Bahasa dan Linguistik bersama Harimurti Kridalaksana

17.05.17

Bahasa dan Linguistik bersama Harimurti Kridalaksana

Ditya N. Subagja (D) berbincang dengan ahli bahasa Harimurti Kridalaksana (H)

by Muhammad Hilmi

 

D

Sebelum Bapak pertama berkuliah mengambil linguistik, kapan minat Bapak terhadap bahasa dan linguistik itu muncul?

H

Minat saya dulu lahir sejak SMP. Dari SMP saya suka sajak karya Chairil Anwar, buku-buku sastra seperti itu saya baca dari sejak SMP. Baru setelah itu, saya memperhatikan karya yang lebih “ilmiah”. Waktu itu saya ke UI masuk S1 mengambil linguistik dan terus belajar sampai sekarang, belum bosan (tertawa).

D

Apakah pada waktu itu dulu ketika Fakultas Sastra, belum ada perhatian jauh dan terpisah antara sastra dan linguistik seperti sekarang?

H

Dulu sebenarnya sama. Skripsi saya waktu itu filologi (studi penggunaan bahasa dalam tulisan lama) sebenarnya. Jadi saya memulai dari filologi dulu sebelum linguistik dan kemudian sebenarnya masih membahas yang sastra juga.

D

Setelah itu Bapak meneruskan ke Pittsburgh University untuk belajar linguistik sekitar tahun 1970?

H

Waktu itu kuliah khusus, didaktik bahasa selama 6 bulan. Saya merasa sangat cukup (tertawa). Setelah itu saya melakukan penelitian perencanaan bahasa di sini dari Stanford. Jadi bolak-balik ke sini. Biayanya dari sana.

D

Bapak kembali ke Indonesia tahun berapa?

H

Lama juga. Pulang pergi waktu itu, tidak menetap. Waktu itu saya sambil keliling Eropa dan tahun 1985 ke Frankfurt.

D

Waktu itu berarti Bapak sudah memulai penelitian tentang morfologi Bahasa Indonesia?

H

Sudah, sudah sampai mengajar di sana.

D

Dari ketika di Pittsburgh berarti Bapak sudah melakukan penelitian morfologi Bahasa Indonesia?

H

Sudah, dari jurnal dan lain-lain. Sampai sekarang juga, untuk jurnal-jurnal linguistik internasional seperti ini (menunjuk jurnal di meja kantor) yang terakhir itu untuk jurnal dari Taiwan. Ya, beginilah hidup saya (tertawa).

D

Sampai sekarang hubungan Bapak dengan linguistik sudah lebih dari 50 tahun?

H

Ya, dari tahun 1961 saya pertama kuliah kurang lebih. Sampai sekarang dengan linguistik lagi (tertawa).

D

Kalau dari linguistik sekarang, apa ada penelitian yang penting dan menarik?

H

Menurut saya, kita sendiri belum selesai menyusun bahasa Indonesia. Dari awal sampai sekarang belum selesai. Dari sejarah dan perkembangan bahasa. Dari bahasa daerah, misalnya Bahasa Jawa. Bahasa Jawa dari fonologi belum selesai.

D

Kalau dari luar negeri dan linguistik dunia misalnya seperti ketika Noam Chomsky menghasilkan transformational grammar yang sekarang banyak diaplikasikan untuk bahasa pemrograman, lalu setelah itu apa ada penelitian linguistik lain yang mungkin penting?

H

Linguistik kognitif saya kira. Hubungan bahasa dengan otak. Ada banyak perhatian di sana.

D

Siapa yang berpengaruh pada penelitian linguistik kognitif?

H

Fillmore. Ia berusaha menjelaskan bagaimana hubungan bahasa dengan syaraf.

D

Ada isu kemarin kalau Bahasa Indonesia akan dipopulerkan sebagai medium komunikasi dalam menyambut Masyarakat Ekonomi Asean dan akan dipakai di Asia Tenggara, bagaimana pendapat pak Harimurti soal itu?

H

Tidak mudah, karena bahasa yang dipakai harus bergengsi. Kalau tidak bergengsi tidak akan dipakai. Bahasa Inggris dipakai di dunia karena bergengsi, karena kekuatan politiknya dan ekonomi. Bahasa Inggris bisa maju di dunia ini karena politiknya. Kalau kita ingin Bahasa Indonesia dipakai luas, ekonomi juga harus kuat. Kalau ekonomi lemah, Bahasa Indonesia tidak akan dipakai untuk bahasa di Asean.

D

Menurut Bapak apa langkah yang bisa diambil agar Bahasa Indonesia bisa dipakai?

H

Kita sebagai negara harus kuat. Bagaimana mengatasi korupsi, memanfaatkan sumber daya manusia, kita harus menonjolkan kekuatan bangsa kita supaya bergengsi. Nomor satu politiknya, kemudian ekonomi. Jadi Bahasa Indonesia bisa dipakai nanti kalau sudah bergengsi, kalau tidak, tidak akan dipakai.

D

Penggunaan Bahasa Indonesia hari ini terasa terancam dengan penggunaan Bahasa Inggris juga bagaimana pemberdayaan bahasa daerah di antara bahasa nasional dan bahasa global. Bagaimana pandangan Bapak terhadap penggunaan berbagai bahasa di masyarakat Indonesia sekarang?

H

Bahasa Inggris sudah bergengsi. Bahasa Inggris terasa unggul. Bahasa daerah juga akan terasa kalah dengan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia lebih memihak dibanding bahasa daerah. Dalam keseharian lebih dipakai di masyarakat dibanding bahasa daerah. Bahasa daerah memang yang paling terancam tapi saya rasa tidak akan dengan cepat hilang begitu saja. Tergantung bagaimana kita memberdayakan itu. Bagaimana kita memberdayakan bahasa daerah dengan tetap menggunakan bahasa Indonesia di antara bahasa dunia ini.

D

Kalau Bahasa Inggris sendiri, sekarang sudah sampai digunakan sebagai medium di dalam kesenian. Terlihat dari penggunaan Bahasa Inggris untuk menulis lirik lagu misalnya atau di dalam sastra pun ada yang lebih memilih menulis dengan Bahasa Inggris karena dianggap memiliki diksi dan metafora yang memikat. Bagaimana pandangan Bapak?

H

Tidak juga. Seharusnya memakai Bahasa Indonesia saja, karena Bahasa Inggris digunakan untuk menulis karya ilmiah supaya dikenal di luar negeri supaya dibaca lebih luas. (memperlihatkan buku Introduction to Word Formation and Word Clasases in Indonesian) Ini ditampilkan di Frankfurt Book Fair tahun lalu. Kalau ada waktu lebih nanti inginnya saya teruskan lagi buku itu (tertawa).

D

Kalau sampai sekarang berapa banyak buku linguistik yang Bapak tulis?

H

Lupa (tertawa). Mungkin lengkapnya bisa dibaca di wikipedia (tertawa).

D

Kalau sekarang, Bahasa Indonesia dianggap memiliki jarak dari beberapa ragam bahasa, yang formal dengan yang tidak sopan atau tidak boleh digunakan. Kembali pada penggunaan bahasa, ada yang di dalam kelas, misalnya. Ada ketakutan tersendiri kalau misalnya Bahasa Indonesia bisa terkikis, akan lebih populer lagi bentuknya karena anak muda tidak membudidayakan bahasa yang lebih formal. Bagaimana pandangan Bapak?

H

Kita menggunakan bahasa itu di mana, dengan siapa? Kembali pada itu tadi, tergantung pada siapa kita berbicara dan untuk keperluan apa. Ada porsi. Bahasa itu punya fungsi masing-masing. Fungsi formal dan fungsi informal. Jangan dikacaukan. Yang formal jadi non-formal atau sebaliknya. Malah jadi aneh. Yang wajar-wajar saja.

D

Di ibukota sendiri penggunaan Bahasa Indonesia di masyarakat umum punya gejala tersendiri. Bahasa Betawi sebagai bahasa daerah oleh penduduknya yang kebanyakan mencampur dengan Bahasa Indonesia, dan ada yang dianggap sebagai Bahasa Indonesia dialek Jakarta. Apakah nantinya Bahasa Indonesia akan mengikuti Bahasa Indonesia dialek Jakarta ini?

H

Kalau situasinya informal bisa saja. Tapi di konteks situasi formal seperti pada bahasa koran, majalah, malah jadi lucu jika dipakai. Di sana tidak akan menjual.

D

Terkait dengan bahasa di media massa, belakangan media seperti Kompas maupun Tempo banyak memberi ruang penerjemahan istilah asing maupun mempopulerkan kata-kata baru. Di Indonesia sendiri ada Badan Bahasa yang mempunyai tanggung jawab pemerhatian terhadap Bahasa Indonesia. Bagaimana pandangan Bapak soal media massa yang seolah-olah mendahului tugas Badan Bahasa? Bagaimana kerja atau produk dari Badan Bahasa?

H

Produk ada, tapi mungkin kurang banyak sehingga seolah-olah kalah. Mungkin kurang pro-aktif. Tidak ada jurnal linguistik kebahasaan yang mereka terbitkan dan kumpulkan sampai sekarang. Media massa lebih dekat dengan masyarakat dan Badan Bahasa kurang aktif, jadinya didahului oleh Kompas atau Tempo.

D

Kalau untuk produksi Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai produk Badan Bahasa bagaimana?

H

Ya, masih kurang. Masih belum sebesar itu (menunjuk Kamus Oxford di ruangan). Di Depok, di kantor saya masih ada kamus besar Bahasa Inggris yang besarnya dua kali itu (tertawa).

D

Kalau dengan Inggris bagaimana perbandingan pemberdayaan bahasa di Indonesia?

H

Dari keadaan ekonomi dan politik kita ketinggalan. Mereka mulai dan banyak menerbitkan kamus juga karena masyarakat dan konsumen luarnya membeli.

D

Kalau untuk Bahasa Inggris ada dua kamus, Oxford dan Merriam-Webster, bagaimana hubungan dan pengaruhnya untuk pemberdayaan Bahasa Inggris?

H

Itu dibuat oleh dua negara, Inggris menerbitkan Oxford dan Amerika menerbitkan Merram-Webster. Dari keduanya bisa dilihat persaingan dua negara juga bagaimana perkembangan dan pemberdayaan Bahasa Inggris di masing-masing negara tersebut.

D

Penggunaan bahasa sekarang berhadapan dengan internet sebagai media yang digunakan oleh banyak orang. Penggunaan bahasa kini semakin tekstual dan berkembang juga di media sosial. Di sana banyak penyebaran berita dan konten dengan berbagai muatan. Bagaimana pandangan pak Harimurti soal itu?

H

Kembali pada masing-masing. Jangan sampai disalahgunakan, di media sosial atau yang lain. Orang harus pandai memilah. Yang palsu bisa mudah menyebar tapi untuk mengeceknya juga tidak sulit. Saya barusan rapat lalu ada isu mengenai bahaya hacker yang merusak sistem ujian. Kasusnya nyata. Untuk ujian universitas besar dan musuhnya juga lebih besar lagi. Sayang kalau kegiatan akademis ini bisa terancam begitu.

D

Sebagai seorang akademisi sendiri sebelum berada di lingkungan birokrasi kampus dan sampai sekarang saat menjabat sebagai rektor Bapak masih menaruh minat melakukan penelitian linguistik dan kebahasaan. Apa yang membuat Bapak terus dan lagi-lagi bertahan di sana?

H

Linguistik itu berhubungan dengan bahasa dan komunikasi, ketika memperhatikan itu berarti kita sedang menggunakan linguistik. Bahasa itu kan menarik sekali. Menurut saya masih belum selesai dan terus berkembang. Baik di Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, hingga bahasa daerah. Di kepala saya selalu ada pertanyaan-pertanyaan tentang bahasa. Pertanyaan itu belum terjawab. Misalkan di Bahasa Jawa itu saya sendiri belum pernah melakukan kajian. Ada bunyi /t/ dan /ʈ/. Beda. Kecil tapi bisa dijadikan penelitian dan belum ada yang membahasnya, mencari contohnya, [gɘtU] (getuk) dan [gɘʈU] itu kan beda satu bunyi saja (tertawa).

D

Buku Introduction to Word Formation and Word Clasases in Indonesian ini juga akan ada lanjutannya nanti?

H

Itu bagian dari kuliah saya dulu. Ketika saya mengajar dulu dan banyak masalah yang belum saya jawab (membuka buku). Ini contohnya, tabel proses pembentukan kata yang saya buat. Di buku ini semua contohnya Bahasa Indonesia dan penulisannya Bahasa Inggris.

‘Anak yang pandai’ dan ‘anak pandai’ itu kan beda. Bedanya dari ‘yang’ saja. Itu sesuatu yang menarik. ‘Yang’ itu kan bisa berarti ‘bahwa’. ‘Yang besar itu anak saya’ kan harus ada ‘yang’nya. ‘Buku yang mahal’ dan ‘buku mahal’ beda. ‘Buku yang mahal jangan dibeli’ dan ‘Buku mahal jangan dibeli’, kalau pakai ‘yang’ berarti ‘ada buku yang tidak mahal’, sedangkan ‘buku mahal’ berarti ‘(pada umumnya) buku mahal’ begitu. Dari sesuatu yang kecil saja masih bisa kita garap.

D

Bahasa terus berkembang dan mungkin linguistik seperti tidak akan ada habisnya. Tapi apa yang telah Bapak lakukan sehingga menghasilkan teori pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia bisa dikatakan sudah selesai menjelaskan proses morfologis dan menjelaskan sintaksis Bahasa Indonesia. Menurut Bapak apa ada yang luput atau bisa ditambahkan dari penelitian Bapak waktu itu?

H

Itu kan prosesnya. Tapi akan selalu ada tambahan (memperlihatkan bagian buku). Ini saya berusaha mensistematisasikan pembentukan kata dengan ini.

D

Teori pembentukan kata ini apa ada yang coba membahas juga untuk dipakai di bahasa lain?

H

Ya itu kontroversial. Ada yang setuju ada yang tidak kan (tertawa). Kalau tidak setuju itu justru malah membuat saya senang, jadinya saya harus mikir lagi (tertawa).

D

Kalau di linguistik, perhatian Bapak ada pada struktur bahasa mengenai morfologi dan sintaksis?

H

Ya, seperti waktu dulu Bahasa Indonesia pertama lahir dan diciptakan oleh M. Tabrani, dia melihat struktur kebahasaan Bahasa Indonesia. Dia seorang jurnalis dan wartawan, ketua panitia Kongres Pemuda pertama. Sebelum lahirnya Sumpah Pemuda di kongres pemuda ke-2 waktu itu. Kongres pemuda tahun 1926 waktu itu, dia menjadi panitia bersama Muhammad Yamin. Mereka punya tugas menyusun rumusan butir-butir kebangsaan. Waktu itu yang ada dan dipakai adalah Bahasa Melayu, dan kita tidak bisa bilang ‘Berbangsa Indonesia dengan berbahasa Melayu’ kita harus pakai Bahasa Indonesia. ‘Kalau bahasa Indonesia belum ada, kita ciptakan saat ini juga.’ Jadi baru ketika itu, Bahasa Indonesia ada. Saya pernah membahasnya dan menceritakan saat itu pada buku Masa-Masa Awal Bahasa Indonesia. Saat itu M. Tabrani yang dengan lantang bilang ‘Kalau tidak ada Bahasa Indonesia, kita ciptakan sekarang juga!’

D

Apakah di waktu yang akan datang nanti selain berencana menerbitkan buku lanjutan membahas sintaksis Bahasa Indonesia, ada satu rencana menulis buku yang dengan penuh membahas Bahasa Indonesia?

H

Ya, ada rencana ingin menulis buku itu dan diterbitkan juga dengan Bahasa Inggris supaya bisa terbit di luar negeri juga. Bukunya harus besar dan tebal (tertawa).

D

Akan ditulis dan selesai tahun ini?

H

Ya, kita lihat saja. Kan saya di sini jadi birokrat (tertawa). Kalau saya keasyikkan menulis nanti tidak bekerja, kalau bekerja nanti tidak ada energi (tertawa).

D

Kira-kira nanti judulnya apa?

H

Belum terpikir (tertawa). Jadi nanti baru setelah selesai saya akan pikirkan judulnya. Saya itu menulis dulu hingga selesai baru nanti akan menemukan judulnya sendiri (tertawa). whiteboardjournal, logo