Aplikasi Video Conference, Zoom, Memicu Kecemasan Isu Privacy

Media
24.03.20

Aplikasi Video Conference, Zoom, Memicu Kecemasan Isu Privacy

Dengan adanya fitur attention-tracking, aplikasi video conference ini menimbulkan kecemasan akan privacy di antara penggunanya.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Annisa Nadia Harsa
Foto: George Kao / YouTube

Social distancing dan working from home yang disebabkan oleh wabah virus COVID-19 telah meningkatkan ketergantungan kepada internet. Tak hanya untuk mempertahankan relasi sosial, tetapi juga untuk keberlangsungan produktivitas dalam bekerja. Mulai dari hangout secara online antar kelompok pertemanan ataupun meeting untuk berdiskusi perihal pekerjaan, aplikasi video conference seperti Zoom telah naik peringkat menjadi salah satu kebutuhan yang paling penting di masa-masa seperti ini. 

Tak hanya sebagai mediasi untuk hal-hal seperti meeting, Zoom tak digunakan untuk meeting tapi juga kerap dijadikan medium untuk “nongkrong” secara online seperti yang dilakukan oleh @clubquarantine. Hal ini karena Zoom memiliki fitur-fitur yang menarik, seperti background, reactions, screen-share, whiteboard, remote screen control, dan attention-tracking.

Namun, isu-isu privacy mulai menjadi kecemasan di antara pengguna aplikasi ini, lebih tepatnya kepada fitur attention-tracking tersebut. Host dari sebuah meeting yang dilaksanakan melalui Zoom dapat melacak siapakah dari peserta meeting tersebut yang tidak aktif atau membuka window lain di saat waktu meeting tersebut. Notifikasi tersebut diberi oleh Zoom dengan adanya indikator di sebelah nama peserta meeting tersebut. Selain itu, layanan berbayar dari aplikasi ini juga menyediakan pilihan untuk merekam sebuah meeting, yang juga menimbulkan isu privacy ketika sesi meeting tersebut direkam tanpa adanya persetujuan. 

Hal tersebut membuat banyak pengguna menjadi ragu akan keamanan aplikasi Zoom. Salah seorang diantaranya adalah akun Twitter bernama @Ouren yang tweets-nya telah memperoleh hampir 13 ribu likes dan 35 ribu retweets. Selain attention-tracking, pengguna tersebut juga mengungkit perihal data collection policy yang kurang jelas dari Zoom sendiri. Terkait perihal ini, pihak resmi Zoom telah memberi respon melalui akun Twitter mereka perihal attention-tracking, yaitu bahwa fitur tersebut dimatikan secara default. Meski demikian, masih banyak warganet yang memprotes akan ketidakpastian privacy dari fitur ini.

whiteboardjournal, logo