Simbol Protes yang Nyeni

Art
03.04.23

Ai Weiwei Mengajak Kita untuk Mengacungkan Jari Tengah sebagai Simbol Protes yang Nyeni

Ai Weiwei, seniman asal Cina yang dianggap pembangkang, mengundang masyarakat untuk mengekspresikan emosi dan kekhawatiran terhadap sosok otoriter dengan Middle Finger.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Reiko Iesha
Foto: Avant Arte

Ai Weiwei, seorang seniman kontemporer asal Cina, dikenal sebagai seorang aktivis yang secara terbuka mengkritik pandangan pemerintah Cina terhadap demokrasi dan hak asasi manusia. Sebagai seorang seniman, Ai mengekspresikan amarah dan kekecewaannya melalui karya seni yang pada awalnya tidak ia sadari, yaitu jari tengah Ai yang ditempatkan di depan lokasi-lokasi penuh kekuasaan. Koleksi karya seni ini dimulai dengan jari tengah Ai di depan Tiananmen Square, Beijing.

Pada tanggal 15 April 1989, sekelompok siswa memprotesi kesenjangan komunikasi antara pejabat pemerintahan dengan perwakilan siswa-siswa, dan berharap siswa-siswa diberi kesempatan untuk mengekspresikan kekhawatiran mereka. Namun, aksi protes yang berlangsung hingga 50 hari ini berakhir dengan pembunuhan siswa massal, meninggalkan ribuan korban jiwa, dan sekarang dikenal sebagai June Fourth. Ai sedang tinggal di New York pada masa itu, namun menyadari bahwa pemerintahan Cina tetap tidak berubah ketika ia kembali ke Cina di tahun 1993.

Setiap tahunnya sejak ia kembali tinggal di Cina, Ai selalu datang ke Tiananmen Square pada tanggal 4 Juni untuk peringatan tahunan June Fourth. Amarah dan rasa frustrasi di dalam diri Ai membuatnya menjulurkan jari tengah terhadap Tiananmen Square dan memfotonya di tahun 1995. Tak lama kemudian, Ai mulai memfoto jari tengahnya di depan lokasi-lokasi penuh kekuasaan lainnya, seperti Gedung Parlemen, Gedung Putih, lukisan Mona Lisa, Eiffel Tower, dan Trump Tower. Foto-foto yang dibuat seakan seperti kartu pos tapi disertai oleh jari tengah Ai sebagai tanda cercaan ia sebut sebagai koleksi A Study in Perspective. 


Menyadari bahwa ia bukan satu-satunya individu di dunia yang telah menyimpan amarah dan kekecewaan terhadap sosok otoriter, Ai ingin membuat karya seni sekaligus aksi protes ini terbuka secara online bagi semua orang di dunia. Visi Ai menjadi kenyataan dengan bantuan Avant Arte, suatu platform seni kolaboratif untuk komunitas seniman yang didirikan oleh dua kawan asal Belanda, Christian Luiten dan Curtis Penning, di tahun 2015.

Avant Arte telah merilis suatu platform virtual bernama Middle Finger yang memperbolehkan semua orang untuk memilih lokasi atau monumen di seluruh dunia yang lalu disertakan suatu jari tengah. Sejak perilisannya di tanggal 16 Maret kemarin, sudah ada lebih dari 15,000 orang yang ikut serta.

Dengan arti di balik jari tengah yang menyinggung karena menyerupai bentuk phallus, Ai percaya bahwa bagian tubuh manusia ini dapat digunakan bukan hanya untuk mengekspresikan amarah saja, tetapi juga kritik dan emosi apapun yang dirasakan oleh manusia terhadap suatu tempat berdasarkan pengalaman mereka dengan kekuasaan dan penindasan. Proyek virtual Middle Finger memberikan kesempatan bagi semua orang untuk mengeskpresikan emosi dan niatan mereka. 

Selain proyek virtual ini, Ai juga bekerja sama dengan Avant Arte dalam bentuk pameran bernama Ai Weiwei: Making Sense, yang akan dimulai pada tanggal 7 April hingga 30 Juli 2023 di London Museum of Design. Karya seni Ai, Middle Finger in Red, juga akan dijual oleh Avant Arte selama 24 jam dalam situs resmi mereka mulai tanggal 30 Maret pukul 14:00 GMT. whiteboardjournal, logo