Lahirnya Talenta Baru di Antara Kemeriahan Malam Penutup Kompetisi Video “Layar Kita Bahasa Kita”

Ideas
18.05.18

Lahirnya Talenta Baru di Antara Kemeriahan Malam Penutup Kompetisi Video “Layar Kita Bahasa Kita”

Untuk mengenal pengalaman finalis maupun pemenang dari kompetisi Go Ahead Challenge “Layar Kita Bahasa Kita”, kami mengobrol sejenak dengan mereka di sela workshop dan Artwarding Night.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Avi Amerta

Dengan terus berkembangnya industri seni, penting juga rasanya akan kehadiran wadah untuk memadahi potensi dari talenta-talenta yang juga sedang berkembang. Seperti kompetisi video Go Ahead Challenge “Layar Kita Bahasa Kita” yang baru-baru ini diadakan misalnya, memiliki tujuan untuk mendorong talenta lokal berkarya yang terbagi dalam kategori film pendek, animasi, dan video musik.

Setelah terpilih 6 grup finalis dalam kompetisi ini, finalis mendapatkan kesempatan untuk belajar langsung dari praktisi industri seni seperti Iga Massardi, Angga Sasongko dan Anggun Priambodo untuk membantu mereka mematangkan ide video klip untuk lagu “Arus Merah”.  Dari fase kurasi, terpilih pemenang Best Animation, Best Short Film, dan Best Music Video. Adapun Winner “Layar Kita Bahasa Kita” yang dipilih para mentor akan mendapat kesempatan mengolah ide videonya untuk dijadikan video musik dari lagu karya Iga Massardi dan Stella Scaller yang berjudul “Arus Merah” bersama Angga Sasongko.

Malam penentuan para pemenang terjadi pada tanggal 13 Mei 2018 di Lucy in the Sky. Acara penutupan ini diimeriahkan oleh penampilan dari Nonaria, Kimokal, serta pemenang Go Ahead Challenge 2017 di bidang musik, Wake Up, Iris!, Semiotika. Tak hanya itu, Kimokal juga berbagi cerita tentang penampilan mereka di SXSW kemarin bersama para pemenang Go Ahead Challenge 2017. Malam pun ditutup oleh penampilan dari band The Upstairs yang sukses memanaskan suasana dan mengajak pengunjung untuk memenuhi lantai dansa sepanjang pertunjukan mereka. Diikuti oleh Pemuda Sinarmas, Lucy in the Sky malam itu menjadi ajang nostalgia berkat seleksi kaset yang ia putar hingga tengah malam.

Untuk mengenal pengalaman finalis maupun pemenang dari kompetisi Go Ahead Challenge “Layar Kita Bahasa Kita”, kami mengobrol sejenak dengan mereka di sela workshop dan Artwarding Night.

Gilang Assyambra

Apa tantangan yang dihadapi sebagai videografer di era sekarang ini?

Bergerak di industri independen dengan segala keterbatasannya merupakan sebuah tantangan, namun ini menjadi tantangan-tantangan yang menarik.

Bagaimana pengalaman berkenalan dan berbagi bersama talenta baru di acara ini?

Menambah network dan mungkin kedepannya bisa berkolaborasi bersama.

Apa yang Anda dapat dari lewat workshop videografi bersama mereka Anggun dan Angga Sasongko?

Dapat belajar langsung dari kedua mentor yang merupakan praktisi langsung dalam industri film merupakan pengalaman yang sangat berharga.

Bagaimana Anda melihat kompetisi “Layar Kita Bahasa Kita” sebagai platform pengembangan talenta lokal?

Kami banyak mengirim karya ke festival film yang sifatnya banyak yang non-kompetisi. Ajang seperti “Layar Kita Bahasa Kita” memberikan kesempatan untuk menyorot karya-karya dari talenta yang berbakat, yang mungkin sebelumnya belum tersorot.

Apa yang Anda akan lakukan untuk mengembangkan karya setelah kompetisi ini?

Meneruskan rutinitas seperti biasa, namun dengan menumpahkan ilmu yang dipelajari dari kompetisi ini dalam karya kita sendiri.

Reinald Maychaelson (Best Short Film)


Apa tantangan yang dihadapi sebagai videografer di era sekarang ini?

Mulai dari budget, kendala lokasi dan sebagai macam kendala yang tidak bisa diprediksi. Tapi buat saya tantangan yang paling sulit namun penting adalah konsistesi dalam berkarya.

Bagaimana pengalaman berkenalan dan berbagi bersama talenta baru di acara ini?

It’s fun, bertemu teman baru di bidang yang berbeda, dapat saling sharing ilmu juga.

Apa yang Anda dapat dari lewat workshop videografi bersama mereka Anggun dan Angga Sasongko?

Berbagai teori baru, mulai dari storytelling hingga editing.

Bagaimana Anda melihat kompetisi “Layar Kita Bahasa Kita” sebagai platform pengembangan talenta lokal?

Kompetisi seperti ini memiliki potensi yang besar karena dibarengi dengan workshop. Akan lebih bermanfaat lagi jika workshop-nya dibagi per kategori film sendiri, animasi sendiri, dan musik video sendiri, sehingga pendekatannya pun bisa disesuaikan.

Apa yang Anda akan lakukan untuk mengembangkan karya setelah kompetisi ini?

Akan lanjut berkarya tentunya, mulai dari membuat series, film pendek, dan film panjang.

Irdian Ziris Febrianto (Best Animation)

Apa tantangan yang dihadapi sebagai videografer di era sekarang ini?

Sebagai motion designer, tantangan terbesar yang dihadapi lebih mengarah pada keterbatasan fasilitas yang ada. Karena motion design banyak berhubungan dengan aplikasi dan software yang cukup mahal dan kadang tidak berbanding dengan harga yang didapat sebagai pekerja seni.

Bagaimana pengalaman berkenalan dan berbagi bersama talenta baru di acara ini?

Bertemu dengan praktisi di bidang yang sama tapi di berbeda tempat dengan kultur dan background yang berbeda juga banyak memberikan cerita baru. Dapat saling berbagi dengan membawa kelokalan masing-masing menjadi pengalaman yang sangat menarik.

Apa yang Anda dapat dari lewat workshop videografi bersama mereka Anggun dan Angga Sasongko?

Karena ini merupakan pertama kali saya mengikuti kelas directing, saya banyak sekali mendapatkan ilmu yang berkesan – terutama dari Angga. Karena saya biasa bergerak di bidang motion desain dan tidak biasa terlibat dalam directing, saya mendapatkan banyak sekali ilmu yang berharga.

Bagaimana Anda melihat kompetisi “Layar Kita Bahasa Kita” sebagai platform pengembangan talenta lokal?

Kompetisi seperti Layar Kita Bahasa Kita menjadi sangat efektif, apalagi jika dilakukan secara berkala. Kompetisi seperti ini merupakan cara yang efektif untuk memberikan spotlight pada kreator-kreator yang belum pernah mendapat spotlight sebelumnya.

Apa yang Anda akan lakukan untuk mengembangkan karya setelah kompetisi ini?

Mungkin akan lebih banyak mengikuti kompetisi dan untuk keluar dari zona nyaman.

Hafitz Maulana

Apa tantangan yang dihadapi sebagai videografer di era sekarang ini?

Tantangannya sebenarnya lebih ke tanggung jawab. Seperti bentuk dari kontribusi apa nantinya serta arah dari karya yang dibuat.

Bagaimana pengalaman berkenalan dan berbagi bersama talenta baru di acara ini?

Dengan berbagai background yang berbeda, tentunya memiliki wawasan dan ide yang berbeda juga.

Apa yang Anda dapat dari lewat workshop videografi bersama mereka Anggun dan Angga Sasongko?

Latar belakang kedua mentor yang sudah berpengalaman menjadi filmmaker dengan berbagai project yang juga besar-besar, banyak memberikan pelajaran mulai dari proses produksi, bagaimana menghasilkan cerita dalam satu sinema, serta proses pembuatan musik.

Bagaimana Anda melihat kompetisi “Layar Kita Bahasa Kita” sebagai platform pengembangan talenta lokal?

Dekade ini video menjadi salah satu medium yang paling banyak digunakan untuk mengkomunikasikan apa yang ingin kita ungkapkan. “Layar Kita Bahasa Kita” menjadi wadah dan ruang fokus untuk bertemu dengan penggiat bidang ini dan memberikan kesempatan untuk banyak belajar langsung dari praktisi di bidang ini.

Apa yang Anda akan lakukan untuk mengembangkan karya setelah kompetisi ini?

Saya ingin membuat karya dengan memanfaatkan berbagai media yang tidak hanya terbatas dengan hanya video. Menggabungkan elemen-elemen seperti fotografi, produksi artwork, serta video yang menghasilkan output berupa platform untuk merespon ruang.

Jody Surendra (Best Music Video)

Apa tantangan yang dihadapi sebagai videografer di era sekarang ini?

Tantangan yang kita hadapi di ranah video, jujur kalo saya lebih ke budget untuk produksi. Selain itu penyocokan schedule para kru.

Bagaimana pengalaman berkenalan dan berbagi bersama talenta baru di acara ini?

Dapat mengenal karya-karya keren mereka dan saling berbagi pengalaman ketika membuat karya.

Apa yang Anda dapat dari lewat workshop videografi bersama mereka Anggun dan Angga Sasongko?

Wah banyak sekali, mulai dari directing, bagaimana mempresentasikan ide, dan juga musik.

Bagaimana Anda melihat kompetisi “Layar Kita Bahasa Kita” sebagai platform pengembangan talenta lokal?

Sangat bisa, terutama untuk talenta-talenta baru yang ingin mencoba masuk ke industri video. Sebenarnya kita para emerging videomakers bukannya tidak bisa bersaing dengan mereka mereka yang sudah lebih dulu masuk ke industri, masalahnya adalah jarangnya kesempatan yang datang dan takutnya memberi kesempatan pada kami yang baru memulai.

Apa yang Anda akan lakukan untuk mengembangkan karya setelah kompetisi ini?

Setelah ini yang pasti akan terus berkarya dengan mengingat terus hasil ilmu yang diperoleh

Arief Khoirul Alim (“Layar Kita Bahasa Kita” Winner)

Apa tantangan yang dihadapi sebagai videografer di era sekarang ini?

Bekerja dengan berbagai orang dalam bidang dan kompetensi yang berbeda-beda terkadang mengharuskan saya untuk berani mengambil keputusan seperti apakah akan melanjutkan kerjasama dengan orang yang bersangkutan atau tidak. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan selain kompetensi adalah time management dan kemampuan untuk menyelsaikan sesuatu dengan deadline.

Bagaimana pengalaman berkenalan dan berbagi bersama talenta baru di acara ini?

Menambah network dalam bidang yang serupa.

Apa yang Anda dapat dari lewat workshop videografi bersama mereka Anggun dan Angga Sasongko?

Mengingat akhir dari workshop ini adalah untuk membuat video musik, salah satu pelajaran dari workshop ini adalah bagaimana memahami ide dari musisi dan mengubahnya dalam bentuk visual.

Bagaimana Anda melihat kompetisi “Layar Kita Bahasa Kita” sebagai platform pengembangan talenta lokal?

Terbukanya kompetisi ini untuk semua orang menjadikan “Layar Kita Bahasa Kita” sebagai platform untuk menunjukkan karya-karya unik dan juga memberikan kesempatan bagi emerging talents dengan visi baru untuk bersaing di industri ini.

Apa yang Anda akan lakukan untuk mengembangkan karya setelah kompetisi ini?

Saya ingin mengembangkan bidang animasi di Indonesia dengan berkolaborasi dengan berbagai orang di industri yang berbeda dan membuat studio animasi, terlebih karena saya sendiri juga ada di bidang ini. Di Indonesia, animasi memang merupakan bidang yang berkembang, tapi jumlah karya yang dapat dijadikan ukuran masih terbatas.

 whiteboardjournal, logo