Gimme 5: Film Quentin Tarantino Pilihan Jordan Marzuki

Film
13.06.19

Gimme 5: Film Quentin Tarantino Pilihan Jordan Marzuki

Dari “Reservoir Dogs” hingga “Jackie Brown”.

by Ghina Sabrina

 

Foto: Rai Maulana/Cotton Ink

Banyak julukan yang bisa disematkan pada Jordan Marzuki ketika membicarakan kiprahnya di industri kreatif. Selain menjadi desainer dan co-founder dari clothing line The Balletcats, ia adalah seorang ilustrator, graphic designer, publisher, dan sutradara yang karyanya meliputi video musik untuk SCALLER hingga Elephant Kind. Berdasarkan serangkaian karyanya, terlihat bahwa ia memiliki ketertarikan terhadap hal-hal yang berbau horor, misteri dan kekejaman. Tidak mengherankan bila ternyata salah satu sutradara favoritnya adalah Quentin Tarantino. Oleh karena itu, kami menanyakan Jordan tentang 5 film dari sutradara eksentrik favoritnya.

Reservoir Dogs (1992)

Terus terang saya sangat suka film Quentin awal-awal, karena tidak terlalu “b-movie” dan tidak berlebihan. “Reservoir Dogs” akan tetap menjadi favorit saya–karena jumlah nonton ulangnya sudah tidak terhitung. Yang paling saya suka adalah kementahan dialog, dan adegan kekerasan di film ini menurut saya paling subtle dan realistis (kalau dibandingkan dengan film-film barunya). Lalu belum lagi narasi “heist gone wrong” tapi sebenarnya lebih ditekankan kuat banget backstory character-nya, dan pembawaannya kayak nonton drama aja (karena tahu kebanyakan dari mereka semua akan mati, jadi lebih seru). Oh iya, soundtrack di film ini menurut saya jadi permulaan signature musik film Quentin, contohnya pas adegan potong kuping pakai lagu Steelers Wheel yang super kontras.

Pulp Fiction (1994)

Hampir sama reason-nya, saya suka sekali early works-nya karena lebih subtle, dan “Pulp Fiction” saya sangat suka sekali chemistry antara Vincent dan Mia, serasa nonton rom-com, again–violence, drugs, gangster stuff, violence seperti cuma balutan. Oh, again dengan narasi tidak linearnya mulai mudah dimengerti daripada “Reservoir Dogs” (at least for me).

Jackie Brown (1997)

Samuel L. Jackson, check. Robert de Niro, check. Pam Grier, check. Kombinasi yang aneh dan belum lagi Robert de Niro seperti orang retarded di sini (imagine peran-peran serius dia sebelum ini).  Film ini convince saya kalo Tarantino konsisten membunuh karakternya di situasi yang tidak menentu. Tidak ada foreshadowing, tiba-tiba mati aja ditembak. Funny as hell. By the way, soundtrack-nya A++++.

Hateful Eight (2015)

Pas nonton di bioskop banyak orang-orang yang walk out, mungkin kelamaan dan expect film koboi full action, tapi malah banyak adegan dialog. Jika biasanya dialog yang agak-agak jorok tidak ada adegannya, kali ini ditayangin adegan oral sex–membuat saya tertawa dan kaget (mixed feelings). Overall ini one of my favorite.

Kill Bill 1 & 2 (2003 & 2004)

It’s like watching Samurai + Western + Anime + Hong Kong Martial Art flick. Comical dan over-the-top violence tetapi ya sudah memang sepertinya universe-nya bukan di dunia nyata. Scene favorite saya pada saat Beatrix Kiddo melawan puluhan Yakuza pakai lagu The Humanbenz – “Nobody But Me”, mirip adegan potong kuping di “Reservoir Dogs”.whiteboardjournal, logo