Mengenang Nanaba Records dengan Melihat Kembali Rilisannya

Music
12.08.18

Mengenang Nanaba Records dengan Melihat Kembali Rilisannya

Dari “Since Tomorrow” milik Polyester Embassy sampai OST “Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak”.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Winona Amabel
Foto: Nanaba Records

Meminjam kata-kata yang sering terdengar ketika membicarakan Nanaba Records, mereka adalah salah satu label yang memiliki andil dalam menghidupkan kembali aktivitas mendengarkan musik melalui medium kaset. Nanaba Records sendiri merupakan label independen boutique berbasis Jakarta, berfokus pada rilisan kaset untuk grup-grup musik yang baru merilis materinya secara digital ataupun CD meski di tengah jalan mereka mendirikan ‘saudara’ bernama Misashi Records yang fokus pada perilisan CD.

Nanaba Records yang berdiri tahun 2014 ini disebut boutique karena rilisannya memang amat terbatas, langkah yang sengaja mereka ambil berdasarkan nilai keintiman dan eksklusivitas dalam kepunyaan kaset rilisan. Jodi Setiawan, pendiri label sekaligus frontman grup musik Peonies, memang ingin menghadirkan kembali pengalaman konsumsi musik lewat kaset yang mana pendengarnya tidak bisa melewatkan satu trek semudah di MP3 ataupun CD player. Istilahnya, mendengarkan album ‘as it was meant to be’.

Selama empat setengah tahun berjalan, Nanaba Records telah turut memberikan warna pada lanskap musik independen lokal lewat rilisan-rilisannya. Namun, pada tanggal 8 Agustus kemarin, mereka akhirnya memutuskan untuk menutup label ini karena perkembangannya telah melampaui konsep awal yang mereka inginkan. Pastinya penikmat rilisan record label ini akan cukup merindukan Nanaba Records, namun dibandingkan bersedih kita dapat mengenang tahun-tahun menyenangkan dengan melihat kembali rilisan-rilisan kaset lamanya. Dari “Since Tomorrow” milik Polyester Embassy sampai OST “Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak”, berikut ini beberapa rilisan penting Nanaba Records yang mana jika masih tersedia di pasaran, maka wajib untuk dibawa pulang.

Polyester Embassy – “Since Tomorrow” (2017)

Grup musik rock-electronica Polyester Embassy yang dibentuk di Bandung tahun 2002 ini sudah menyandang status cult, dengan penggemar setia dan solid meski mungkin tidak diterima seluruhnya oleh khalayak arus utama. EP yang dikeluarkan tahun 2017 di Record Store Day “Since Tomorrow” bersama Nanaba Records ini merupakan rilisan yang spesial dan teramat ditunggu-tunggu karena dikeluarkan 4 tahun setelah “Have You?”. EP ini sendiri berisi harapan-harapan mereka akan pergerakan skena musik lokal serta kaum minoritas di Indonesia.

Harlan Boer – “Binfolk”

Dari segi nama “Binfolk” sudah amat menarik karena menyisipkan nama akrab Harlan Boer, yaitu Bin, ke dalam majalah gaya hidup bernama Kinfolk. Awal ide nama “Binfolk” ini memang sudah bersifat parodi, karena Harlan seringkali disebut sebagai musisi folk padahal ia sendiri merasa tidak membuat folk meski media musiknya menggunakan gitar akustik. Selain namanya, hal menarik lain dari “Binfolk” adalah pengemasannya menyertai satu paket berisi 4 extended play Harlan Boer, sebelumnya sudah dirilis Rain Dogs, kini dirilis dalam format kaset pita, beserta satu fanzine berisi diskografi Harlan yang cukup totalitas memparodikan Kinfolk. Empat EP pada paket ini menyertai Sakit Generik, Jajan Rock, Sentuhan Minimal, dan Kopi Kaleng.

Sphere – “Raging Pop Regime”

Selain skena musik lokal, katalog Nanaba Records juga mencakup skena musik Asia Tenggara, salah satunya dengan merilis kaset extended play “Raging Pop Regime” oleh Sphere pada tahun 2015. Sphere sendiri merupakan grup band asal Malaysia dengan kompleksitas musik math-rock bercampur dengan progressive-pop.

Bangkutaman – “Garage of the Soul”

Album legendaris tahun 2005 dari grup musik folk rock ini dirilis kembali bersama Nanaba Records pada Record Store Day 2015. Mengingat Bangkutaman telah terbentuk sejak tahun 1999, mereka tentu mempunyai banyak penggemar setia. Maka format kaset “Garage of the Soul” ini menghidupkan rasa nostalgia dengan album dari sepuluh tahun lalu yang setengahnya nyaman dipakai berdansa sementara setengahnya lagi untuk duduk bersantai.

Ikkubaru – “Amusement Park” (2016)

Bagi penggemar Haruko Kuwana, Tatsuro Yamashita, atau musik disko Jepang tahun 80-an bergenre city pop pada umumnya, kemungkinan sudah tidak asing lagi dengan Ikkubaru. Dibentuk pada tahun 2011, mereka merilis debut album “Amusement Park” pada tahun 2014 di bawah label Jepang Hope You Smile Records. Sambutannya di Jepang amat baik, rilisan fisik CD dan vinyl mereka diburu habis, namun saat itu gaung mereka di Indonesia justru belum terlalu terdengar. Di sini Nanaba Records cukup punya andil dalam memperkenalkan nama Ikkubaru di tanah air dengan me-reissue debut album tersebut dalam format kaset pada Cassette Store Day 2016, yang akhirnya terjual habis.

Sigmun – “Crimson Eyes”

Pada Record Store Day 2016 silam, format kaset “Crimson Eyes” oleh Sigmun yang dirilis  Nanaba Records langsung terjual habis, meninggalkan banyak kolektor yang tidak mendapatkan bagian. Memang tidak mudah untuk memungkiri Sigmun, terutama album debut tersebut dengan rangkaian 11 lagu stoner rock dengan tempo yang bervariasi. Grup musik psychedelic rock ini memang memiliki barisan pendengar dengan antusiasme tinggi, tentu karena materi berkualitas yang mereka sajikan.

Zeke Khaseli dan Yudhi Arfani – OST “Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak”

Tidak seperti kebanyakan soundtrack film yang sudah merasa cukup dengan rilisan digital atau CD, soundtrack “Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak” dirilis dalam bentuk kaset oleh Nanaba Records. OST yang berisi 12 lagu ini digarap Zeke Khaseli dan Yudhi Arfani, serta dibantu Cholil Mahmud, vokalis Efek Rumah Kaca dalam lagu “Lazuardi”. Rilisnya kaset ini memberikan pengalaman mendengarkan lagu-lagu soundtrack film baru dalam bentuk kaset.whiteboardjournal, logo