Para Peneliti Temukan Hubungan antara Sistem Imun, Kesehatan Mental, dan Dampak COVID-19

Human Interest
06.12.21

Para Peneliti Temukan Hubungan antara Sistem Imun, Kesehatan Mental, dan Dampak COVID-19

Para peneliti menemukan hubungan timbal balik antara sistem imun dan kesehatan mental.

by Whiteboard Journal

 

Tulisan: Hafiza Dina
Foto: Center for Disease Control and Prevention

Kesehatan mental bukan hanya tentang mental itu sendiri. Meski ungkapan ini bukan lagi hal yang baru, tetapi temuan para dokter dan psikiater pada masa pandemi COVID-19 semakin memperkuat ungkapan tersebut. Penemuan ini diawali pada musim gugur tahun 2020, saat para psikiater menemukan satu fenomena: kelompok dengan masalah kesehatan mental lebih rentan mengalami gejala COVID-19 dengan lebih parah. Temuan ini kemudian digali lebih dalam oleh Katlyn Nemani, seorang neuropsikiatri di New York University.

Pada awal tahun, tepatnya pada bulan Januari, Nemani dan beberapa koleganya memaparkan hasil galian yang mereka lakukan. Dari 7.348 pasien COVID-19 di New York, pasien dengan schizophrenia lebih rentan meninggal 2,5 kali lipat dari pasien lain, bahkan setelah faktor-faktor lain━penyakit kardiovaskular, diabetes, obesitas, faktor demografi, dan fasilitas kesehatan━disesuaikan sedemikian rupa. Penemuan Nemani dan tim pun perlahan menjadi katalis bagi penelitian-penelitian lain yang mengungkapkan hal serupa: dampak kesehatan dari COVID-19 berisiko lebih besar pada kelompok dengan masalah kesehatan, termasuk depresi, bipolar, dan schizophrenia. 

Nemani menegaskan bahwa risiko ini bukan berkaitan dengan peluang terinfeksi, tetapi lebih ke “gejala dan dampak kesehatan” yang lebih parah saat individu dengan masalah kesehatan mental terkena COVID-19. Dan hal ini, menurut Charles Raison, seorang psikiater dan peneliti di University of Wisconsin Madison, memiliki keterkaitan dengan faktor biologis-psikologis dari individu yang bersangkutan. Lebih spesifiknya, persoalan ini berkaitan dengan hubungan antara kesehatan mental dan sistem imun, yang sayangnya, bertimbal-balik.

Adanya ‘stressor’ kesehatan mental bisa membuat individu menjadi lebih rentan mengalami inflamasi━respons tubuh, khususnya sistem imun, terhadap partikel berbahaya━yang lebih kronis, yang menyebabkan dampak COVID-19 terhadap tubuh semakin parah. Begitu pula sebaliknya; sistem imun yang terguncang bisa menimbulkan masalah kesehatan mental. Lebih jauh, terinfeksi COVID-19 juga bisa meningkatkan risiko individu untuk terkena masalah kesehatan mental.

Meski masih banyak pertanyaan dari fenomena ini, tetapi para peneliti meyakini bahwa penemuan ini bisa berguna untuk ke depannya. Setidaknya, masyarakat dapat menyadari terlebih dulu bahwa kesehatan mental bukan hanya perkara mental semata; ia juga menyerang bagian-bagian tubuh lain, dan bukan hanya berdampak bagi otak. Apalagi, CDC juga sudah memasukkan kelompok dengan masalah kesehatan mental pada daftar kelompok berisiko tinggi. Ini, bisa menjadi bekal pengetahuan di ranah kedokteran untuk akhirnya dapat mencapai satu tujuan: menyelamatkan hidup orang banyak.whiteboardjournal, logo