Irvine Welsh Mengenai Cancel Culture: “Orang-Orang Sangat Marah dan Butuh Orang Lain untuk Disalahkan”

Media
12.11.20

Irvine Welsh Mengenai Cancel Culture: “Orang-Orang Sangat Marah dan Butuh Orang Lain untuk Disalahkan”

Irvine Welsh berbincang seputar cancel culture dan hal-hal ofensif dalam perjalanan karirnya.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Daniet Dhaulagiri
Foto: Facebook / Ubud Writers Festival / LionTV

Choose life!” adalah jargon yang mengiang, menarik memori pada adegan Mark Renton atau Sick Boy sedang bergantian menyuntikkan putaw menusuk tepat di urat pergelangan tangannya dengan satu jarum yang bersamaan, lalu seketika mereka ngefly, dirasanya terbang dari lantai apartemen yang ditempatinya. Trainspotting melalui filmnya memang banyak jadi perbincangan bagi anak muda di pertengahan ‘90-an, entah karena bisa menjadi referensi fesyen baru, lagu baru,  bahkan tidak sedikit pula membuat generasi tersebut akhirnya tenggelam pada narkotika.

Baru-baru ini penulis Trainspotting, Irvine Welsh, membuat film dokumenter baru dengan judul “Offended by Irvine Welsh”. Dalam film dokumenternya Welsh menjelaskan mengenai hal-hal offensive yang pada akhirnya jika kita ambil relevansi atau benang merah pada hari ini, akan mengerucut ke dua kata yang nggak asing lagi bagi kita semua; cancel culture.

Dalam sesi wawancaranya bersama Esquire, Welsh mengobrol banyak hal tentang cancel culture yang kerap terjadi belakangan ini, “When people are punching up against bullies with objectionable views, who are rabble-rousers, it’s great to see them get ‘cancelled’. On the other hand, when you see ordinary people losing their jobs for something they may have said, that was a spur of the moment, there’s an evil 1984 element to the whole thing. It’s intensified with Covid. People are grassing up their neighbours and their so-called friends. You think ‘This is not bringing out the best in people’. People are so angry and they want someone to blame. And there is no one to blame. But people want to be compensated in some way for the hurt that they feel.

Welsh juga memberikan penjelasan pada orang-orang yang kesal pada sebuah bagian dalam bukunya yakni Glue, anehnya setelah itu ia malah merespon dengan adegan-adegan penyiksaan anjing lagi dalam tulisan buku-buku Welsh yang selanjutnya. Ia akui bahwa dirinya mencintai hewan, mungkin ada saja beberapa hewan yang dicintainya lebih dari manusia, “But you have to value human life, you have to put that first. It’s quite a strange thing that people will react to a dog torture much more than a violent rape.” tambahnya.

Dengan media sosial, pertukaran informasi menjadi kian cepat karena tak dibatasi ruang dan waktu, hal itu pula yang semakin menggarisbawahi perihal cancel culture untuk saat ini. Jika media sosial sudah ada sejak dulu, akan banyak hal yang bisa membuat Irvine Welsh cancelled layaknya saat ini JK Rowling. “If we had social media back then (in the 1990s) I would have been, yeah. No question.” Ia setuju jika ditanya “Apakah penghapusan media sosial akan membuat kita semua lebih baik?” jawabannya akan singkat, “Ya, pastinya.” 

Film dokumenter terbarunya “Offended by Irvine Welsh” akan tayang pada 17 November di Sky Arts dan Freeview Channel 11 mulai pukul 10 malam.whiteboardjournal, logo