Who, What, Why: Extinction Rebellion Indonesia

Human Interest
28.02.20

Who, What, Why: Extinction Rebellion Indonesia

Gerakan aktivisme isu krisis iklim yang menuntut perubahan dari pemerintah dan korporasi melalui aksi langsung.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Annisa Nadia Harsa
Foto: Extinction Rebellion Indonesia

WHO

Extinction Rebellion Indonesia adalah sebuah inisiasi gerakan aktivisme yang berfokus pada isu krisis iklim dan merupakan perpanjangan dari organisasi Extinction Rebellion yang pertama kali dimulai di London pada 31 Oktober 2018 yang silam. Gerakan Extinction Rebellion di Indonesia sendiri sudah diinisiasi pada Juli 2019 silam oleh Defrio Nandi yang sekarang berperan sebagai koordinator nasional. Setelah melihat kesuksesan gerakan Extinction Rebellion di negara-negara Eropa dalam menggerakkan mosi masyarakat seperti aksi massa “Fridays for Future” yang dimulai oleh Greta Thunberg, Defrio Nandi memutuskan untuk memulai gerakan ini di Indonesia. Sebagai seseorang yang antusias dalam mengatasi isu krisis iklim, Defrio Nandi percaya bahwa filosofi dan pendekatan dari gerakan Extinction Rebellion yang dibutuhkan di Indonesia. Sebagai komunitas internasional, Extinction Rebellion percaya bahwa inisiatif bisa datang dari siapa saja, bahwa gerakan yang efektif tidak mementingkan eksklusivitas dan hierarki. Maka dari itu, Extinction Rebellion Indonesia memiliki fokus untuk mengangkat isu krisis iklim dengan pendekatan baru, melalui aksi langsung yang damai tanpa adanya kekerasan.

WHAT

Dalam program-programnya, Extinction Rebellion Indonesia menggunakan pendekatan bernama theory of change. Yang dimaksud dari ini adalah perubahan bisa datang melalui aksi langsung dengan turun ke jalan tanpa keterlibatan suatu kekerasan atau violence melalui non-violent direct action. Aksi langsung yang dimaksud dari theory of change tersebut dilakukan melalui aksi demonstrasi damai dengan turun ke jalan serta diskusi dengan masyarakat tentang urgensi isu krisis iklim. Dengan aksi damai yang bertujuan untuk mengedukasi publik, program-program Extinction Rebellion Indonesia diharapkan dapat menyadarkan masyarakat awam maupun pemerintah terhadap urgensi isu krisis iklim. Hal ini sejalan dengan fokus dari visi Extinction Rebellion Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh Indonesia pada tiap tahunnya. Pencetusan gerakan ini pun diawali sebagai bentuk respon terhadap Perjanjian IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) yang melibatkan berbagai macam negara di dunia untuk menetapkan target pengurangan emisi gas karbon sebelum tahun 2025. Respon dari Extinction Rebellion pun tidak lupa didahului dengan penelitian akademik perjanjian khusus tersebut, yang kemudian diikuti oleh keterlibatan massa.

Sebagai gerakan yang fokus pada isu krisis iklim, Extinction Rebellion Indonesia juga kerap berpartisipasi meramaikan aksi Jeda Iklim, sebuah aksi long march di Taman Aspirasi dari berbagai organisasi dan aktivis yang peduli akan masalah perubahan iklim. Pada bulan Oktober tahun lalu, Extinction Rebellion Indonesia juga turut berikut serta dalam kampanye “Rebellion Week”, sebuah aksi long march di mana aktivis-aktivis isu iklim mengekspresikan keluh kesah dan berdiskusi tentang solusi-solusi yang diharapkan, terutama solusi dari pemerintah.  Untuk sekarang ini gerakan Extinction Rebellion Indonesia masih berfokus di Jakarta dikarenakan adanya pemerintah pusat yang memiliki kantor di Jakarta. Meski demikian, gerakan ini pun berharap bahwa jangkauan mereka akan mencakup kota-kota lain di Indonesia. Kota-kota seperti Yogyakarta dan Bali pun sudah memulai diskusi tentang memulai gerakan ini, dan isu-isu yang melanda kota lain di Indonesia pun tak luput dari diskusi yang dilaksanakan oleh Extinction Rebellion Indonesia. 

WHY

Sebagai komunitas aktivisme isu krisis iklim, Extinction Rebellion memiliki fokus dan menargetkan adanya keterlibatan dari pemerintah dan korporasi. Hal ini dikarenakan instansi atau korporasi memiliki wewenang dan kemampuan untuk membawa perubahan dalam skala lebih besar dan waktu yang lebih cepat sehingga perubahan substansial akan terjadi lewat jika adanya alur top-down. Pendekatan dari advokasi tersebut diyakini oleh Extinction Rebellion sebagai penanganan yang memadai untuk urgensi aspek eksistensial pada masalah krisis iklim tersebut. Ini dilakukan melalui aksi langsung, dengan long march dan diskusi bersama masyarakat, yang memang menjadi filosofi Extinction Rebellion di seluruh dunia. Semua ini didasari oleh fondasi yang lebih besar lagi, yaitu keinginan untuk menjaga keberlanjutan dan kelestarian bumi sebagai tempat yang layak dihuni bagi generasi-generasi yang akan datang. Dengan adanya kesadaran dan perubahan-perubahan substansial ini, Extinction Rebellion yang sekarang telah berada di sekitar lima puluh negara berharap bahwa keberlangsungan hidup di bumi akan terus terjaga.whiteboardjournal, logo