Flowr Pit Membahas Inspirasi Musik Coming of Age

Music
29.06.18

Flowr Pit Membahas Inspirasi Musik Coming of Age

Kami berbincang dengan Alfath Arya untuk mengetahui persiapannya di Lokatara, serta referensi dan inspirasi musik untuk Flowr Pit.

by Ghina Sabrina

 

Foto: Achmad Soni

Sebagai satu-satunya band kencang di Kolibri Rekords, Flowr Pit seakan mengetahui betul cara menunjukan diri ke permukaan di antara roster yang ada. Sebuah proyek solo dari Alfath Arya, ia mulai terjun ke dunia musik dengan sederet rekaman lagu lo-fi yang terinspirasi dari album “Quick Songs” milik Frankie Cosmos, hingga pada akhirnya memutuskan untuk menekuni karirnya di musik hasil dari dorongan temannya. Terinspirasi dari hal-hal umum menyangkut fase coming of age, Flowr Pit berhasil tampil menonjol tak hanya di antara rosternya tapi juga dalam skena musik lokal secara umum. Kami berbincang dengan Alfath Arya untuk mengetahui persiapannya di Lokatara, serta referensi dan inspirasi musik untuk Flowr Pit.

Apakah musik selalu jadi hal yang menarik perhatian Anda, sampai pada akhirnya ingin menjadi musisi?

Iya. Kebetulan saya senang sekali menekuni bidang musik dari awal SMP. Waktu itu saya berkenalan dengan berbagai macam musik melalui sebuah game yang bernama Guitar Hero, setelahnya saya mulai browsing di internet tentang banyak band yang lagunya terdapat di game tersebut. Alhasil saya mulai mendengarkan banyak band lawas seperti Black Sabbath, Led Zeppelin, dan lain-lain. Masuk SMA, saya dipertemukan dengan teman-teman yang bisa saya ajak sharing tentang musik, dan akhirnya mulai mencoba menulis lagu sendiri dan sejak saat itu saya makin serius menekuni passion bermusik saya.

Apa yang unik dari Flowr Pit di antara roster Kolibri Rekords?

Bisa dibilang Flowr Pit saat ini satu-satunya band kencang di Kolibri Rekords.

Lagu-lagu Flowr Pit memiliki tema coming of age yang tidak berpusat pada percintaan saja. Hal apa saja yang biasanya jadi inspirasi penulisan lagu Anda?

Pada dasarnya saya terinspirasi dari hal-hal umum yang dihadapi seseorang ketika menginjak umur 20-an tahun, seperti percintaan dan patah hatinya, pertemanan dan menjauhnya kawan lama, hingga kebingungan yang semakin nyata dari pertanyaan “Mau jadi apa?”. Kesemuanya saya coba rangkum dengan berbagai perspektif. Mungkin jawaban singkatnya adalah “The joys and pains of growing up and growing apart”.

Pada awalnya Anda terinspirasi oleh musisi-musisi lo-fi seperti Frankie Cosmos, namun sekarang musik Anda lebih menjurus ke college rock. Sebenarnya seperti apa referensi musik Flowr Pit?

Untuk referensi mungkin bisa dibilang saya tidak mempunyai sesuatu yang khusus atau pasti untuk Flowr Pit. Karena kebetulan setiap hari saya selalu mencoba untuk mendengar musik/band yang belum pernah saya dengar sebelumnya, saya jadi belajar untuk memetik esensi-esensi dari suatu genre untuk nantinya saya terapkan dalam penulisan musik maupun lirik Flowr Pit.

Berdasarkan hal tersebut pula, terjadi pergeseran genre pada karya Flowr Pit. Apa yang mempengaruhi perubahan genre tersebut?

Berkaitan dengan Kaveman, sebenarnya tidak terpengaruh hal tertentu sih. Di luar Kaveman, saya dari dulu suka mencoba merekam-rekam lagu yang secara genre memang sangat berbeda. Dari lagu-lagu tersebut, ada beberapa yang menurut saya bisa dijadikan satu proyek yang utuh, dari situlah tercetus ide untuk membentuk Flowr Pit sebagai hasil dari keisengan saya.

Flowr Pit akan jadi salah satu penampil gelaran musik Lokatara yang mengangkat tema “Sunyi, Senyap, Luka”. Terkait tema, bagaimana Flowr Pit menyikapi rasa tersebut – jadi sumber inspirasi atau justru kendala besar?

Keduanya. Saya rasa ketiga hal tersebut adalah hal-hal yang bisa menghambat maupun menginspirasi, tergantung bagaimana seseorang menyikapinya. Kalau saya memang lebih memilih untuk menjadikan ketiga hal tersebut sebagai inspirasi, untuk nantinya saya ceritakan ke banyak orang dalam bentuk lagu. Siapa tahu di luar sana ada orang-orang yang bisa relate dengan apa yang saya coba utarakan.

Di gelaran musik Lokatara, Flowr Pit akan menjadi satu-satunya penampil dengan musik keras di antara penampil lainnya yang ber-genre folk. Bagaimana persiapan Flowr Pit untuk penampilan di acara tersebut?

Justru sebenarnya untuk penampilan di Lokatara nanti, saya mencoba untuk tampil sendirian (tanpa dibantu drummer). Saya ingin mencoba menginterpretasikan salah satu tema, yaitu sunyi, dengan menampilkan set minimum, yang mana hanya akan ada saya dan gitar saya di atas panggung. Saya harap penampilan ini akan menjadi salah satu set yang paling unik dalam riwayat panggung Flowr Pit.

Apa proyek yang sedang disiapkan ke depannya?

Saat ini sedang dalam tahap finalisasi rekaman untuk sebuah single, setelahnya saya akan lanjut menulis lagu yang akan saya rekam dalam bentuk album yang mana jika memungkinkan akan mulai direkam akhir tahun ini. Semoga saja semesta mendukung.

Lokatara Music Showcase Project I: Jakarta

7 Juli 2018

Rossi Musik, Fatmawati

Tiket klik di siniwhiteboardjournal, logo