“Ombak Banyu Asmara”, Album Baru The Panturas yang Familiar nan Menyegarkan

Music
11.09.21

“Ombak Banyu Asmara”, Album Baru The Panturas yang Familiar nan Menyegarkan

Di album kedua, The Panturas menjelajah area-area baru di luar ranah surf rock bersama produser Lafa Pratomo.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Aqraa Sagir
Photo: Ombak Banyu Asmara Album Artwork

Tanggal 10 September 2021, The Panturas mengeluarkan album kedua mereka, “Ombak Banyu Asmara”. Sebelum rilis ini, kita telah sempat diperkenalkan ke suara baru mereka lewat single, “Tafsir Mistik” yang keluar di awal tahun ini, dan “Balada Semburan Naga” yang rilis tahun lalu. 

Produksi album ini prosesnya cukup lama, sekitar 13 bulan, dan karena situasi dunia, banyak kendala yang menghambat penyelesaian rekaman.

“Banyak banget kena delay, pertama ada PSBB, terus Acin sempet kena Covid, pas Acin sembuh, mulai PPKM, padahal udah dari 2020 kita ngerjain album ini, baru kelarnya pertengahan 2021”, ujar Gogon, bassis The Panturas

Menurut The Panturas sejak rilis album debut mereka, Mabuk Laut (2018), mereka telah melakukan eksplorasi dan eksperimentasi di dunia musik, jadi untuk album ini mereka merasa musikalitas mereka telah tumbuh secara drastis.

“Sudah mulai meluas temanya, ga laut aja sekarang, secara lirik dan suara, scope nya lebih besar, dan seharusnya album ini jauh lebih rapi daripada album kita sebelumnya”, kata Ijal, gitaris The Panturas

Pertumbuhan ini bisa terdengar jelas langsung dari lagu pembuka album ini, “Area Lepas Pantai”, sebuah lagu upbeat, yang berawal dengan suara yang sangat surf rock, langsung bisa dikenali musik khasnya The Panturas. Namun lagu ini kemudian transisi ke suara berbeda yang menggunakan unsur unsur baru, seperti waltz, bagi The Panturas.

“Awalnya memang sengaja dibikin mirip style nya “Mabuk Laut”, tapi kemudian kita ambil inspirasi dari unsur unsur budaya musik lain, mengubah suara kita, agar pendengar tahu kalo The Panturas tuh udah tumbuh, kalau ini suara baru kita”, ujar Kuya, drummer The Panturas

The Panturas belajar banyak hal baru dalam proses pembuatan album ini, dan sebagian besar kesuksesan album kedua ini karena producer mereka Lafa Pratomo, yang sebelumnya terkenal sebagai producernya Danilla. 

“Gua dulu sempet takut waktu The Panturas ngeluarin album pertama, kayak apa suara kita gini aja? Seolah gimmick doang”, ujar Acin, vokalis The Panturas

Namun dengan bantuan Lafa, The Panturas dapat bereksperimen dan meluaskan suara mereka tanpa kehilangan benang merah suara khas mereka.

“Anak-anak Panturas ini seru banget, proses pembuatan album ini jatuhnya kayak main aja, tapi gua juga berusaha banget untuk ngebantu mereka ngejaga visi dan suaranya The Panturas, biar ga melenceng kemana mana. Mempertahankan proyeksi awalnya, secara musikal benang merahnya diperhatikan sekali karena memang proses produksi album ini lama. Jangan sampai tiba tiba ada elemen disko, kan aneh kalo gitu. Tapi segila gilanya anak anak Panturas ini, dengan eksperimentasi dan eksplorasi yang banyak, surf rock-nya masih ada, dengan gitar twangy, spring driven, slapback delay, masih ada semua!”, kata Lafa.

Sepuluh lagu dalam album ini sangat menyenangkan, somehow The Panturas itu selalu bisa membuat pendengar jadi mau joget. Bagi fans lama The Panturas, banyak lagu yang masih terasa familiar dengan suara Mabuk Laut mereka, seperti Tipu Daya, lagu yang mengambil unsur unsur latin dan pasti dapat membuatmu bergerak. Atau All I want, lagu pelan berbahasa inggris yang dapat mengingatkan pendengar ke hit single mereka Sunshine, dengan kekuatan anthemic yang sama. 

Untuk penikmat teknikalitas musik, ada beberapa lagu instrumental di album ini yang memperlihatkan keahlian para member The Panturas, dalam mendorong genre surf rock dan mempertahankan guitar heroism di skena musik Indonesia. Seperti di lagu ke 5, Menuju Palung Terdalam, yang menggunakan suara synth hammond, untuk sebuah solo bersuara 80s banget yang pasti akan membuat penonton menggila saat dimainkan live. Dan lagu ke 10, Ombak Banyu Asmara, yang memberi kita riff gitar yang sangat catchy, yang pasti akan membuat mosh pit di festival-festival.

Secara keseluruhan, album kedua The Panturas ini merupakan pencapaian yang hebat bagi mereka. Kualitas mereka telah meningkat dari album sebelumnya, produksinya lebih rapi, musikalitas mereka meluas menggunakan elemen elemen musik dari berbagai macam budaya, lirik mereka telah berevolusi menggambarkan narasi dan komentari yang sangat menarik, dan suara khas mereka telah diasah sampai sempurna, mendorong batas genre surf rock yang tentunya menghasilkan kemauan untuk berdansa bagi pendengar.

Semoga kita bisa mendengarkan album baru ini secara live di waktu dekat, tapi untuk sekarang nikmati Ombak Banyu Asmara lewat link ini.whiteboardjournal, logo