Lepas dari Payung Teduh, Is Merilis Proyek Solo dengan Nama Baru Pusakata. Pendapat Kalian?

Music
19.04.18

Lepas dari Payung Teduh, Is Merilis Proyek Solo dengan Nama Baru Pusakata. Pendapat Kalian?

Mohammad Istiqamah Djamad atau yang lebih akrab dikenal dengan nama “Is” merilis single perdananya “Kehabisan Kata” di bawah nama Pusakata.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Carla Thurmanita

Mohammad Istiqamah Djamad atau yang lebih akrab dikenal dengan nama “Is” menunjukkan keseriusannya dalam bermusik – meskipun kali ini hanya sendirian – dengan merilis single perdananya sebagai solois yang mengambil nama panggung, Pusakata. Single bertajuk “Kehabisan Kata” ini telah dirilis serentak di kanal digital pada tanggal 17 April lalu di bawah naungan My Music Records.

“Sore ini kita menunggu senja

Kopi dan teh beradu di atas meja”

Lagu “Kehabisan Kata” mengambil inspirasi dari karya naskah milik istrinya sendiri, Agnes Purwanti, yang berjudul “Metropole”. Kemampuan lirikal mantan vokalis Payung Teduh satu ini memang tidak perlu diragukan lagi. Kali ini Is bercerita dalam lagunya tentang sebuah harapan seseorang agar tidak pernah kekurangan kata-kata saat sedang menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekat yang dikasihinya. “Mungkin senja tadi adalah peta / Tersusun rapi dalam kata…” Kekuatan penulisan lirik Is memang terletak pada kesederhanaannya dalam memilih kata, tanpa perlu memasukkan diksi yang berat nan puitis. Dirinya bisa merangkai kata-kata sederhana – namun bersahaja – yang mungkin biasa kita temui sehari-hari, lalu merangkainya menjadi satu cerita yang menyiratkan sendu dan kenyamanan di waktu yang bersamaan.

Sekilas proyek solo satu ini terdengar sama saja dengan materi musik Payung Teduh, terutama dengan album terakhir mereka bertajuk “Ruang Tunggu”. Hal seperti ini tentu tidak bisa dipungkiri mengingat peran Is yang cukup besar di grup musiknya terdahulu. Ditambah dengan rangkaian musik yang melantun ringan yang biasa kita temui di lagu-lagu Payung Teduh terdahulu, dan cara bernyanyi Is yang syahdu dapat ditemukan juga di sini.

Namun jika diperhatikan secara seksama, “Kehabisan Kata” sesungguhnya memberikan warna baru baik bagi penggemar lama Payung Teduh maupun yang baru mendengarkan pasca berpisahnya mereka. Tidak lagi berkutat dengan unsur folk miliknya dulu, Is lebih bermain-main dengan vokal juga ritme jazz/pop demi menciptakan melodi yang terdengar lebih manis. Unsur keroncong yang kental di “Dunia Batas” diganti dengan suara klarinet yang mendominasi, petikan khas folk yang diambil alih oleh permainan gitar yang lebih ceria. Ia pun menggaet unit The Panganans yang beranggotakan Ronald Fristianto (drum), Denny Chasmala (gitar), Sadrach Lukas (keyboard), Adhitya Pratama (bass), dan Eugen Bounty (klarinet) untuk membantunya di proyek ini.

Terbukti bahwa Is tidak kehabisan kemampuan bermusiknya di lagu “Kehabisan Kata”. Dengan cara yang sederhana, dan tidak perlu kerepotan berganti genre, proyek solo ini mampu memisahkan identitas Is dari grup yang dulu pernah digawanginya, pun keapikan bermusik seorang Is rasanya cukup untuk mempertegas entitasnya sebagai solois. Adalah menarik untuk menantikan karya lagunya yang lain – baik bentuk single ataupun album penuh – dan melihat apakah Pusakata dapat terus konsisten membawa kehangatan lewat kesederhanaan musiknya. Setuju atau tidak?whiteboardjournal, logo