Berkenalan dengan Musisi Pendatang Baru, Ardhito Pramono

Music
22.02.19

Berkenalan dengan Musisi Pendatang Baru, Ardhito Pramono

Mulai dari perjalanan karir bermusiknya sebagai musisi lokal baru, hingga persiapannya dalam gelaran LaLaLa Festival 2019.

by Whiteboard Journal

 

Teks & Foto: Vestianty

Gelaran LaLaLa Festival akan hadir esok hari, dengan menghadirkan line up musisi dari genre contemporary R&B, synth pop, hingga soul, baik mancanegara maupun lokal. Salah satu musisi lokal yang kehadirannya paling dinanti dalam festival mereka kali ini tentunya kehadiran dari musisi pendatang baru yang akhir-akhir ini mencuri banyak perhatian, yaitu Ardhito Pramono. Lewat lagu-lagunya yang bernuansa easy listening, ia mengawali karir dengan karya yang ia buat dan aransemen sendiri. “Bila” menjadi salah satu single yang dikenal saat menjadi salah satu soundtrack dari film Ernest Prakasa “Susah Sinyal” di 2016. Debut “Fake Optics” yang hadir di tahun 2018 serta disusul dengan versi terbaru dari aransemen “Bitterlove” pun telah ditonton hingga 1 juta penonton di YouTube. Kami berbincang dengan Ardhito Pramono mengenai jurusan perfilman yang ia tekuni saat mengenyam pendidikan sarjana, tantangannya bermusik di kondisi musik lokal saat ini, aktivitasnya sebagai radio announcer, hingga persiapannya menuju gelaran LaLaLa Festival.   

Tertarik dengan dunia musik dan sudah mahir memainkan musik dari sejak kecil. Apa yang membuat Anda memilih bidang perfilman untuk gelar sarjana Anda? Apakah bidang ilmu ini berpengaruh banyak dalam proses Anda dalam membuat musik?

Sebenarnya dibilang saya bisa main musik banget dari kecil tidak juga. Saya masuk film justru karena saya tidak bisa musik. Saya bisa basic main musik. Saya tahu cara main gitar, main piano. Lalu saya pikir kalau misalnya saya ambil musik juga, sepertinya pekerjaan saya tidak akan luas, peluangnya jadi lebih mengerucut. Nah saya tidak mau, dan akhirnya mengambil film. Kalau misalnya ditanya berpengaruh tidak terhadap pekerjaan saya sekarang sangat berpengaruh sih, karena eranya sudah konten banget, content creator and everything creative gitu dan sangat-sangat membantu sih.

Apa tantangan sebagai musisi baru di kondisi musik lokal sekarang ini?

Tantangannya jadi pemusik baru, sebenarnya tantangannya cuma gimana caranya buat terlihat lebih as original as possible sih. Tidak berpura-pura untuk menjadi orang lain. Tapi tulus saja menjalani apa yang sudah diberi.

Siapakah inspirasi terbesar dalam bermusik dan bagaimana mereka menginspirasi musikalitas Anda?

Orang-orang yang paling mempengaruhi saya di dunia musik sebenarnya banyak sekali. Kalau misalnya personal, sahabat saya sendiri yang mempengaruhi saya untuk bermusik untuk suruh masuk ke jazz aja instead of pop and everything. Dan how that guy influenced my life ya karena dia saya bisa main musik. Lebih ke sahabat-sahabat saya aja sih.

Bagaimana kecintaan Anda sebagai radio announcer?

Kecintaan saya sebenarnya saya dari kecil ingin sekali jadi radio announcer. Orang siaran, saya temani. Sampai akhirnya saya mencoba beberapa kali untuk menjadi radio announcer, tapi memang karena keterbatasan saya dalam berbicara – kadang-kadang saya gagap gitu – yang membuat saya tidak bisa untuk menjadi radio announcer pada saat itu. Sekarang pada saat saya jadi musisi, tiba-tiba ada stasiun radio yang menawarkan saya untuk jadi radio announcer di sana. Ya sudah akhirnya ambil saja.

Namun apakah selama menjadi announcer di stasiun tersebut mengalami kendala?

Banyak sekali kendalanya, seperti bingung bahas apa, awkwardly. Saya kan tidak extrovert banget ya orangnya. Saya sering bicara, tapi tidak sebawel itu. Jadi, agak susah keep up saja sih saya, gagapa.

Apa persiapan untuk tampil di LaLaLa Fest nanti?

Persiapannya sudah lagi mengaransemen. Memang agak telat sih, jadi harusnya aransemennya bulan lalu tapi saya kebut minggu ini kami aransemen baru. Lalu latihan-latihan juga.

Ada sesuatu yang spesial yang sedang disiapkan untuk penampilan nanti?

Saya lebih banyak teatrikal sih. Jadi, musiknya tetap pagelaran musik, tapi saya akan sedikit memberikan unsur teatrikal di dalam pertunjukan saya itu.

Bagaimana melihat posisi LaLaLa Fest di antara berbagai festival musik lokal lain?

Saya melihat LaLaLa Fest nyeleneh saja sih. Tapi yang dibutuhkan orang-orang Indonesia kan sebenarnya experience kan. Pertama LaLaLa Fest memberikan kita untuk menonton musik di dalam hutan yang kita tidak pernah merasakan sebelumnya. Ya saya melihat LaLaLa Fest seperti pioneer festival musik yang outdoor. Karena belum ada tuh, biasanya festival musik di lapangan. Cuma LaLaLa Fest pioneer-nya.whiteboardjournal, logo