Varian Coronavirus Omicron: Bahasa Yunani Kuno, Modern, dan Perdebatan di Antaranya

Human Interest
15.12.21

Varian Coronavirus Omicron: Bahasa Yunani Kuno, Modern, dan Perdebatan di Antaranya

Permasalahan mutasi coronavirus menjadi berbagai varian ternyata bukan hanya berdampak pada kesehatan atau sosial-ekonomi saja. Namun, varian-varian ini juga melahirkan perdebatan di ranah kebahasaan.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Hafiza Dina
Photo: CDC

Hampir dua tahun pandemi COVID-19 berjalan, beriringan pula dengan digencarkannya vaksinasi selama setahun terakhir, ternyata tidak serta merta membuat coronavirus musnah. Justru, virus ini bermutasi menjadi berbagai varian, yang diberi nama dengan menggunakan alfabet Yunani, mulai dari alpha, delta, hingga yang terbaru adalah omicron. Terlepas dari perasaan bangga yang turut hadir, penggunaan alfabet Yunani untuk varian coronavirus juga memunculkan kekhawatiran baru di kalangan orang Yunani dan Yunani-Amerika.

Seperti yang dipaparkan oleh Sylvia Papapostolou-Kienzl, pembawa acara sebuah program radio berbahasa Yunani tiap hari Minggu pagi di New York, “Diam-diam, kami selalu bangga dengan penggunaan bahasa Yunani untuk segala penemuan ilmiah, bahkan saat digunakan untuk memberi nama varian virus baru yang nyatanya membuat panik masyarakat.”

Namun, nyatanya, penggunaan alfabet Yunani untuk menamai varian coronavirus turut memunculkan problematika baru: pelafalan dari nama-nama tersebut tidak selalu pasti. Bahkan, tantangan ini sudah ditemui sejak sebelum pandemi COVID-19 melanda. Belum ada tata cara pelafalan bahasa Yunani kuno yang secara seragam disepakati oleh Para Linguis. Namun, satu hal yang pasti diakui oleh Para Linguis: pelafalan bahasa Yunani kuno dan modern seringkali berbeda.

Berbeda dengan alpha dan delta yang tidak terlalu asing bagi orang-orang yang tidak berbahasa Yunani, omicron dianggap sulit untuk dilafalkan. Bahkan, sejak ribuan tahun lalu, omicron diucapkan dengan cara yang beragam, mengikuti dialek asal daerah tempat tinggal. Armand D’Angour, Profesor Sastra dan Bahasa Klasik di University of Oxford, mengakui bahwa memang tidak ada satu cara tunggal untuk mengucapkan omicron.

Namun, Profesor Yunani Kuno di Yale University, menyatakan hal lain. Omicron, baik dalam bahasa Yunani kuno maupun modern, dilafalkan “AWE-mee-kron.” Meski begitu, Bakker juga tidak menyalahkan cara-cara pelafalan omicron lainnya, seperti “oh-MIKE-ron,” yang sering digunakan oleh masyarakat Amerika.

Rupanya, persoalan perihal pelafalan kata dalam bahasa Yunani ini cukup serius. Menurut Katherine E. Fleming, Rektor di New York University dan seorang sejarawan Yunani modern, “Perdebatan menggambarkan kekhawatiran orang-orang Yunani akan hilangnya kepopuleran pengetahuan asal Yunani.” 

Pada saat yang sama, bagi beberapa orang, kesalahan pelafalan omicron justru menjadi hiburan menyenangkan di tengah pandemi COVID-19. Seorang warga Yunani, Danae Kavalioti mengakui, bahwa ia terhibur dengan kesalahan pelafalan ini. Dan baginya, sangat wajar bagi orang yang tidak familiar dengan bahasa Yunani untuk melakukan kesalahan dalam melafalkan omicron

Persoalan serupa kasus omicron diprediksi akan dialami oleh varian coronavirus selanjutnya: Pi. Jika penggunaan pi akan diadopsi, akan terdapat dua cara pelafalan: seperti pelafalan “pie” dalam bahasa Inggris, atau “pee” dalam bahasa Yunani modern.

Bahasa Yunani sendiri telah berubah drastis saat ini, seiring dengan berjalannya waktu dan bergantinya kekuasaan. Prof. D’Angour bercerita bahwa alfabet Yunani yang saat ini banyak digunakan pertama kali diadopsi oleh masyarakat Athena pada 403 SM. Bahasa Yunani modern lahir setelah bahasa Yunani kuno berkembang dan mengalami beberapa perubahan, sejalan dengan perluasan dan pergantian kekuasaan. Sedangkan, saat ini, cara pelafalan bahasa Yunani yang digunakan oleh masyarakat umum adalah campuran kuno dan modern.whiteboardjournal, logo