Serial Terbaru Mike Flanagan, “The Fall of The House of Usher”, Mendapat Pujian dari PETA karena Membahas Animal Testing

Film
17.10.23

Serial Terbaru Mike Flanagan, “The Fall of The House of Usher”, Mendapat Pujian dari PETA karena Membahas Animal Testing

Mike Flanagan berhasil menyoroti kekejaman dan kesia-siaan eksperimen terhadap hewan yang berbalik menjadi petaka pada manusia itu sendiri dalam kemasan Horror Gothic terbarunya.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Agnina Rahmadinia
Foto: Netflix

Mike Flanagan kembali dengan serial horor terbarunya yang diadaptasi dari cerita pendek Edgar Allan Poe dengan judul yang sama, yakni “The Fall of the House of Usher”. Seri ini mendapat penghargaan dari People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) karena telah menyoroti kengerian uji coba terhadap hewan.

Serial bergenre horror-gothic ini dirilis lewat Netflix pada Kamis (12/10) lalu. Dikemas dalam delapan episode, serial ini mengisahkan Roderick Usher (Bruce Greenwood), CEO perusahaan farmasi yang korup. Ia kehilangan keenam anaknya dengan cara yang begitu brutal dan misterius dalam kurun waktu dua minggu. Bersama saudarinya, Madeline Usher (Mary McDonnell), Roderick harus menghadapi masa lalu dan kejatuhan keluarganya. Tragedi ini mengingatkan mereka pada sosok Verna (Carla Gugino) yang telah meramalkan masa depan.

Pada episode ketiga, “Pembunuhan di Rue Morgue” mengisahkan putri Roderick yakni Camille (Kate Siegell) yang mengunjungi laboratorium milik saudarinya yang sedang bereksperimen dengan simpanse. Melalui penampilan CGI yang tampak nyata dari simpanse yang menjerit, Verna memaparkan fakta mengerikan terkait eksperimen pembedahan hewan.

Di episode ini, Verna dalam wujud simpanse menyatakan, “Tahukah kamu berapa banyak hewan yang digunakan untuk eksperimen uji coba dalam setahun? Lebih dari 100 juta hewan. Meski obat yang dihasilkan lulus uji praklinis, 90% di antaranya masih tetap gagal dalam uji coba pada manusia.” Melalui representasi simpanse sebagai makhluk primata, dialog ini juga menekankan bahwa manusia tak bisa membuat lipstik atau bahkan shampoo anti ketombe tanpa membuat makhluk lain menderita. Dalam rilis situs resmi PETA memaparkan sejumlah data yang berkesinambungan dengan dialog ini. 

Kebanyakan hewan yang menjadi korban percobaan laboratorium dibunuh setelah mengalami penderitaan sepanjang hidupnya. Prosedur uji coba ini tidak termasuk perlakuan yang layak. Hewan-hewan diperlakukan dengan keji seperti dimutilasi, dibiarkan terinfeksi penyakit, dan terpaksa menjalani prosedur yang menyakitkan. Meskipun National Institutes of Health menghabiskan sekitar 20 Milyar Dollar per tahun untuk pendanaan dan pembayaran pajak atas pengujian hewan, menurut yang dipaparkan oleh PETA, penelitian menunjukkan bahwa 95% semua obat baru yang diuji tetaplah gagal dalam uji klinis pada manusia. Dalam hal ini, Mike Flanagan dianggap berhasil merepresentasikan kekerasan di laboratorium hewan dan menjelaskan mengapa eksperimen terhadap hewan harus disudahi. Dimana gagasan ini sesuai dengan moto PETA yakni “hewan bukan milik kita untuk bereksperimen” dan menentang pandangan spesiesisme dan supremasi manusia.whiteboardjournal, logo