Google Health Kembangkan Alat Screening Kanker Payudara dengan AI

Human Interest
01.12.22

Google Health Kembangkan Alat Screening Kanker Payudara dengan AI

Tujuannya adalah untuk membantu ahli radiologi meningkatkan deteksi kanker payudara dan penilaian risiko.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Shania Indah Adiyobikenia
Foto: Nvidia Blog

Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, baru-baru ini Google memberikan lisensi kepada perusahaan teknologi medis iCAD untuk menggunakan model penelitian AI untuk deteksi kanker payudara. Teknologi ini dilisensikan oleh Google untuk pertama kalinya dengan harapan untuk menghasilkan deteksi kanker payudara dan penilaian risiko yang lebih tepat.

Menurut manajer komunikasi Google Nicole Linton, kedua bisnis tersebut ingin melepaskan teknologi tersebut ke dalam dunia medis pada tahun 2024. Namun, dengan berlangsungnya penelitian dan pengujian, kemungkinannya untuk dikomersialkan masih belum dapat ditentukan.

Kolaborasi ini memajukan upaya Google sebelumnya untuk menyempurnakan diagnosis kanker payudara. Kembali pada tahun 2020, peneliti Google menemukan bahwa sistem AI-nya berhasil melampaui ahli-ahli radiologi dalam menemukan gejala kanker payudara yang diterbitkan dalam sebuah artikel di jurnal Nature. Di antara ribuan mammogram yang diperiksa, model tersebut menurunkan positif palsu hingga 5,7 persen dan negatif palsu hingga 9,4 persen.

iCAD berencana untuk memasukkan model penelitian AI mamografi Google ke dalam alat iCAD yang sudah ada. Yang pertama adalah alat “ProFound AI” yang menganalisis gambar dari tomosintesis payudara digital (DBT). iCAD juga berencana untuk menggunakan model Google dengan alat evaluasi risikonya, yang menurut perusahaan memberikan perkiraan risiko kanker payudara yang disesuaikan untuk setiap orang.

AI diharapkan suatu hari dapat membantu ahli radiologi beserta pasiennya. Secara general, profesional medis menggunakan pendekatan AI dengan hati-hati. Terlalu mengandalkan AI tanpa melibatkan dokter untuk menilai semua nuansa kesehatan pasien, terutama saat mencoba mendeteksi kanker stadium awal, dapat meningkatkan risiko overdiagnosis. Dengan demikian, sistem AI direncanakan untuk menghasilkan diagnosis yang detail – bukan cuma sekadar “kanker” dan “tidak ada kanker”. whiteboardjournal, logo