Moralitas Ahli Kecantikan Dipertanyakan, Apakah Mereka Alasan Dibalik Keabadian Standar Kecantikan? 

Human Interest
27.03.23

Moralitas Ahli Kecantikan Dipertanyakan, Apakah Mereka Alasan Dibalik Keabadian Standar Kecantikan? 

Dr. Harris, dokter estetika asal London, membahas praktik industri kecantikan yang semakin lama semakin tidak etis. 

by Whiteboard Journal

 

Teks: Reiko Iesha
Foto: Allure

Tidak jarang kita menerima kritik atau saran ketika kita sedang menjalani perawatan kecantikan. Ketika kita sedang facial dalam suatu klinik kecantikan, ahli kecantikan bisa berkata “kulitmu kering sekali,” “jerawatnya banyak”, dan mendorong kita untuk menjalani perawatan-perawatan lain yang dapat kita jalani agar kulit kita membaik. Walau bisa saja dilakukan dengan niat yang baik, interaksi semacam ini dapat menyiratkan bahwa para ahli kecantikan ingin mengekspos kita kepada standar kecantikan yang tidak realistis. 

Tidak mengherankan apabila bisnis-bisnis kecantikan perlu memikirkan keuntungan dengan mempromosikan perawatan dan terus menerus mencoba menjual produk dan jasa mereka secara lebih. Namun, apakah masih dapat dianggap pantas apabila mereka meraih keuntungan dengan mengorbankan kesehatan fisik dan mental pelanggan-pelanggan mereka? Patut dipertanyakan apabila pantas bagi ahli kecantikan yang memiliki standar kecantikan personal mereka untuk mendorong para pelangganan agar berpikir yang sama. 

Seorang dokter estetika asal London bernama Dr. Harris mengungkapkan bahwa ia semakin sering melihat fenomena semacam ini seiring berkembangnya industri estetika dan kecantikan. Walau begitu, Dr. Harris sendiri selalu menolak untuk memberi pelangganan perawatan tertentu, seperti botoks misalnya, apabila ia merasa perawatan ini dapat menyakiti mereka secara fisik maupun mental dan psikis.

Saat ini, di Britania Raya, belum cukup banyak regulasi dan persyaratan kualifikasi bagi mereka yang ingin mempelajari kedokteran estetika. Menurut Dr. Harris, hal ini, serta keinginan untuk meraih keuntungan finansial, membuat semakin mudah bagi pelanggan untuk menerima perawatan estetika, dengan para dokter dan ahli estetika yang terus membujuk dan mendorong mereka untuk menerima perawatan. Dr. Harris sering menerima permintaan untuk membalikkan hasil perawatan-perawatan tersebut. 

Tidak hanya selama perawatan saja, sekarang juga semakin terlihat para ahli kecantikan yang mendorong masyarakat, terutama perempuan, untuk mengikuti standar kecantikan secara online, salah satunya Dr. Michael Keyes yang merilis foto-foto artis apabila mereka menjalani operasi plastik. Selain itu, seorang praktisi perawat di TikTok bernama Miranda Wilson memposting suatu video tentang prosedur-prosedur yang ia ingin berikan kepada Natalia Dyer, aktris yang dikenal sebagai Nancy dalam serial Stranger Things



Semakin banyak dokter kecantikan yang terlihat seakan mendukung fenomena fatphobia, yang menurut Boston Medical Center berarti bias implisit dan eksplisit dari individu yang kelebihan berat badan yang berakar pada rasa bersalah dan dianggap mengalami kegagalan moral. Seorang dokter yang praktik dalam injeksi botoks dan filler di TikTok, Dr. Lin Humble, menyinggung suatu injeksi bernama Semaglutide, obat yang biasa digunakan untuk menurunkan berat badan pasien diabetes. Ia mengungkit bahwa perempuan-perempuan yang sedang mencoba menurunkan berat badan dapat menggunakan injeksi ini saja alih-alih bersusah payah dengan diet, yang tentunya merupakan pilihan yang lebih sehat. Dengan 25% pengguna TikTok berusia 10 hingga 19 tahun, konten semacam ini tentunya sangat membahayakan. 

Dr. Harris mengingatkan para pelangganan klinik kecantikan untuk mencari pendapat dari berbagai pihak, bukan hanya dari dokter pertama mereka saja, apabila mereka merasa tertekan untuk menjalani perawatan kecantikan. 

 whiteboardjournal, logo