Jennifer Moss, Pakar Kesejahteraan di Tempat Kerja, Paparkan Pentingnya Perusahaan untuk Menangani Burnout di Kalangan Pekerja

Human Interest
03.01.22

Jennifer Moss, Pakar Kesejahteraan di Tempat Kerja, Paparkan Pentingnya Perusahaan untuk Menangani Burnout di Kalangan Pekerja

Ahli kesejahteraan di tempat kerja, Jennifer Moss, menjelaskan temuannya terkait burnout yang dialami oleh para pekerja pada masa pandemi COVID-19, dan cara-cara untuk mencegahnya.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Hafiza Dina
Foto: Reuters

Istilah burnout mulai ramai diperbincangkan sejak pandemi COVID-19 melanda, sejak orang-orang mulai jenuh dengan kegiatan hariannya yang harus bekerja dari rumah, dan tidak bertemu dengan banyak orang secara rutin. Masih belum adanya kepastian dari pandemi akibat coronavirus ini, ditambah dengan semakin banyaknya kasus-kasus burnout yang dialami para karyawan, Jennifer Moss—Penulis dari The Burnout Epidemic: The Rise of Chronic Stress and How We Can Fix It—menyatakan bahwa perusahaan perlu untuk berefleksi. Budaya kerja yang berlebihan, menurut Moss, dapat memperparah keadaan. 

Burnout sendiri merupakan sebuah kondisi stres di tempat kerja yang tidak terkendali. Moss menyebutkan, setidaknya ada enam akar permasalahan dari burnout: beban kerja yang tidak tetap, kurangnya kontrol yang dirasakan, tidak adanya penghargaan setelah semua usaha yang dilakukan, lingkungan kurang suportif, dan adanya ketidakadilan serta ketidakcocokan nilai. Selama gelombang kedua COVID-19, penelitian yang dilakukan oleh Moss menemukan bahwa hanya 89% justru merasakan kehidupan kerjanya semakin memburuk. Angka tersebut berbanding jauh dengan jumlah responden yang merasa puas dengan kehidupannya, yang mirisnya hanya sebesar 2%. 

Terlepas dari angka yang mengkhawatirkan ini, perusahaan justru cenderung memberikan solusi jangka pendek bagi permasalahan burnout yang dialami para karyawan. Strategi yang digunakan pun cenderung bersifat individual, seperti dengan membebaskan para karyawan untuk memilih tempat kerjanya—bisa di kantor maupun di rumah. Padahal, menurut Moss, ada masalah yang lebih besar di balik persoalan burnout ini: kurangnya keadilan di tempat kerja. Moss melihat bahwa budaya overwork tidak membuat para karyawan bekerja dengan lebih efektif. Justru, karyawan dapat jatuh sakit dengan overwork yang berkepanjangan.

Moss menyarankan perusahaan untuk memberikan kebebasan bagi karyawan untuk mengambil cuti, memberikan gaji yang setimpal—termasuk dengan uang lembur, dan mempromosikan karyawan yang menunjukkan kinerja yang baik. Moss juga menyarankan langkah yang bisa diambil oleh para karyawan: mengidentifikasi batasan diri agar terhindar dari burnout, beristirahat, dan melakukan kegiatan yang menyenangkan. Karyawan juga perlu untuk menetapkan batasan diri dengan orang lain, terutama terkait hal-hal yang dilakukan di luar jam kerja seperti menjawab pesan.whiteboardjournal, logo