Rangkuman Momen Inklusif Selama Gelaran Olimpiade Tokyo 2020

Sports
05.08.21

Rangkuman Momen Inklusif Selama Gelaran Olimpiade Tokyo 2020

Menurut perhitungan independen, setidaknya ada tiga kali lebih banyak atlet LGBTQ+ di Olimpiade kali ini daripada gelaran sebelumnya.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Hanindito Buwono
Foto: Getty Images

Menurut website Outsports, pada ada edisi Olimpiade kali ini setidaknya ada 181 atlet gay, lesbian, biseksual, queer, serta gender nonconforming. Hal ini menunjukan jumlah Olympian LGBTQ+ pada Olimpiade Tokyo 2020 telah meningkat lebih dari tiga kali lipat hanya dalam lima tahun. Dari latar belakang tersebut, kami memberikan rangkuman momen inklusivitas terbaik selama ajang paling bergengsi di dunia olahraga terhadap komunitas LGBTQ+.

Laurel Hubbard, Atlet Angkat Besi Transgender, Membuat Sejarah di Olimpiade Meskipun Keluar Lebih Awal

Foto: Getty Images

Laurel Hubbard, atlet angkat besi transgender dari Selandia Baru, tersingkir dari kompetisi 87+ kilogram putri setelah gagal pada ketiga upaya angkatnya. Hasil tersebut membuat Laurel Hubbard satu-satunya dari 13 finalis yang gagal menyelesaikan lift.

Berumur 43 tahun, Laurel Hubbard adalah atlet yang tertua dari 13 finalis dalam kompetisi 87+ kilogram putri. Sang atlet tidak beralih ke perempuan sampai dia berusia 35 tahun.

Dia dapat berpartisipasi dalam ajang Olimpiade karena perubahan dalam pedoman transgender Komite Olimpiade Internasional yang terjadi pada tahun 2015. Perubahan itu menyatakan bahwa atlet yang beralih dari pria ke wanita dapat bersaing di kategori wanita, selama kadar testosterone total mereka di serum kurang dari 10 nanomol per liter selama setidaknya 12 bulan.

“Saya Seorang Pria Gay dan Juga Juara Olimpiade,” Ungkap Tom Daley

Foto: Oli Scarff/Getty Images

Atlet selam asal Britania Raya, Tom Daley, yang menyatakan dirinya sebagai gay pada tahun 2013, memenangkan emas bersama mitra atlet senamnya, Matty Lee, dalam kategori synchronised 10m dive. Setelahnya mendapatkan medali emas tersebut, ia berbagi pesan harapan kepada para wartawan.

“Saya merasa sangat bangga untuk mengatakan bahwa saya seorang pria gay dan juga juara Olimpiade. Ketika saya masih muda, saya tidak berpikir saya akan pernah mencapai apapun karena siapa saya. Menjadi juara Olimpiade sekarang hanya menunjukkan bahwa Anda dapat mencapai apapun.”


Raven Saunders Tampilkan Kebanggaan dan Protes Setelah Mengambil Perak di Cabor Shot-Put

Foto: Andrew Nelles

Atlet shot-put asal Amerika Serikat, Raven Saunders, membuat tampilan kebanggan serta protes setelah mendapatkan medali perak. Berdiri di podium, dia mengangkat tangannya di atas kepalanya untuk membentuk “X” dengan pergelangan tangannya. Saat ditanya apa artinya itu, dia berkata, “Ini adalah persimpangan di mana semua orang yang tertindas bertemu.”

Kesuksesannya di Tokyo datang setelah tahun-tahun yang sulit, ketika dia berjuang dengan depresi dan berpikir untuk bunuh diri setelah menyatakan dirinya sebagai lesbian. Keterbukaan dirinya tentang kesehatan mentalnya telah berkontribusi pada perhitungan yang lebih besar seputar masalah ini.


Atlet Skeet Shooter Asal Polandia Menjadi Olympian Pertama yang “Coming Out” dari Negara Tersebut 

Foto: Pawel Supernak

Aleksandra Jarmolińska, atlet skeet shooter asal Polandia, telah “coming out” tidak lama sebelum Olimpiade Tokyo 2020.

Dia mengumumkan bahwa dia akan menikahi orang keuangannya setelah dia kembali. Selama Opening Ceremony, ia mengenakan masker bergaris pelangi dari bendera kebanggan LGBTQ+.

Pernyataannya menimbulkan resonansi khusus di tengah reaksi keras terhadap hak-hak LGBTQ+ di Polandia.


whiteboardjournal, logo