Who, What, Why: Irwan Ahmett

Art
24.10.18

Who, What, Why: Irwan Ahmett

Selain karirnya sebagai desainer, Mas Iwang sangat dihormati di dunia seni karena gaya pendekatannya jujur dan non-konvensional.

by Emma Primastiwi

 

WHO

Tumbuh sebagai individu cukup ekspresif sejak kecil, Irwan Ahmett atau biasa dikenal sebagai Mas Iwang, selalu mengetahui bahwa jalan hidupnya akan menuju ke dunia seni. Setelah keluar dari Institut Kesenian Jakarta, ia mendirikan studio desain bernama “Ahmett Salina” bersama istrinya, Tita Salina. Ia juga terkenal melalui pendekatan seninya yang unik, tidak hanya melibatkan partisipasi publik, Irwan Ahmett juga menjelajah bahasan yang tajam soal sejarah, sistem politik, ekonomi maupun sosial dalam karya-karyanya.

WHAT

Irwan Ahmett memulai perjalanannya dalam dunia seni dari desain grafis. Setelah mempelajari mata kuliah tersebut sekaligus bereksperimen dengan seni, Mas Iwang menggabungkan pendekatan desain grafis dengan metode keseniannya. Selain karirnya sebagai desainer, Mas Iwang sangat dihormati di dunia seni karena gaya pendekatannya jujur dan non-konvensional. Mas Iwang telah mengerjakan berbagai proyek independen yang telah mendapat pujian internasional dan telah disorot di berbagai pameran seni internasional, seperti pembicara di TEDx Singapore Biennale Jakarta dengan tema “Urban Play”, “Made in Commons” di Amsterdam, “The Social: Encountering Photography & North East Photography Network” di Inggris. Belakangan, Irwan Ahmett rutin menggelar presentasi karya yang berusaha mendedah tragedi 1965 pada 30 September setiap tahunnya. Pada presentasinya tahun 2017, ia mengundang make up artist film G30S PKI, Subarkah Hadisarjana. Di tahun 2018, giliran salah satu pasukan Candrabirawa (pasukan penculik jenderal) menceritakan kisahnya dalam tragedi tersebut.

WHY

Di tengah fenomena kepentingan estetika dalam dunia kesenian sekarang, Irwan Ahmett adalah salah satu seniman yang terus menantang pemikiran ini. Dalam upaya untuk membuat karya yang autentik dan juga jujur, Mas Iwang tidak takut untuk menggali kedalaman suatu konsep sosial atau politik dan bahkan sampai melibatkan warga untuk berpartisipasi dalam karya-karyanya.whiteboardjournal, logo