“Opus”, Film Final Konser Ryuichi Sakamoto akan Rilis pada 2024 Mendatang

Film
22.10.23

“Opus”, Film Final Konser Ryuichi Sakamoto akan Rilis pada 2024 Mendatang

Anak Ryuichi Sakamoto, Neo Sora menyutradarai film final konser mendiang ayahnya dalam format hitam putih dengan bantuan kamera 4K.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Ahmad Haetami
Foto: Kab Inc. Label

Komponis legendaris Jepang Ryuichi Sakamoto yang sampai akhir hayatnya masih menciptakan musik, dalam dokumenter Coda (2017) pernah merenung, “The piano doesn’t sustain sound. I’m fascinated by the notion of a perpetual sound, one that won’t dissipate over time. Essentially, the opposite of a piano, because the notes never fade. I suppose in literary terms, it would be like a metaphor for eternity.”

Renungan Ryuichi Sakamoto soal bagaimana piano ibarat metafora dari keabadian ini akan terus beresonansi pada otak para penggemarnya lewat film konser final hitam putih berjudul Opus. Film ini akan dirilis secara lebih luas pada tahun 2024 mendatang. Film yang disutradarai langsung oleh anak Sakamoto, Neo Sora, merekam penampilan Sakamoto pada bulan-bulan menjelang kematiannya di bulan Maret setelah berjuang melawan kanker selama tujuh tahun.

Sebelumnya, film Opus sudah tayang terbatas pada beberapa film festival dunia, seperti pemutaran perdananya pada Venice Film Festival September lalu dan baru-baru ini pada bulan Oktober di BFI London Film Festival dan New York Film Festival.

Neo Sora, dalam wawancara di New York Film Festival 2023 mengatakan, film ini berangkat dari keinginan langsung Sakamoto dalam membuat film konser yang seakan dia bermain utuh karya-karya musiknya selama beberapa jam. Kondisi kesehatan Sakamoto yang makin buruk pada akhirnya menghasilkan keputusan penampilan musik Sakamoto direkam selama delapan hari.

Film konser berdurasi 103 menit ini akan menampilkan permainan lighting yang memukau. Sora memaksimalkan fungsi lighting untuk menciptakan experience bagaimana rasanya jika menonton penampilan Sakamoto sepanjang hari penuh, mulai dari malam hari lalu berganti pagi, menuju siang hari, kemudian matahari terbenam dan bertemu kembali dengan malam. 

Selain lighting, hal yang patut ditunggu-tunggu oleh penonton adalah bagaimana sentuhan sinematografer Bill Kirstein merekam jari-jari Sakamoto menari di piano sekaligus menampilkan letupan-letupan emosi dari wajah Sakamoto dengan bantuan tiga kamera 4K.

Set list penampilan musik dalam film konser ini dikurasi langsung oleh Sakamoto. Sakamoto akan memainkan 20 komposisi musiknya, mulai dari musik ketika ia bergabung bersama Yellow Magic Orchestra, musik untuk film pertamanya, Merry Christmas Mr. Lawrence, musik untuk film The Last Emperor yang meraih Oscar, hingga musik pada album terakhirnya, 12.

Neo Sora mengatakan kalau timnya melakukan proses syuting di lokasi yang menantang, yakni di studio yang sangat tua dan punya lantai kayu yang ringkih. Studio itu bernama 509 Studio di NHK Broadcast Center Tokyo, tempat Sakamoto menjadi pembawa acara radio di tahun 80-an. Alat-alat kamera yang cukup berat seperti dolly camera sulit dipakai karena bakal mengeluarkan bunyi derit di lantai yang akan mengganggu musik Sakamoto.

“Sangat tegang. Begitu dia masuk ke dalam ruangan, Anda bisa merasakan kalau udara berubah. Semua orang gelisah, tidak selalu dalam cara yang buruk, tetapi mesti ada perhatian dan fokus yang tajam,” cerita Sora dalam proses syuting film final konser tersebut.whiteboardjournal, logo