Tren Cerita Sad Nipple Syndrome di TikTok Angkat Diskursus Penting Tentang Penyakit Ini

Human Interest
09.09.22

Tren Cerita Sad Nipple Syndrome di TikTok Angkat Diskursus Penting Tentang Penyakit Ini

Minimnya riset terhadap Sad Nipple Syndrome buktikan rendahnya perhatian terhadap masalah kesehatan perempuan. 

by Whiteboard Journal

 

Teks: Ghina Prameswari
Foto: Natalie Meagan

TikTok kini dikenal sebagai tempat di mana tren lahir dan berkembang. Dalam beberapa bulan ke belakang, diskursus tentang Sad Nipple Syndrome kembali terangkat karena banyaknya pengguna aplikasi tersebut yang membahas masalah ini. Banyak pengguna mengutarakan kebingungan mereka akan perasaan sedih yang tiba-tiba muncul ketika puting mereka disentuh. Beberapa menjelaskan perasaan itu sebagai rasa bersalah dan kecemasan, selagi pengguna lain mendeskripsikannya sebagai ‘nostalgia’ dan ‘kesedihan yang datang tiba-tiba’.

Fenomena Sad Nipple Syndrome bukanlah hal baru. Diskusi tentangnya telah dilakukan sejak tahun 2004, meski belum pernah dibicarakan dalam penelitian atau konferensi ilmiah. Tercatat riset mengenai Sad Nipple Syndrome telah dicanangkan sejak tahun 2010, namun belum membuahkan hasil yang memuaskan. Sampai dengan saat ini, wacana mengenai Sad Nipple Syndrome masih sangat terbatas. Hal ini mempersulit penderitanya untuk bisa memperoleh informasi dan menemukan solusi. 

Meski begitu, dalam sedikitnya temuan tentang Sad Nipple Syndrome, beberapa peneliti menemukan keterkaitan antara fenomena ini dengan Dysphoric Milk Ejection Reflex atau D-MEX. D-MEX merupakan perasaan sedih yang muncul ketika menyusui dan biasanya berlangsung hingga beberapa menit. D-MEX sering disalahartikan sebagai bentuk dari post-partum depression. Meski terdapat beberapa kemiripan, D-MEX digolongkan sebagai jenis gangguan yang berbeda dari PPD. 

Sreedhar Krishna, seorang konsultan dermatologis, mengungkapkan bahwa D-MEX dapat terjadi karena adanya penurunan dopamin sementara. Walau tak umum, fenomena ini dapat juga terjadi pada seseorang yang tidak sedang menyusui. Baik D-MEX maupun Sad Nipple Syndrome dapat dialami oleh siapapun terlepas dari gendernya. Meski begitu, karena perempuan memiliki puting yang lebih sensitif, D-MEX dan Sad Nipple Syndrome lebih umum diidap oleh perempuan. 

Beberapa media seperti Vagina Museum dan Refinery29 menyayangkan minimnya informasi mengenai Sad Nipple Syndrome. Meninjau ini merupakan fenomena umum, sedikitnya riset dapat dilihat sebagai bentuk ketidakseriusan dalam mengkaji permasalahan seputar kesehatan perempuan. Hal ini diperparah dengan sedikitnya ahli yang teredukasi mengenai Sad Nipple Syndrome. Menyebabkan keluhan pasien tidak diindahkan, atau dianggap ‘mengada-ngada’ dan ‘tak rasional’. whiteboardjournal, logo