Girlpool Membuka Bulan Februari dengan Merilis Album Ketiga, “What Chaos Is Imaginary”

Music
05.02.19

Girlpool Membuka Bulan Februari dengan Merilis Album Ketiga, “What Chaos Is Imaginary”

Bagi kedua personel, album ketiga ini dianggap sebagai album sangat personal dibandingkan 2 album sebelumnya.

by Amelia Vindy

 

Foto: The Fader

Setelah melepas “Hire”, “Where You Sink”, “Lucy’s” dan “What Chaos Is Imaginary”, akhirnya Jumat (01/02) lalu duo indie rock asal Los Angeles, Girlpool menepati janji mereka untuk merilis album ketiganya “What Chaos Is Imaginary”, melalui label rekaman asal Amerika, Anti-. Keempat single tersebut merupakan kombinasi pengantar yang tepat untuk sekiranya memberikan bayangan mengenai keseluruhan materi album tersebut.

Lewat “Hire” dan “Where You Sink” kita diperdengarkan bagaimana suara baru Cleo – paska menjadi trans – memberikan warna lain pada vokal Girlpool, yang sebelumnya identik dengan permainan harmonisasi. Lalu lewat “Lucy’s” dan “What Chaos Is Imaginary”, kita diperdengarkan trek dengan instrumen-instrumen pendukung baru seperti synth-organ, drum elektrik, dan biola yang semakin memperkaya nuansa juga materi-materi barunya. Adapun nuansa yang dihadirkan oleh tiap trek dalam album tersebut antara lain, mulai dari country, shoegaze, grunge, dream pop hingga akustik.

Uniknya, meskipun demikian Girlpool paham bagaimana caranya untuk tetap menghadirkan identitas mereka di atas perubahan yang mereka hadirkan. Kedekatan personal dan kemampuan penulisan lirik dari Cleo dan Harmony merupakan dua hal yang sulit untuk tidak diperhatikan dari unit ini. Selain itu bagi kedua personel, album ketiga ini dianggap sebagai album sangat personal dibandingkan 2 album sebelumnya, mengingat begitu banyaknya proses dan pilihan hidup yang mereka  lewati selama pengerjaan albumnya. Seperti ketika Cleo bertransisi menjadi transgender hingga mental health issues yang dialami oleh Harmony.

“Girlpool have often sung about leaving one world behind for another—exiting childhood and entering adulthood, shedding the self-destructive reflexes of past selves—but they’ve never so poignantly attended to the pain of such a shift. It hurts to forsake a toxic reality and build a bigger, healthier one. But it has to happen” ungkap Pitchfork mengenai album “What Chaos Is Imaginary”.whiteboardjournal, logo

Tags