Who, What, Why: Kolektif Literasi dari Luar Jawa

Art
03.10.20

Who, What, Why: Kolektif Literasi dari Luar Jawa

Beberapa kolektif yang bertujuan untuk menumbuhkan gerakan literasi di luar Jawa.

by Whiteboard Journal

in partnership with British Council - DICE (Developing Inclusive Creative Economy)

Armada Pustaka Mandar

WHO

Armada Pustaka Mandar merupakan komunitas dan gerakan yang bertujuan untuk menumbuhkan literasi bagi anak-anak dan anak muda di kawasan Sulawesi yang kesulitan mendapat akses pada buku. Komunitas ini dibentuk oleh penulis dan jurnalis Ridwan Alimuddin.

WHAT

Armada Pustaka mengawali inisiatifnya dengan Perahu Pustaka, sebuah perpustakaan dalam kapal yang telah berlayar ke daerah di Sulawesi Barat, Selatan dan Tenggara. Setelah perahu, Ridwan Alimuddin juga menggagas Motor Pustaka dan Becak Pustaka. Ada pula Perpustakaan dan Museum Nusa Pustaka yang mengoleksi 5000 buku dan artefak maritim budaya Mandar.

WHY

Berbagai inisiatif yang dihadirkan Armada Pustaka mendapat sambutan baik dari para pembaca anak-anak dan pemuda. Antusiasme ini merupakan langkah awal bagi Armada Pustaka untuk mengajak para pembaca peka terhadap isu lokal yang terjadi di Sulawesi, seperti lingkungan dan kebudayaan maritim lokal. Armada Pustaka tak hanya berdampak pada tumbuhnya minat baca di daerah-daerah kecil, tapi perubahan sosial dalam taraf lokal.

Forum Sudut Pandang

WHO

Forum Sudut Pandang berupaya mengangkat isu populer yang sedang berkembang di kota Palu melalui jalur seni dan riset yang kontekstual. Anggota Forum Sudut Pandang ada 19 orang dan terdiri dari seniman, pelajar, jurnalis musik dan filmmaker.

WHAT

Forum Sudut Pandang memiliki program reguler, diantaranya adalah program penayangan film Klub Penonton, pasar seni SaleSaleSale, klub gambar dan pameran Kamisukagambar, workshop Piknikan (workshop alternative), microgig Mulok, dan majalah Marlah.

WHY

Forum Sudut Pandang lahir atas keinginan untuk berkolektif dan membentuk ruang alternatif untuk belajar dan berbagi ketertarikan terhadap perkembangan seni dan kebudayaan di Palu. Upaya awal yang Forum Sudut Pandang lakukan adalah dengan menghadirkan ruang untuk merepresentasikan aktivitas kesenian di Palu yang lebih kontekstual, progresif dan berlandaskan semangat anak muda. Lantas, membuat program yang relevan dan konteks terhadap situasi sekitar menjadi titik sorot bagi kolektif ini. Forum Sudut Pandang juga menjadi representasi kemunculan kolektif seni non-akademik di Palu yang memanfaatkan media komunikasi online sebagai salah satu moda mengakses pengetahuan dan membangun jejaring.

Kampung Buku

WHY

Kampung Buku merupakan kolaborasi dan laboratorium berwujud perpustakaan publik. Kampung Buku dikelola oleh Tanahindie yang mengutamakan aktivitas dan programnya pada pengkajian dan penelitian isu kota. Kampung Buku terbentuk atas kesadaran tentang literasi sebagai bagian penyebarluasan gagasan lewat berbagai cara sebagai jalan produksi, reproduksi, dan distribusi pengetahuan.

WHAT

Sebagai sebuah perpustakaan, Kampung Buku menjadi penyuplai referensi arsip yang berkaitan dengan Sulawesi Selatan dan Barat, juga Indonesia Timur. Beberapa koleksi buku lainnya juga tersedia di Kampung Buku, seperti majalah, jurnal dalam bahasa Inggris dan Indonesia, komik, katalog, dan buletin. Dalam kegiatannya, Kampung Buku mendorong tumbuhnya penyebaran gagasan sebagai jalan produksi, reproduksi, dan distribusi pengetahuan melalui kegiatan seperti diskusi, lokakarya, pemutaran film, obrolan santai, pameran, residensi, dan beberapa kerja kolaborasi berkaitan dengan seni dan wacana kebudayaan.

WHY

Kampung Buku terbentuk atas kesadaran tentang literasi sebagai bagian penyebarluasan gagasan dan distribusi pengetahuan. Tak sedikit dari mahasiswa, peneliti, maupun orang-orang yang hanya sekadar mencari bahan bacaan kemudian menjadikan Kampung Buku sebagai rujukan untuk mencari bahan bacaan umum dan penelitian, khususnya penelitian tentang sejarah dan kebudayaan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.

Kampung Buku Banjarmasin

WHO

Kampung Buku Banjarmasin merupakan hub kios buku yang bertujuan untuk meningkatkan minat literasi dan menjadi wadah alternatif untuk mendiskusikan isu-isu literasi dan seni.

WHAT

Beberapa penerbit buku yang sudah mengisi lapak di Kampung Buku sebut saja Sabuku BookShop yang menyediakan buku-buku kajian Kalimantan, Thalib BookShop yang menyediakan buku sosial dan politik, TandaPetik Books untuk sastra, dan Antasari untuk buku agama dan politik. Kampung Buku juga menjadi ruang untuk diskusi dan bincang buku.

WHY

Kampung Buku Banjarmasin lahir atas dasar keinginan untuk meningkatkan literasi dan minat baca masyarakat, terkhususnya di Banua, Banjarmasin. Lantas, ruang ini tidak hanya menjadi toko dan perpustakaan buku, tapi juga ruang interaksi dan diskusi yang menampung berbagai disiplin seni untuk memaknai literasi secara luas, tidak hanya minat membaca, tapi juga budaya kritis.

Katakerja

WHO

Katakerja berfokus pada penyediaan akses bacaan dan ruang yang bisa digunakan oleh siapa saja secara gratis. Awalnya, Katakerja merupakan program dari AcSI (Active Society Institute), satu organisasi yang fokus melakukan pendampingan masyarakat urban. Kemudian, Katakerja resmi menjadi satu organisasi sendiri. Ada 22 orang yang tercatat sebagai pustakawan sekaligus pengurus di Katakerja.

WHAT

Selain sebagai perpustakaan, Katakerja mengadakan kelas menulis, diskusi tematik, bincang buku, juga ada ‘perpustakaan manusia’, yaitu kegiatan yang menghadirkan beberapa orang (biasanya tiga) sebagai ‘buku’. Di sesi ini, mereka menceritakan satu bab dalam kehidupan mereka, dan orang-orang yang hadir sebagai ‘pembaca’ hanya mengetahui ‘judul buku’ tanpa mengetahui siapa yang akan menjadi buku.

WHY

Katakerja berupaya membuka akses bacaan dan penggunaan ruang bersama bagi masyarakat sekitar. Katakerja memilih lokasi yang dekat dengan beberapa universitas dengan kesadaran bahwa mahasiswa menjadi kelompok masyarakat yang akan paling banyak membutuhkan akses bacaan tersebut, terbukti dari latar belakang anggota perpustakaan yang paling dominan di Katakerja adalah mahasiswa. Lebih dari itu, melalui kegiatan-kegiatan sederhana, Katakerja berupaya menjadi tempat persinggungan gagasan dari orang-orang dengan latar belakang berbeda, baik kelas sosial maupun perbedaan profesi.

Literacy Coffee

WHO

Literacy Coffee merupakan sebuah unit usaha dari Yayasan Pusat Kajian dan Dokumentasi Sumatera (Institut Sumatera) yang fokus pada pengumpulan arsip Sumatera, serta menjadi ruang ekspresi bagi para seniman lokal untuk mempromosikan karyanya. Literacy Coffee melibatkan banyak pelaku kreatif dari pelukis, musisi, penari hingga akademisi.

WHAT

Literacy Coffee merupakan sebuah kedai kopi yang mengutamakan edukasi. Ruang ini mengadakan acara diskusi dan apresiasi seni, bedah buku, riset, serta pengumpulan arsip-arsip yang terkait dengan Sumatera.

WHY

Semenjak Literacy Coffee hadir, ruang ini telah menjadi wadah berkarya para pelaku seni, serta memfasilitasi para mahasiswa untuk melakukan riset dan mempelajari sejarah lokal. Dengan mengadakan program dengan konsisten, Literacy Coffee menjadi ruang alternatif yang progresif di Medan.

Paparisa Ambon Bergerak

WHO

Paparisa Ambon Bergerak merupakan rumah bersama untuk bertukar pikiran dan kolaborasi antar komunitas kreatif di Ambon. Perkumpulan ini berupaya mendorong dan mewadahi anak-anak muda di bidang industri kreatif dengan semangat perdamaian dan solidaritas. Kini, Paparisa Ambon Bergerak mewadahi beberapa komunitas dan pergerakan seperti Save Ambon Bay, Penyala Ambon, Kanvas Alifir, Bengkel Seni Embun, Bengkel Sastra Maluku, Maluku Hiphop dan Ambon Photo Club.

WHAT

Paparisa Ambon Bergerak mewadahi kegiatan seperti pameran, diskusi, lokakarya dan kelas.

WHY

Paparisa Ambon Bergerak muncul karena keinginan untuk mempersatukan anak-anak muda Ambon setelah adanya konflik agama di Ambon sejak 1999 hingga pertengahan 2000-an. Komunitas ini terbuka bagi siapa saja dan tak melihat latar belakang agamanya. Hal ini tidak hanya membuat Paparisa Ambon Bergerak sebagai tempat bergerak, tapi juga pergerakan melawan sekat antar-agama di Ambon melalui jalur kreatif.

SimpaSio Institute

WHO

SimpaSio Institute merupakan lembaga arsip dan kajian sosial-budaya Flores Timur yang berfokus pada edukasi dan pelestarian budaya. Lembaga ini didirikan oleh seorang budayawan, peneliti dan pengajar Bernard Tukan, dan memiliki 17 anggota dari berbagai daerah di Flores Timur.

WHAT

Beberapa program SimpaSio Institute adalah perpustakaan dan taman baca Serambi Pustaka Simpasio Institute yang mewadahi anak-anak dalam berbagai kegiatan kreatif seperti kelas, lokakarya dan kegiatan dongeng, serta Kemah Literasi Sains, sebuah kegiatan yang memperkenalkan alam bagi anak-anak.

WHY

SimpaSio mendedikasikan dirinya bagi pendidikan anak. Terbukti, pada 2019, SimpaSio Institute ditunjuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia sebagai sebuah lembaga yang layak menjalankan program kampung literasi. Dengan terus mengadakan program pendidikan, serta mengarsipkan kebudayaan lokal Flores, SimpaSio menjadi salah satu tenaga pendorong lahirnya insan kreatif yang peduli terhadao lingkungan dan identitas lokal di Indonesia.whiteboardjournal, logo