Who, What, Why: Bima Saragih

Human Interest
30.08.20

Who, What, Why: Bima Saragih

Salah satu kontributor Open Column 2 yang percaya bahwa menulis bisa menjadi wadah untuk seseorang yang sedang kesusahaan.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Niskala H. Utami

WHO

Bima Saragih, atau dikenal dengan nama pena Annastasya Azzahra , adalah salah satu kontributor dalam proyek buku Open Column 2 dengan puisinya yang berjudul “Esok Akan Baik Saja”. Saat ini ia bekerja sebagai guru di sebuah instansi bimbel di Jakarta. Walaupun itu, ia tidak lepas menjadikan menulis sebagai fokus utamanya. Menjadi penulis adalah impiannya, ia melihat “tulisan” sendiri sebagai medium yang bisa menyampaikan perasaan dan emosi, serta aksi menulis dan hasil tulisan sebagai bentuk jaminan eksistensi. Maka itu, ia rajin mengunggah karya tulisan ke akun Instagramnya untuk lima ribu pengikutnya. Sekilas melihat akunnya, bisa dilihat bagaimana Bima menggunakan kata-kata puitis untuk membangun sebuah komposisi kalimat. Sekarang, Bima sedang berusaha untuk menyelesaikan proyek terkini, yaitu antologi cerita pendek yang ia ingin kirim ke penerbit mayor. 

WHAT

Sekilas membaca karya tulisannya berjudul yang berjudul “Esok Akan Baik Saja”, pembaca bisa merasakan kesan optimisme dalam saat-saat kegelisahaan. Setelah membaca kesekian kali, baru pembaca melihat sebuah sindiran dalam optimisme yang disajikan. Dalam “Esok Akan Baik Saja”, sang penulis mempertanyakan “kita” secara kolektif budaya dan bagaimana “kita” sedang mengalami luka atau kesusahan tetapi dianjurkan untuk tetap optimis terhadap esok yang akan datang. Walaupun pikirkan itu sendiri tidak salah, Bima merasa bahwa tidak salah juga untuk sakit dan mengaku “kita” sedang kesakitan. Dari perasaan itu, lahirlah “Esok Akan Baik Saja”. Puisi ini sudah lama ditulis, sejak 2018, ketika Bima mengalami masa transisi menjadi dewasa. Bima mengaku bahwa ia sendiri masih kurang teredukasi terhadap kesehatan mental di Indonesia walaupun ia sendiri pernah merasakan tekanan dan depresi dari berbagai aspek. Namun, ia percaya bahwa karya tulisan dan aksi menulis bisa menjadi wabah bagi seseorang untuk menjadi lebih baik. 

WHY

Dalam 60 kata, “Esok Akan Baik Saja” berlaku sebagai peringatan, bahwa kami semua manusia yang akan mengalami kesusahan. Terkadang kita perlu merasakan dan mengakui kesusahan itu dan tidak menggap enteng. Tantangannya adalah bagaimana kita bisa tetap percaya dengan akan kedatangan hari esok di masa kita tidak percaya akan ada hari esok. Bima sendiri memberikan pesan harapan terhadap para pembaca. Ia meminta agar pembaca tidak berhenti berharap dan mencoba berbicara dengan seseorang. Sekarang banyak organisasi, komunitas, dan psikolog yang mampu membantu secara profesional, ada juga keluarga dan teman yang mampu memberikan dukungan, dan jika masih tidak cukup ada Tuhan yang Mahabaik. Intinya, pasti ada cara atau seseorang yang mampu mendengarkan dan membantu kita dalam masa-masa ketidakpastian. 

Dari seseorang yang menulis kegelisahan terhadap sikap masyarakat yang ingin memberi harapan terhadap keesokan hari hingga menjadi seseorang yang memberikan harapan tersebut, Bima adalah bukti bahwa semua manusia pasti akan mengalami masa susah. Akan tetapi, akan selalu ada hari esok untuk mereka. Mau mereka percaya atau tidak. 

Dalam tulisannya itulah, ia mampu mengonstruksi alir yang lancar dari kata-kata untuk membangun sebuah emosi. whiteboardjournal, logo