Edaran Kewaspadaan Cacar Monyet Turun Pasca Ditemukan Kasus Baru di Indonesia

Human Interest
23.10.23

Edaran Kewaspadaan Cacar Monyet Turun Pasca Ditemukan Kasus Baru di Indonesia

Pemerintah kini menghimbau masyarakat untuk mengenali dan mewaspadai karakter dan gejala penyakit menular tersebut.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Agnina Rahmadinia
Foto: UVM Health

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah menurunkan surat edaran terkait peningkatan kewaspadaan cacar monyet (Monkeypox) pasca ditemukannya kasus baru tanpa ada riwayat perjalanan ke negara terjangkit. Kasus ini dilaporkan pada Jum’at (13/10/2023). Dinas kesehatan telah melakukan kewaspadaan kasus dengan menyiapkan fasilitas pelayanan kesehatan dan laboratorium pemeriksaan sembari melakukan pengamatan dan penanganan kasus sejak dini. Sementara masyarakat dihimbau untuk melakukan pencegahan dan pengenalan dini tanda dan gejala infeksi agar dapat segera mencari pertolongan ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terdekat.

Virus yang merupakan anggota genus Orthoxvirus dalam keluarga Poxviridae ini pertama kali ditemukan pada primata monyet tahun 1958 di Denmark pada koloni kera yang dipelihara sebagai penelitian. Virus tersebut kemudian disebut sebagai Monkeypox atau cacar monyet. Pada 23 Juli 2022, Monkeypox ditetapkan WHO sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Statemen ini dikeluarkan setelah kasus monkeypox menyebar di beberapa negara yang tidak pernah melaporkan kasus ini sebelumnya.

Bagaimana mengenali cacar monyet (monkeyfox) sebelum terjadi pada diri dan orang sekitar? 

Foto: CDC

Virus ini dapat menjangkiti seseorang dalam waktu kisaran 2-4 minggu dan dapat reda dengan sendirinya. Namun bagi sebagian orang, gejala virus ini dapat menyebabkan komplikasi medis dan kematian terutama pada kelompok rentan seperti bayi, anak-anak, pasien dengan gangguan sistem kekebalan, serta ibu hamil atau menyusui. Seseorang yang terinfeksi virus monkeypox juga tidak langsung menunjukkan gejala. Setidaknya diperlukan waktu 5-21 hari sejak tertular barulah gejala akan muncul.

Gejala utama dari virus ini yang perlu diketahui meliputi ruam dengan lepuhan pada berbagai anggota tubuh (wajah, tangan, kaki, mata, mulut dan atau alat kelamin), demam, pembengkakan kelenjar getah bening (di leher, ketiak, atau selangkangan), sakit kepala, nyeri otot, dan lemas.

Monkeypox dapat menular melalui kontak langsung dari kulit ke kulit atau terkena percikan ludah. Pada banya kasus, Monkeypox juga dapat menular melalui hubungan seksual termasuk ciuman, sentuhan, dan seks oral. Virus ini juga dapat menyebar melalui kontak tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi virus seperti peralatan makan dan juga melalui ruam, cairan lesi (nanah), dan koreng. Sementara belum diketahui secara pasti penularan melalui cairan tubuh lain sepertii sperma, cairan vagina, darah, asi, atau amnion.

Foto: Kementerian Kesehatan

Untuk itu pemerintah membagikan berbagai upaya preventif yang dapat dilakukan masyarakat secara mandiri agar dapat melindungi diri dan orang sekitar. Upaya pertama dapat dilakukan dengan menghindari kontak kulit-ke-kulit atau berhadapan wajah terlalu dekat, termasuk kontak seksual dengan siapa saja yang memiliki gejala. Menjaga kebiasaan cuci tangan dengan sabut sesering mungkin atau menggunakan handsanitizer juga dapat menjadi upaya perlindungan diri. Selain itu, pastikan area atau benda, dan permukaan yang sering disentuh lebih sering dibersihkan untuk menghindari virus yang melekat. Tetaplah menggunakan masker dan menerapkan etika batuk. Selain itu, bila seseorang mengalami gejala monkeypox, segeralah menginisiasi isolasi mandiri dan mencari pertolongan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.

Alangkah baiknya jika mengalami gejala, tidak hanya dibiarkan dan menunda pengobatan dengan berbagai alasan apapun. Sikap aktif mencegah penularan dapat melindungi diri kita dari risiko yang lebih besar dan juga melindungi orang-orang disekitar.whiteboardjournal, logo