Islamic Fashion bersama Anandia Putri

07.09.16

Islamic Fashion bersama Anandia Putri

Febrina Anindita (F) berbincang dengan Anandia Putri (P) dari IKYK.

by Febrina Anindita

 

F

Jika kita memutar waktu ke masa lalu, seperti apa pertemuan pertama Putri dengan fashion?

P

Sepertinya, saya mengenal fashion sejak kecil, dan saya memang senang hal-hal berbau fashion. Kalau dulu belum ada keinginan untuk menggeluti, lebih suka sebagai konsumen yang sekadar melihat majalah baju di toko. Ketertarikan ini muncul sejak SD (tertawa). Setelah itu mulai ada kebutuhan juga dan kebiasaan untuk eksplorasi fashion. Ibu saya mulai pakai hijab di awal 1990-an dan dulu belum ada big retail seperti Zara, Uniqlo, Metro, H&M dan sebagainya yang menyediakan baju-baju modest tapi stylish , jadi ibu saya mencoba untuk membuat baju sendiri untuk melengkapi gaya berpakaiannya.

Sempat ada era Spice Girls dan girl power , dulu saya dan teman-teman perempuan berkiblat ke tren fashion seperti Spice Girls dengan langganan majalah untuk tahu perkembangan fashion, seperti majalah Gadis, Teen Vogue, Cleo Australia. Dari situ ketertarikan saya dengan fashion semakin berkembang, selain itu juga saya selalu menikmati momen diajak ibu ke Tanah Abang yang masih berlantai tanah untuk menemaninya mencari bahan. Jadi dari kecil, saya sudah cukup paham jenis bahan baju.

Walau saya tidak ada latar belakang fashion – karena saya kuliah DKV – tapi saya memiliki dasar desain. Selain itu, saya juga sering berdiskusi dengan ibu tiap kali beliau membuat baju. Dari situ saya suka menelaah sendiri kalau lihat baju-baju di toko. Saya jadi suka membandingkan dengan toko-toko lepasan di Jakarta, seperti Familia yang dulu ada di Panglima Polim yang menjual baju-baju dari Singapura dan Mangga Dua. Lalu baru waktu SMP saya mulai tahu fashion lebih jauh melalui brand Danjyo (Hiyoji).

F

Dari mana Putri mendapat inspirasi untuk mendalami fashion, tidak sebatas sebagai konsumen?

P

Dulu jujur waktu saya lihat ibu saya membuat baju, agak sebal (tertawa). Saya jadi sering diajak pergi ke Tanah Abang untuk lihat bahan. Sampai pada akhirnya saya pakai hijab juga dan merasakan hal yang sama seperti ibu saya, yaitu kebutuhan akan baju yang saya mau. Sejak SMA baru saya terpapar brand Zara dan department store lain sebagainya, tapi tidak semuanya bisa saya beli karena belum ada penghasilan. Sampai saatnya saya mulai kerja dan butuh baju-baju untuk kerja, tapi untungnya dulu saya kerja di advertising agency , jadi kebutuhan baju kantornya tidak terlalu formal (tertawa).

Intinya dari kebutuhan diri sendiri sih. Lebih enak buat sendiri karena beberapa kali buat, ada keberhasilan, jadi selanjutnya saya lebih memilih buat baju sendiri. Ada kepuasan batin juga, ternyata ide saya bisa jadi nyata dan hasilnya bagus serta nyaman. Dulu belum kepikiran cost sih, tapi jelas lebih murah buat sendiri, tapi ya prosesnya lebih lama, tidak seperti masuk toko, pilih, lalu bayar (tertawa).

F

Lima tahun lalu, Putri membuat sebuah brand fashion khusus perempuan, yaitu IKYK (I Know You Know). Seperti apa cerita dibalik brand ini?

P

Berawal dulu waktu saya jadi Art Director di advertising agency . Saya suka padu padan baju yang agak boyish lalu saya sendiri berpikir ingin punya bisnis yang memang saya senangi, antara makanan atau fashion. Kalau makanan, saya hanya bisa konsumsi dan tidak bisa produksi, jadi fashion saja (tertawa).

Dari tempat kerja itu juga sebenarnya jadi batu loncatan untuk memulai karir yang sesungguhnya, dari situ juga dapat dukungan dari teman dan bos. Sebenarnya saya senang kerja di advertising agency , tapi saya merasa kerja di ranah seperti itu tidak ada golnya, sedangkan kalau di fashion ada gol yang juga membebaskan saya dalam berkreasi. Setelah resign , saya memantapkan diri untuk membuat brand sendiri.

Jadi di sela-sela late brief , saya dan teman suka jalan-jalan lihat Brightspot Market dan saya senang berceloteh kalau saya mau buka booth di sana. Jadi mungkin dari asal celoteh justru jadi doa (tertawa). Akhirnya, saya buat campaign pertama yang didukung oleh banyak orang. Dulu sewaktu di agency, saya dapat klien telekomunikasi, hampir tiap hari photoshoot , jadi untuk mengembangkan koleksi pertama ini, saya pakai fotografer, videografer hingga model yang juga teman-teman saya sendiri. Dan karena saya dulu kerja di bagian art , jadi saya suka sekali memikirkan konsep. Jadi saya selalu semangat untuk bahas konsep campaign dulu, koleksinya belakangan (tertawa). Sampai sekarang, setiap akan mengeluarkan koleksi, selalu lebih semangat dengan konsep campaign , kalau koleksi saya serahkan ke anak desain saja (tertawa).

F

Nama brand yang unik – I Know You Know – apa yang sebenarnya ditawarkan dari koleksi Putri terhadap publik?

P

Ini masih ada hubungannya dari tempat kerja dulu. Kalau lagi di kantor, tim saya suka bercanda kala stres dan kadang saya kalau dapat brief, suka bercanda dengan teriak “I know!” seperti Monica Geller di serial Friends. Dari situ, lalu Account Director di tim saya dulu menyarankan nama untuk brand saya, pakai “I know” saja. Saat itu dia tanya apa yang saya mau dari brand saya, lalu saya bilang mau brand yang tahu apa yang dibutuhkan perempuan, tidak pretensius, pakai model common people – teman-teman saya sendiri. Lalu dia tanya contohnya gimana? Ya misalnya kalau saya dan teman makan siang, lalu lihat ada perempuan pakai aksesoris atau baju yang menarik, kan kadang kalau punya teman dekat yang seleranya sama, biasanya suka saling kode lewat lirikan seperti telepati (tertawa). Ya itu, “I know” , tapi kalau itu saja tanggung, kalau telepati masa saya saja yang tahu, jadi dibuat catchy dengan jadi, “I Know You Know.”

Dulu di 2011 banyak orang yang baru sadar kalau orang bisa eksperimen dalam berpakaian, jadi saya ingin memberikan alternatif ini melalui lewat IKYK. Tapi semakin lama saya mulai memikirkan sisi modest wear , jadi di Jakarta Fashion Week (JFW) tahun lalu saya launch IKYK sebagai modest wear . Karena saya suka sekali lihat orang Jepang dan Korea Selatan yang sopan tapi keren, kenapa; tanpa bermaksud SARA, orang Indonesia tidak bisa seperti itu? Jadi dengan alasan itu, saya ingin menciptakan opsi fashion alternatif bagi perempuan berhijab maupun tidak, tanpa terlihat terlalu high-end , terstruktur heboh atau terlalu basic . Inspirasinya berawal dari orang-orang di Jepang dan Korea Selatan yang gaya berpakaiannya effortless tapi juga tidak lancang.

F

Kapan sebenarnnya IKYK mulai melabelkan diri jadi brand modest wear ?

P

Kalau melabelkan diri baru akhir-akhir ini, tapi ini merupakan visi dan misi kami. Terlihat dari koleksinya yang tidak terlalu terbuka sejak awal. Jadi, memang pelan-pelan pengenalannya, karena tidak gampang untuk menjual baju tertutup kepada orang yang senang memakai baju variatif dan terbuka. Strateginya harus diatur dan harus punya loyal market dulu untuk tahu apa yang kami mau dan mereka mau. Karena saya tidak mau IKYK jadi one-hit wonder saja. Saya harus tahu 5 tahun ke depan mau seperti apa. Nah, dari 2011 itu saya sudah punya visi agar IKYK jadi modest dengan melihat perkembangan zaman juga, dan ternyata orang sekarang semakin terbuka dengan tren modest wear ini.

F

IKYK hadir di saat publik Indonesia baru terpapar online label/online shopping. Bagaimana Putri menyiapkan strategi untuk menginisiasi bisnis ini?

P

Pada awalnya saya hanya berpikir untuk jualan. Tapi lama-lama saya dapat kesempatan dari media dan partner bisnis yang membuat saya berkembang. Saat periode 2010-2011, saya hanya mau jual baju, saya masih idealis sekali karena saya mau buat koleksi saya sesuai dengan apa yang saya mau, tidak peduli orang lain suka atau tidak. Tapi lambat laun saya tahu kemauan pelanggan juga. Dulu saya maunya tutup kuping saja, tapi ya lama-lama saya sadar kalau saya coba buka kuping, bisa membuat bisnis saya semakin besar.

Kalau strategi, sebenarnya bisa dilihat dari namanya, saya mau sesuatu yang real , tidak dibuat-buat. Saya pakai teman saya untuk jadi model untuk menunjukkan kalau semua orang bisa pakai IKYK. Bahkan saat saya buka booth di Brightspot Market dengan campaign SS 2015 saya bertemu dengan salah satu pelanggan yang kebetulan merupakan orang Korea Selatan asli yang tinggal di Jakarta, dan saya ajak dia untuk jadi model. Ya sudah, strateginya memang mau dekat dengan pelanggan kami saja. Saya coba untuk memberikan apa yang disukai atau dibutuhkan pelanggan.

F

Ada nuansa serta potongan khas fashion Asia dalam koleksi yang dikeluarkan IKYK. Sebagai Creative Director, dari mana saja Putri mengambil inspirasi tiap kali membuat sebuah desain pakaian?

P

Inspirasi pertama sih ibu saya. Selebihnya saya bisa dapat dari semua aspek, misalnya saya ketemu orang dan bisa beberapa hari kemudian kepikiran untuk mengolah detail yang saya lihat darinya, mulai dari apa yang dipakai sampai presensi orang tersebut ke dalam desain. Karena dari awal saya sudah kenal bahan, saya juga mau baju yang saya buat nyaman, bukan sekadar terlihat keren saja. Orang Jepang pakai baju simple seperti itu juga karena nyaman dan membuat mereka percaya diri ‘kan (tertawa).

Banyak orang yang merasa aneh kalau tahu saya bisa dapat inspirasi dari mana saja, seperti teman-teman sampai orang-orang di pinggir jalan (tertawa). Misalnya ini baju atasan dengan lengan super panjang yang saya buat untuk koleksi 2013. Ini inspirasinya datang dari tiap saya ke negara 4 musim, di saat musim dingin kan saya suka pakai sweater, tapi walau sudah dilapis outerwear tetap merasa dingin, jadi saya pikir kenapa tidak buat baju dengan lengan super panjang? Kan itu nanti bisa dimodifikasi, mau dibiarkan begitu saja atau diikat.

Kalau dari siluet, IKYK kebanyakan hadir dengan siluet loose, cutting A-line atau asimetris yang tidak fit di badan. Kadang saya menciptakan sesuatu memang ada pengulangan, kami ingin menunjukkan ke orang-orang kalau pakai baju loose masih terlihat keren kok. Kalau mau bicara kiblat, saya suka Yohji Yamamoto, Rei Kawakubo, Junya Watanabe, Sacai. Cuma kadang kalau bicara inspirasi, referensi dan copy agak mirip ya (tertawa).

Saya sangat suka dengan gaya orang Jepang, dan kalau ada orang yang bilang cutting iKYK mirip Yohji atau Comme des Garcons, biasanya orang-orang produksi kami justru berterima kasih (tertawa). Karena kalau tahu cutting sebenarnya itu sesuatu yang sangat mendetail, apalagi baju-baju buatan desainer Jepang yang tentunya mereka sudah punya teknik atau sistem sendiri dalam mengolahnya. Jadi kalau ada yang membandingkan, kami justru senang, karena kami cuma mau meraih siluetnya, karena kalau dibilang mirip cutting -nya itu sebenarnya susah di- copy (tertawa).

F

Putri juga sempat mengambil inspirasi dari fashion 70-an dalam koleksi AW 2016. Apa twist yang Putri buat untuk membuat fashion dari masa lampau bisa memberikan statement kontemporer untuk hari ini?

P

Ibu saya memiliki banyak koleksi dari zaman dulu, dari masa ia kerja di bank. Banyak baju beliau yang diturunkan ke saya, mulai celana high-waist hingga baju atasan vintage . Waktu buat koleksi FW 2016, saya terinspirasi dengan streetwear Korea Selatan, yaitu Hannam-dong, sebuah sudut kota terkenal di Seoul, ibarat Senopati atau Panglima Polim di Jakarta (tertawa).

Waktu saya ke sana, saya melihat bahwa gaya perempuan di sana stylish sekali, jadi saya mengambil inspirasi dari city girls yang punya dasar sama sebenarnya. Mereka ingin stylish tapi tetap comfortable , lalu tren juga sedang balik lagi ke zaman dulu. Jadi city girls ini digambarkan kembali ke tahun 70-an.

F

Fashion ala Korea Selatan menjadi inspirasi yang Putri terapkan pada koleksi terkini. Apa yang Putri lihat dari fashion scene di sana sehingga menarik untuk di- inject ke Indonesia?

P

Mereka senang sekali tampil. Tapi mereka itu seragam, dari wajah sampai baju, sama (tertawa). Tapi sebenarnya keseragaman mereka membuat kita tidak tahu strata mereka. Ada kesetaraan yang membuat orang tidak perlu mengotak-kotakkan orang. Kalau di sini kan gap -nya jelas sekali. Di sana kita harus paham fashion terkini untuk tahu perbedaan harganya, karena modelnya sama, dari brand yang paling rendah sampai tinggi pun, style-nya sama. Itu yang mau saya bawa ke Jakarta. Kita bisa stylish tanpa terlihat berlebihan.

Kalau IKYK buat campaign , biasanya menunjukkan tampilan yang sedemikian rupa supaya terlihat “wah”, tapi sebenarnya jika dimodifikasi dengan hanya memakai atasan atau bawahan juga bisa terlihat oke kok.

F

Putri juga akan melakukan kolaborasi dengan institusi di Korea Selatan. Institusi dan project apa yang akan Putri lakukan dengan IKYK?

P

Kami akan ada show di Korea Selatan dengan kerjasama dengan Fashion Kode. jadi IKYK berada di bawah program inkubasi Femina, yaitu Indonesian Fashion Forward selama 3 tahun dan dari situ kami dapat banyak kesempatan untuk going international . Salah satunya adalah program pertukaran tahunan ini yang akan memberikan kesempatan IKYK menampilkan show di kedua negara, Indonesia dan Korea Selatan. Nanti IKYK akan show di acara yang dinaungi Seoul Fashion Show pada bulan Oktober 2016.

Kebetulan pihak Femina saat proses seleksi, langsung mengidentifikasi IKYK sebagai brand yang sekirannya bisa mengikuti program ke Korea Selatan. Saat kami presentasi ke pihak Korea pun mereka merasa kalau kami paham sekali dengan negaranya (tertawa). Sebelumnya mereka merasa brand yang tahun lalu dikirim terlalu fokus ke pop culture mereka, seperti Big Bang, EXO, Super Junior dan lain-lain (tertawa), sedangkan tahun ini mereka ingin orang-orang juga tahu heritage atau kultur tradisional terdahulu.

Adanya dua kultur yang masih berlangsung ini menarik untuk diteliti, biasanya orang tua yang concern hal ini, tapi anak muda di sana juga masih memperhatikan tata krama. Salah satunya terlihat dari cara bicara yang dibedakan antara anak muda dan orang tua. Jadi mereka sebenarnya hidup di antara dua kultur, pihak Korea Selatan ingin menonjolkan kembali akulturasi modern ini.

Jadi untuk koleksi yang akan saya bawa ke Korea Selatan bulan depan, saya akan mengangkat sisi tradisional dari Korea Selatan dan memakai sisi modern Jakarta. (tertawa) Orang Jakarta sedang embrace sekali fashion dan hal tersebut sangat menarik untuk dilihat atau dieksplorasi karena sebenarnya kita kalau mengadaptasi style American juga memakai hasil translasi style orang Jepang (tertawa).

F

Apakah Putri berencana untuk membuat koleksi untuk lelaki?

P

Susah sih sebenarnya. Lelaki zaman sekarang picky sekali, banyak sekali detail yang dipertimbangkan setiap kali membeli baju. IKYK cenderung berangkat dari sisi perempuan, tapi kami juga ingin coba ranah menswear , karena kami tidak terlalu feminin maupun androgyny, jadi kami ingin memberi pilihan maskulin juga buat lelaki, tapi tetap bisa dipakai perempuan.

F

Putri menawarkan desain versatile dalam tiap koleksi IKYK yang membuat semua orang – bahkan yang berhijab – bisa memadu padankannya. Apakah Putri memang mempertimbangkan desain IKYK untuk seperti itu?

P

Iya. sebisa mungkin semua orang bisa pakai. Misalkan Zara sekarang juga banyak perempuan berhijab yang belanja. Di IKYK kami memang menyediakan baju-baju tertutup tapi dengan cutting yang fleksibel juga, jadi misalnya baju lengan panjang kalau dipakai perempuan berhijab ya cocok, untuk yang tidak berhijab juga bisa dimodifikasi dengan menggulung lengannya tanpa menghilangkan style yang sudah kami buat.

F

Bagaimana Putri melihat fashion scene yang kini mengeksplorasi dan mencoba untuk cater pakaian/aksesoris hijab-friendly yang high-end ?

P

Islamic fashion ini merupakan fenomena ya. Orang Jepang senang sekali lihat perempuan berhijab. Saya pernah diwawancara oleh mereka dan ternyata mereka melihat perempuan berhijab merupakan fenomena karena seluruh dunia membicarakan hal tersebut, apalagi di ranah fashion. Jadi moslem wear -nya dipandang sebagai fenomena saja, tidak untuk dikonsumsi.

Saya suka menyayangkan fashion scene yang kini mengeksplorasi dan mencoba untuk cater pakaian/aksesoris hijab-friendly yang high-end ini sih. Banyak perempuan berhijab yang memilih untuk memakai look mencolok padahal dengan memakai hijab sendiri saja sudah mencolok. Saya mengimplementasikan hal tersebut ke IKYK adalah dengan koleksi toned down agar terlihat menarik effortlessly . Saya berharap islamic fashion ini dikembangkan tapi tidak berlebihan, karena ini adalah sebuah fenomena yang telah menjadi tren dan ada industrinya.

Hal yang positif adalah Indonesia jadi terbawa untuk mengikuti industri ini. Karena dunia kan sekarang telah mengeksplorasi ranah ini, Dolce & Gabbana pun mengeluarkan koleksi moslem wear . Pasarnya sudah mulai terbuka dan membuat kita bisa masuk dengan mudah serta pasarnya juga bagus kan.

F

Di benua lain, pasar “Islamic fashion” sudah berkembang beberapa tahun belakangan ini. Apakah Putri melihat ada prospek bagus untuk pasar seperti itu di Indonesia?

P

Indonesia adalah pasar Islamic fashion nomor 1 di dunia. Brand dan retailer lain itu suka sekali dengan pasar Indonesia, karena kita konsumtif sekali, selalu ingin mencoba hal baru dan mengikuti tren. Kita haus akan segala hal baru, jadi kalau mau lihat pasar, yang sangat besar dan berkembang ya di Indonesia.

Dan hal ini juga diakui oleh negara kain juga, selain Uni Emirat Arab ya karena mereka sudah ada pakemnya. Moslem wear di sana mayoritas abbaya, warnanya pun tidak terlalu beragam. Kebanyakan hitam, atau paling kalau mau modifikasi, perubahannya tidak signifikan, misalnya pengembangan warna coklat atau penambahan beads . Kalau Indonesia kaya sekali, lihat saja Tanah Abang. Kita punya pilihan luas, ada model baju ala Inacraft hingga Brightspot Market, semuanya ada (tertawa).

F

Apakah hal tersebut memecahkan imej bahwa perempuan berhijab selalu teropresi oleh kultur, kepercayaan dan terutama publik?

P

Saya yakin obrolan tentang hijab, kultur dan perempuan tidak akan ada habisnya. Tiap orang berhijab pasti punya latar belakang kultur masing-masing. Di Indonesia sendiri, kita bisa menerima segala jenis hijab, dan bisa dibilang sangat terbuka. Tapi kalau di Uni Emirat Arab, kalau pakai hijab dengan warna mencolok warnanya semakin diperhatikan. Kalau kultur dan karakternya seperti itu, ya kecenderungan dalam menyikapi hal ini akan terus sama, menurut saya.

Di Eropa yang merupakan ranah transisi antara Asia dan Eropa sendiri sudah mulai terbuka tapi tetap ada bentrok politik. Di Asia sendiri populasi orang muslim mulai bertambah sehingga publik mulai menerima fashion hijab-friendly , walau masih tetap ada gesekan. Kalau bicara cara berpakaian pasti ada perkembangannya, tapi tetap tidak bisa mengubah ketentuan kultur yang sudah ada.

Sejujurnya, saya merasa lebih aman jalan kaki sendiri di Korea daripada di Jakarta. Mereka cuek saja walau kami menutup bagian tubuh kami lebih daripada orang pada umumnya. Mereka sudah punya prinsip sendiri, tapi tetap menerima saya dan perempuan berhijab yang berwisata ke sana karena saya juga berusaha untuk melebur dengan tempat yang saya kunjungi.

Misalnya saya makan sendiri di kafe daerah PIK, saya masih diperhatikan karena terlihat “berbeda.” Walau sebenarnya memang kalau sebaliknya terjadi, pasti akan diperhatikan juga. Hal ini sangat disayangkan karena padahal saya makan dan beraktivitas di negara sendiri, tapi dilihat “berbeda”, padahal kita memang punya perbedaan yang bersinggungan. Kita juga perlu pakai trik juga kalau ingin berkunjung, jangan tiba-tiba pakai abbaya juga, selain untuk melebur juga bisa sebagai self-defense . Pintar-pintarnya orang saja sih (tertawa).

F

Apa proyek yang sedang Putri kerjakan?

P

IKYK akan ada kolaborasi dengan beberapa brand untuk acara mereka. Lalu ada Jakarta Fashion Week yang akan memberikan 2 slot untuk IKYK, yaitu dengan Korean Cultural Center dan Zalora. Selain itu, tahun depan, akan ada kolaborasi dengan Beams.whiteboardjournal, logo