
On Being a Queer and Eternalizing the Death of One
Dalam submisi open column ini, Zar Mose menulis obituari untuk mengenang kematian kakaknya, yang juga seorang queer, sebagai sebuah kisah hidup yang menakjubkan–meski kerap diwarnai pilu.
Dalam submisi open column ini, Zar Mose menulis obituari untuk mengenang kematian kakaknya, yang juga seorang queer, sebagai sebuah kisah hidup yang menakjubkan–meski kerap diwarnai pilu.
Dalam submisi open column ini, Robhi Januar mendekonstruksi arti kebahagiaan yang kerap diamini manusia modern dan memberi usul berdasarkan sudut pandang psikologis untuk menjauhkannya dari kata "semu".
In this open column submission, Nadia Syarifah ruminates about the very nature of being away from where you grew up and all that follows intrinsically: creating a new personality and circle, maintaining old and new relationships, and coping with loneliness.
In this open column submission, Shadia Kansha took a long ponder at the fleeting celebration of birthdays on the day she turned 25, which consequently helped her understand loss better.
Dalam submisi open column ini, Muhammad Rafsan Aryakusumah menyelami keresahan yang disuarakan lagu-lagu bertema kota dan mempertanyakan mengapa hal ini kerap menjadi kidung romantis ketika membahas Bandung.
Dalam submisi open column ini, Relo Pambudi mendedah makna lagu "Kereta Terakhir dari Palmerah" milik Rekah yang menggambarkan hidup dalam jerat kapitalisme kiwari dan bagaimana caranya untuk perlahan melepaskan diri darinya.