Mengapa Pemerintah Negara Asia Tak Ambil Sikap Terhadap Perang di Ukraina?

Human Interest
15.03.22

Mengapa Pemerintah Negara Asia Tak Ambil Sikap Terhadap Perang di Ukraina?

Ribuan masyarakat dari berbagai wilayah di Asia telah mengikuti protes anti perang tetapi pemerintah masih saja belum memberi tanggapan terhadap perang Rusia-Ukraina ini.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Jesslyn Sukamto
Photo: via BBC

Perang Rusia-Ukraina baru-baru ini telah berhasil mengumpulkan masyarakat di seluruh dunia dalam solidaritas — seperti banyaknya penggalangan dana untuk Ukraina, hashtag #IStandWithUkraine yang menggemparkan seluruh media sosial, banyaknya protes-protes anti-perang di berbagai bagian dunia — memegang satu tujuan bersama yaitu mengakhiri perang yang hampir dijuluki World War III ini. Meskipun demikian, perang ini juga membuat kita merasa takut, khawatir akan dampaknya pada kondisi dunia ini. 

Sejak invasi militer ke Ukraina, sebagian besar negara di seluruh dunia bersatu di bawah resolusi PBB untuk menuntut diakhirinya operasi militer Rusia di Ukraina. Namun, tidak semua dari mereka yang antusias mengambil bagian dalam mengakhiri totalitarianisme Rusia di Ukraina, contohnya negara-negara seperti China, India, Pakistan, Vietnam, Bangladesh, Sri Lanka, Laos, dan Mongolia jelas menunjukkan penolakan mereka untuk mengambil tindakan tegas terhadap Moskow.

Sementara itu, sekutu barat seperti Australia, Jepang, Taiwan, Korea Selatan telah menjatuhkan sanksi, membuat Rusia sebagai negara yang paling dihujani sanksi di seluruh dunia. Tokyo dan Seoul bahkan memblokir beberapa bank Rusia yang menggunakan platform keuangan global SWIFT. 

Meskipun beberapa negara menunjukkan dukungan mereka dan memberlakukan beberapa sanksi, itu tidak berdampak banyak pada Rusia. itu karena negara-negara Asia yang telah bergabung dengan sanksi yang dipimpin barat hanya menyumbang 8% dari perdagangan global Rusia. Sementara Asian Giants seperti China dan India yang meyumbang 18% dari perdagangan Rusia hanya duduk diam dan bahkan lebih buruk lagi, “mendukung” invasi ini.

Ini menimbulkan pertanyaan, mengapa negara besar seperti China dan India mau menunjukkan dukungan terhadap this totalitarianism nightmare?

First of all, untuk China, ini merupakan sebuah balancing game bagi mereka. Semua yang China lakukan terhadap krisis ini adalah menimbang manfaat mensupport Ukraina versus dampak dari tidak mengambil tindakan apapun. Terutama ketika China sudah menjadi trading partner terbesar Rusia bahkan sebelum dimulainya invasi. Sebaliknya, sejumlah besar perusahaan Rusia sudah mulai melepaskan penggunaan mata uang negara barat dan lebih bergantung dengan mata uang China untuk melakukan transaksi. China juga lumayan notorious terhadap prinsip-prinsip tentang hubungan internasional mereka, prinsip-prinsip tentang integritas teritorial, kedaulatan, non-intervensi yang diterapkan pada Xinjiang, Tibet, dan Taiwan.

Dipikir-pikir, ini sangatlah masuk akal terhadap aksi Taiwan yang tidak segan mengumbar ke seluruh dunia akan solidaritas mereka yang sangat kuat terhadap Ukraina, karena mereka berada di posisi yang sama, dispionase atau dikendalikan oleh negara-negara rezim berkekuatan besar.

Untuk negara lain seperti India dan Vietnam, Rusia telah menjadi pemasok senjata terbesar mereka, dan mereka harus tetap mengoperasikan bisnis senjata tersebut untuk pertahanan mereka terhadap China. Tetapi India, bagaimanapun, juga merupakan bagian dari aliansi empat negara —  AS bersama dengan Jepang dan Australia — untuk melawan presence China yang semakin meningkat. Ini mungkin membuat Anda berpikir, jadi sebenarnya India mendukung Rusia, atau tidak? Sebenarnya India ada di pihak siapa?

Kalau mengambil tindakan mereka sebagai konsiderasi, saya kira tindakan ini hanyalah semacam defense mechanism India, yang hanya didorong oleh kepentingan geopolitik dan ekonomi mereka sendiri, dan kurang didorongi oleh prinsip atau penghormatan terhadap norma-norma internasional, walaupun sudah sangat jelas banyaknya kehidupan orang-orang yang hancur, innocent lives lost, yang disebabkan oleh invasi ini.

Dalam banyak aspek, saya rasa ini juga bagaimana beberapa tindakan pemerintah Asia terhadap invasi Rusia dapat dilihat. Banyak protes anti-perang, donasi, program awareness yang ingin kita ambil bagian untuk menyelamatkan ukraina, tapi ini bukan merupakan sebuah  privilege yang dimiliki negara-negara Asia yang lebih kecil. Negara-negara Asia yang lebih kecil tidak memiliki privilege untuk mengkritik kekuatan besar seperti China dan Rusia, karena mereka percaya bahwa negara-negara rezim besar itu akan menghukum mereka.

Selain itu, karena China memilih permainan menunggu, pemerintah Asia lainnya memilih untuk diam juga, mengobservasi tindakan China, yang juga tengah mengamati dengan seksama apa yang terjadi di Ukraina dan menyusun strategi apa rencana dan tindakan mereka terhadap Rusia.

Banyak negara Asia Tenggara ingin Rusia memainkan peran penyeimbang ketika mengambil China sebagai konsiderasi, terutama mengingat seberapa besar kekuatan China atas Asia sekarang. Agar perang ini berhenti, China harus mengambil tindakan, baik dalam memutuskan apakah mereka ingin terus mendukung Rusia, atau menghentikan invasi ini. 

Meskipun beberapa negara Asia berkontribusi dengan menandatangani resolusi PBB untuk menghentikan Rusia dari menyerang Ukraina, itu tidak membantu banyak karena Rusia bakal tetap melanjutkan serangannya, dengan menyalahkan kaum “radikal dan nasionalis” dari pemerintah Kyiv. Sejauh ini, 141 dari 193 negara anggota memilih untuk resolusi, 35 memilih  abstain dan 5 memilih untuk menentang. Resolusi tersebut tidak mengikat secara hukum, resolusi ini hanya bertujuan untuk meningkatkan tekanan pada Moskow, dan juga merupakan kemenangan diplomatik untuk masyarakat Ukraina dan AS.

Dengan trendnya sosial media dan keunggulan dalam mendapatkan update terkini, kita sebagai masyarakat bisa mendapatkan akses terhadap berita dalam hitungan sekejap. Ini membuat kita sangat gampang untuk memberi opini terhadap perang ini, tetapi itu bukan berarti demikian terhadap pemerintah. Apa yang kita inginkan terjadi, bukan berarti itu sejalan dengan apa yang akan diputuskan oleh pemerintah. Pemerintah-pemerintah Asia yang memilih untuk diam di tengah kekacauan ini perlahan mengikis kepercayaan warganya. 

Seiring pemerintah kita menunggu kepastian China, kita sebagai warga pastinya tidak sabar menunggu keputusan pemerintah, oleh karena itu pentingnya kita untuk menyebarkan kesadaran dengan menyumbang, berbagi berita ke teman dan keluarga, dan jika Anda bisa, bergabung dengan protes, tidak berdiam diri saja juga seperti apa yang pemerintah kita lakukan.whiteboardjournal, logo