LinkedIn Menambahkan “Stay-at-Home Parent” Menjadi Titel Pekerjaan Baru sebagai Upaya Menormalisasi Orang Tua yang Mengurus Anggota Keluarganya

Media
12.04.21

LinkedIn Menambahkan “Stay-at-Home Parent” Menjadi Titel Pekerjaan Baru sebagai Upaya Menormalisasi Orang Tua yang Mengurus Anggota Keluarganya

Sebagai upaya untuk menghilangkan stigma pada perempuan yang lebih banyak terpengaruh oleh pandemi dan memilih mengurus keluarganya di rumah.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Daniet Dhaulagiri
Foto: iStock

Semenjak terjadinya pandemi, di Amerika Serikat sendiri lebih dari 2,5 juta wanita yang terpaksa meninggalkan dunia kerja karena pandemi, industri bisnis yang paling terdampak yakni semacam perhotelan dan pengasuhan—mayoritas banyak mempekerjakan perempuan.

Tidak sedikit perempuan yang menjadi orang tua harus meninggalkan pekerjaannya, terlebih saat anak mereka harus melakukan sekolah dengan cara virtual dari rumah masing-masing, atau mungkin harus memilih mengurus anggota keluarga lainnya. Hal tersebut ternyata mampu menciptakan kesenjangan gender, terutama pada dunia ketenagakerjaan.

Jennifer Knapp seorang perempuan berusia 44 tahun yang sebelumnya bekerja di resor dan spa terpaksa harus meninggalkan pekerjaannya, dia berkomentar mengenai kesenjangan gender pada dunia ketenagakerjaan akibat keputusannya tersebut, “It was intimidating because I had a huge gap in my résumé. So I did explain that, which in its own right is somewhat risky, because then you’re automatically displaying that you have kids. I feel like women with children are discriminated against in the hiring process, because they’re considered a liability, a headache.

Hal serupa disampaikan oleh seorang sosiolog sekaligus peneliti senior di Stanford University’s VMware Women’s Leadership Innovation Lab, menurutnya banyak orang yang diragukan mendapat pekerjaan akibat ada jeda dalam masa kerjanya karena memilih mengurus keluarga. Terlebih para perempuan sering dipaksa oleh para majikan untuk memilih pekerjaan yang lebih ramah untuk sosok ibu, biasanya paruh waktu dan berpendapatan cenderung lebih rendah.

Menanggapi hal tersebut, LinkedIn—selaku platform yang dapat menghubungkan perusahaan yang mencari pekerja dan para calon kandidat pekerja—berupaya untuk menormalisasi mereka yang memilih mengambil jeda berhenti dari dunia kerja untuk mengurus anak atau orang tua mereka. Direktur teknik LinkedIn, Bef Ayenew, menyampaikan, “We’ve heard from our members, particularly women and mothers who have temporarily stopped working, that they need more ways to reflect career gaps on their profile due to parenting and other life responsibilities.

Lalu mereka memperkenalkan titel pekerjaan baru, beberapa di antaranya adalah “stay-at-home mom”, “stay-at-home dad”, dan “stay-at-home parent” untuk mereka yang memilih berhenti sejenak dari dunia pekerjaan. Beberapa minggu ke depan jika kalian menggunakan titel pekerjaan tersebut dan menyetel bidangnya pada “self-employed”, maka anda tidak perlu lagi memilih perusahaan mana untuk menggunakan titel tersebut.

Usaha lainnya untuk menanggapi kesenjangan pekerjaan tersebut yakni ditambahkannya bidang pekerjaan seperti “parental leave,” “family care” dan “sabbatical”.

Untuk para perempuan dan orang tua di luar sana yang sedang mengalami hal serupa karena imbas pandemi, mungkin bisa mencoba memasangkan titel pekerjaan baru dari LinkedIn tersebut. Meski hal itu masih perlu waktu hingga membuat perusahaan-perusahaan menormalisasi keputusan mengambil jeda bekerja untuk mengurus anggota keluarga, namun apa yang dilakukan LinkedIn merupakan sebuah awal mula yang baik.whiteboardjournal, logo