Who, What, Why: Kaki Kota

Human Interest
15.05.20

Who, What, Why: Kaki Kota

Inisiatif pengembangan kota Banjarmasin yang berfokus dengan menjalin kebersamaan dan solidaritas antar warga.

by Whiteboard Journal

in partnership with British Council - DICE (Developing Inclusive Creative Economy)

Teks: Annisa Nadia Harsa
Desain: Diaz Gatra

WHO

Didirikan di tahun 2017, Kaki Kota adalah sebuah komunitas di Banjarmasin yang memiliki fokus dalam bidang studi serta pengembangan perkotaan. Didirikan oleh Muhammad Syahreza, Muhammad Rezha Fahlevi, dan Christian Uria Mapas, yang masing-masing memiliki latar berbeda, Kaki Kota ingin sajikan sebuah komunitas sekaligus wadah kreatifitas untuk para pemuda Banjarmasin dengan pendekatan kolaboratif yang komprehensif. Komunitas ini juga ingin menyemangati warga untuk terus mencari serta saling berbagi informasi dan pengetahuan di antara masing-masing, dari kota, tentang kota, dan untuk kota Banjarmasin. Nama dari Kaki Kota sendiri pun merupakan sebuah akronim dari Kampung Kita Kota, sehingga dalam praktisi mereka komunitas ini terus mengedepankan nilai kebersamaan guna meningkatkan keterlibatan dan kepekaan terhadap perencanaan, pembangunan, dan pengembangan baik terhadap lingkungan atau kampungnya sendiri atau dalam skala yang lebih besar, yaitu kota Banjarmasin.

WHAT

Dalam praktisi mereka, Kaki Kota menjalankan berbagai macam program yang melibatkan masyarakat secara langsung dan aktif dengan tujuan untuk menjalin tali kolaborasi. Latar yang berbeda-beda dari para pendiri dan anggota pun menjadi kelebihan bagi tim Kaki Kota dalam menjalankan program-program tersebut. Kaki Kota pun memprioritaskan beberapa aspek dalam program-program mereka, yaitu kegiatan kewargaan, kondisi sosial, dan budaya masyarakat. Salah satu program mereka adalah mengadakan sebuah wadah diskusi informal maupun formal, sebuah sarana bagi masyarakat setempat untuk berbagi, mengutarakan aspirasi, dan bekerja sama dalam mencari solusi untuk suatu masalah. Semangat kolaborasi dan kebersamaan inipun diterjemahkan dalam program-program lainnya seperti TUMI (Transformative Urban Mobility Initiative) yang ingin sediakan sarana bagi difabel. Namun, di tengah pandemi ini, Kaki Kota harus memberhentikan program tersebut untuk sementara waktu.

Kolaborasi Banjarmasin sendiri merupakan inisiatif dari Kaki Kota untuk saling membantu dengan masyarakat dan para kolaborator dalam menangani krisis pandemi ini, lebih tepatnya dalam mengedukasi serta memberikan akses kepada kebutuhan dasar yang terkadang sulit ditemukan di situasi COVID-19 ini. Lalu, Kaki Kota juga meluncurkan program Dapur Umum. Sebuah inisiatif untuk mendirikan dapur umum di lima kecamatan dengan menyediakan pangan dan kebutuhan lainnya melalui keterlibatan warga-warga kampung yang terkena dampak pandemi ini. Semenjak 23 Maret silam pun Kaki Kota telah menerapkan kebijakan work from home yang membatasi mobilitas tim mereka guna mengurangi penyebaran wabah tersebut. 

WHY

Sebagai komunitas, Kaki Kota melihat kebersamaan dan sifat mengayomi sebagai suatu elemen terpenting dalam semangat, pendekatan, dan praktik mereka. Hal ini ditumbuhkan dengan aktivitas-aktivitas yang diharapkan dapat memantik kesadaran akan solidaritas terhadap sesama masyarakat dan rasa kepemilikan terhadap kota Banjarmasin agar masyarakat turut semangat dan aktif berpartisipasi. Progres pengembangan suatu kota tak akan berjalan dengan lancar jika tidak ada kesadaran dan keinginan yang besar dari warganya. Di tengah pandemi pun, Kaki Kota berpendapat bahwa upaya untuk menyediakan mobilisasi komunitas untuk memajukan dan mempromosikan hak-hak masyarakat merupakan hal terpenting. Dengan menumbuhkan kebersamaan dan keterbukaan, Kaki Kota ingin memajukan Banjarmasin dengan mengutamakan faktor terpenting, yaitu warga kota Banjarmasin sendiri.whiteboardjournal, logo