Penjelasan ruangrupa Tentang Tuduhan Antisemitisme di “documenta fifteen”

Art
27.06.22

Penjelasan ruangrupa Tentang Tuduhan Antisemitisme di “documenta fifteen”

“Secara tegas kami menyatakan bahwa tidak ada pernyataan yang bernuansa antisemitisme dalam bentuk apa pun yang disampaikan dalam konteks ‘documenta fifteen.”

by Whiteboard Journal

 

Teks: Setto Lintang
Foto: Thomas Lohnes/Getty Images

Kolektif seni asal Jakarta, ruangrupa, terpilih menjadi direktur artistik pameran seni dunia pada tahun ini, “documenta fifteen” yang diselenggarakan di Kassel, Jerman. Bagi pegiat seni, documenta dianggap sebagai salah satu perhelatan seni yang paling prestisius di samping biennale yang diselenggarakan di berbagai wilayah di dunia.

Sayangnya, kiprah ruangrupa tersebut terjegal dengan tuduhan antisemitisme yang dilayangkan terhadap pelaksanaan documenta pada tahun ini. Tuduhan tersebut pada akhirnya bermuara kepada pembatalan forum diskusi “We need to talk! Art – Freedom – Solidarity” yang semula akan diselenggarakan untuk mendiskusikan secara menyeluruh tuduhan yang dilontarkan tersebut. Terlebih, sejumlah pengisi acara tersebut turut mengundurkan diri (atau mempertimbangkan untuk mundur) beberapa hari sebelum pembukaan forum yang telah direncanakan sebagai tanggapan atas kritik yang disampaikan oleh Josef Schuster, Presiden Central Council of Jews di Jerman.

Terkait dengan tuduhan tersebut, ruangrupa menyampaikan, “Secara tegas kami menyatakan bahwa tidak ada pernyataan yang bernuansa antisemitisme dalam bentuk apa pun yang disampaikan dalam konteks ‘documenta fifteen.” Kolektif asal Jagakarsa, Jakarta Selatan, tersebut pun turut melakukan klarifikasi atas tuduhan terkait dengan afiliasi documenta tahun ini dengan gerakan yang diprakarsai oleh Palestina, yaitu “Boycott, Divestment, and Sanction” atau yang dikenal sebagai BDS.“Dengan keras kami menampik tuduhan ini dan menolak untuk menerima mentah-mentah upaya yang dilandasi itikad buruk yang dilakukan untuk mendelegitimasi para seniman, menghalangi, dan secara preventif menyensor mereka atas dasar latar belakang budaya, etnis, serta praduga posisi politik para seniman,” sambungnya.

Musabab tuduhan antisemitisme terhadap documenta tersebut—termasuk terhadap ruangrupa sebagai direktur artistik “documenta fifteen”—salah satunya berasal dari karya kelompok seniman asal Yogyakarta, Taring Padi, yang ditampilkan dalam rangkaian acara “documenta fifteen”. Karya baliho yang bertajuk “People’s Justice” tersebut menampilkan batusan tentara bersenjata, salah satunya sosok berkepala babi, menggunakan syal Bintang Daud, serta helm bertuliskan “Mossad” (badan intelijen Israel). Terdapat pula figur laki-laki berjanggut, gigi runcing, serta hidung bengkok—gambaran karikatural yang kerap diasosiasikan dengan makna peyoratif terhadap masyarakat Yahudi—dan mengenakan topi bersimbol “SS”, satuan khusus Nazi yang terkenal kejam.

“People’s Justice” karya Taring Padi (Foto: Getty Images)

“Kami kaget ketika baliho ‘People’s Justice’ karya Taring Padi dituduh antisemitis. Kami gagal membaca bahwa simbil tersebut ada di dalamnya. Tetapi di atas semuanya, kami sama sekali tidak punya tendensi ke arah itu,” jelas Ade Darmawan dilansir dari BBC Indonesia.

Lebih lanjut, ruangrupa menuturkan, “Kami sangat berterima kasih atas kritik membangun dan solidaritas yang kami temui dari begitu banyak orang di Kassel, di Jerman, dari institusi, dan juga partner-partner kami.” “Namun, kami juga ingin menunjukkan bahwa banyak serangan terhadap kami tidak dialkuakn dengan itikad baik. Kami merasa bahwa banyak tuduhan terhadap kami dibuat tanpa mencoba terlebih dahulu terlibat dalam dialog terbuka dan pembelajaran yang mutual,” pungkasnya.whiteboardjournal, logo