Melihat Sisi Gelap Musik Underground Manila di Bawah Kepemimpinan Presiden Duterte

Film
19.12.18

Melihat Sisi Gelap Musik Underground Manila di Bawah Kepemimpinan Presiden Duterte

Melalui film dokumenter garapan Boiler Room, “To Live & Die in Manila”.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Wienda Putri Novianty
Foto: It’s Nice That

Boiler Room kembali dengan sorotan musik underground-nya. Namun, untuk pertama kalinya mereka akan menelisik kehidupan musik underground Filipina melalui dokumentasi bertajuk “To Live & Die in Manila”. Berdurasi 17 menit, video akan merekam dan mengeksplorasi secara runut bagaimana kekerasan di bawah kepemimpinan Rodrigo Duterte mempengaruhi cara musisi berkarya untuk menyuarakan kemarahan atas ketidakadilan.

Pertumpah darahan di bawah kepemimpinan Duterte bermula sejak dirinya terpilih sebagai presiden tahun 2016 silam. Sejak itu, kehidupan di Filipina dipenuhi rasa ketakutan dan ketegangan. Kebijakan Duterte untuk menumpas gembong-gembong narkoba di Filipina berakhir dengan terbunuhnya 20.000 orang di tahun 2018. Hal tersebut membuat Angela Stephenson – selaku sutradara tergerak menyelami kemarahan musisi Filipina lebih dalam melalui kehidupan musik underground di Manila.

Selama 17 menit, dokumenter ini akan menggali secara mentah sisi gelap yang terjalin di masa kepemimpinan Duterte. Sebagai perkenalan, video ini diawali dengan sebuah narasi singkat Duterte, berbicara secara gamblang akan membunuh 3 juta warga Filipina yang berhubungan dengan narkoba. Sederet musisi hip hop Filipina seperti Den Sy Ty, Eyedress, BP Valenzuela, Teenage Granny hingga Jeona Zoleta turut hadir sebagai kelanjutan mengisi klip yang dipenuhi luapan kritik mereka terhadap tindakan Duterte. Film ini juga menghadirkan footage-footage skena musik underground di Filipina sebagai pembuktian bahwa musik hadir untuk menyuarakan keadilan.

Dokumentasi ini dirasa sukses merekam perspektif gelap di balik hiruk pikuk kota Manila. Terasa sangat intim,  jelas “To Live & Die in Manila” menjadi pembuktian bahwa pemerintah Filipina sedang dirundung krisis moralitas. Namun, lewat film ini, Boiler Room mampu menunjukkan bahwa di balik kekejian Duterte, masih ada harapan dari sederet pejuang kecil yang mampu menyuarakan kemanusiaan melalui musik.whiteboardjournal, logo