Olafur Eliasson Memperlihatkan Realita Perubahan Iklim Melalui Instalasi Terbarunya

Art
11.12.18

Olafur Eliasson Memperlihatkan Realita Perubahan Iklim Melalui Instalasi Terbarunya

Suatu ajakan untuk memulai perubahan melawan perubahan iklim.

by Ghina Sabrina

 

Foto: Olafur Eliasson

Perubahan iklim memang telah menjadi isu hangat sejak beberapa tahun belakangan, apalagi semenjak kemunculan film dokumenter “An Inconvenient Truth” yang membangun kesadaran atas ancaman global warming pada planet bumi. Namun, isu ini kian menjadi topik penting karena pada tahun ini, UN telah menetapkan tahun 2030 sebagai deadline bagi para pemimpin dunia untuk mengimplementasikan perubahan drastis yang dapat mencegah efek buruk dari perubahan iklim terhadap miliaran penduduk di bumi.

Seniman asal Islandia-Denmark, Olafur Eliasson pun ingin memperlihatkan realita perubahan iklim melalui instalasinya yaitu “Ice Watch”. Sebagai instalasi yang bersifat sementara, “Ice Watch” pertama kali dipertunjukan ke publik pada tahun 2014 di Kopenhagen, dan berlanjut di tahun 2015 di Paris. Di penghujung tahun 2018, ia berkolaborasi dengan ahli geologi, Minik Rosing, untuk membawa “Ice Watch” ke London, tepatnya di luar museum Tate Modern.

“Ice Watch” terdiri dari 24 balok es yang diambil dari perairan di Nuup Kangerlua fjord di Greenland dan telah terpisah dari lapisan es. Seperti sifat es seperti biasanya, balok es tersebut akan meleleh dan secara langsung memperlihatkan efek buruk dari perubahan iklim. Melalui instalasi ini, Eliasson berharap bahwa orang-orang akan merasa terhubung dengan lingkungan sekitarnya lebih dalam dan akan menginspirasi mereka untuk melakukan perubahan radikal. Ditambah lagi, ia mengatakan bahwa setiap orang memiliki kekuatan untuk mengambil tindakan yang dapat mendorong perubahan sistematis.

Lewat instalasi ini, Eliasson ingin menyampaikan bahwa walau kebijakan-kebijakan yang dapat mencegah efek buruk perubahan iklim hanya dapat diserahkan kepada pemerintah, perubahan hanya dapat terlaksana jika dimulai dari diri sendiri. whiteboardjournal, logo