‘Memoria’ Karya Apichatpong Weerasethakul Berhasil Memenangkan Jury Prize Cannes Film Festival 2021: Sebuah Kisah Tentang Eksplorasi Diri dan Acceptance

Film
07.01.22

‘Memoria’ Karya Apichatpong Weerasethakul Berhasil Memenangkan Jury Prize Cannes Film Festival 2021: Sebuah Kisah Tentang Eksplorasi Diri dan Acceptance

Sebagai salah satu entry pada Cannes Film Festival September 2021 lalu, film ‘Memoria’ sendiri baru-baru ini dapat dinikmati oleh khalayak internasional, berkecimpung dalam perjalanan karakter Jessica (diperankan Tilda Swinton) dalam ‘investigasi’ disorder miliknya. 

by Whiteboard Journal

 

Teks: Titania Celestine
Photo: via Film Affinity 

Apichatpong Weerasethakul, sutradara film ‘Memoria’ yang dibintangi Tilda Swinton, menggambarkan perjalanannya dalam berurusan dengan sleep disorder yang dikenal dengan exploding head syndrome. Gangguan tersebut mengakibatkan pengalaman terbangun dari tidur oleh sensasi suara keras yang merupakan khayalan imajinasi penderita exploding head syndrome

Melalui ‘Memoria’, Weerasethakul mengekspresikan how it feels, melalui eksplorasi simbolik yang digambarkan melalui setiap adegan yang ditampilkan dalam film tersebut. 

Sebagai salah satu entry pada Cannes Film Festival September 2021 lalu, film ‘Memoria’ sendiri baru-baru ini dapat dinikmati oleh khalayak internasional, berkecimpung dalam perjalanan karakter Jessica (diperankan Tilda Swinton) dalam ‘investigasi’ disorder miliknya. 

‘Memoria’ sendiri dianggap sebagai a film about questions, not answers– dimana Jessica ditugaskan untuk mengenal dirinya lebih baik dan bukan mencoba untuk ‘memperbaiki’ dirinya atas dasar disorder ini. 

Pada film tersebut, terdapat sebuah adegan dimana Jessica bertemu dengan Hernàn, dimana keduanya bertukar ide akan suara yang didengar Jessica dalam tidurnya. “Apakah suaranya seperti sound effect tonjokan yang mendarat pada lapisan baju? Seperti orang yang menggunakan hoodie?” tanya Hernàn. 

“Tidak. Suaranya lebih seperti bola, yang terbuat dari beton– yang terbentur dengan permukaan besi… yang dikelilingi air laut. Atau seperti suara gemuruh yang berasal dari inti bumi.” sanggah Jessica. 

Ketika akhirnya Hernàn berhasil menciptakan kembali suara yang dimaksud Jessica (yang mungkin kita sendiri tidak mengerti maksud dari penjelasannya), ia terlihat tersenyum lega. Akhirnya, someone understands her, and she understands herself. 

‘Memoria’ menggunakan shots melalui camera angle yang jauh, menjadikan semua benda in frame menjadi kecil. Bagi para penonton, kami sedang menyaksikan suatu kisah tengah unfolding, melainkan menjadi sebagian dari pengalaman pribadi Jessica dan journey miliknya. Dari cara inilah film ‘Memoria’ merupakan sebuah experience yang indah in its own way

Film itu sendiri menjelajahi konsep kesabaran dan empati bagi penontonnya, menguji kekuatan hubungan antara audiens dengan sang kamera yang merekam setiap momen dalam ‘Memoria’– melihat seberapa jauh penonton dapat mengapresiasi keindahannya– kemudian secara mendadak berputar balik. Perubahan direction di akhir ‘Memoria’ terasa seperti u-turn yang datang secara tiba-tiba, beralih dari pace yang sudah ditetapkan pada paruh pertama film tersebut. 

Pembahasan akan hidup dan mati, shared experiences, dan kenangan, ‘Memoria’ tentu akan diingat oleh banyak kalangan penonton. 

‘Memoria’ berhasil memenangkan kategori ‘Jury Prize’ pada Cannes Film Festival 2021, dan ‘Best Feature’ pada 2021 Chicago International Film Festival. whiteboardjournal, logo