Museum Digital yang Didedikasikan untuk Fine Art Baru Dibuka di Paris

Art
09.09.18

Museum Digital yang Didedikasikan untuk Fine Art Baru Dibuka di Paris

Menampilkan karya-karya mulai dari karya Gustav Klimt hingga karya Egon Schiele secara digital.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Salsabila Ramadhani
Foto: Dezeen

Kota Paris kini memiliki atraksi baru, pasalnya, sebuah museum berbasis digital yang pertama di dunia baru saja dibuka pada tanggal 18 April kemarin. Bernama  Atelier des Lumière, museum digital ini mengangkat fine art sebagai atraksi utamanya. Uniknya, museum ini tidak menampilkan karya-karya seni dalam bentuk fisik – melainkan dalam bentuk digital. Mulai dari karya Gustav Klimt hingga karya Egon Schiele,  Atelier des Lumière berupaya untuk menyajikan kembali masterpiece dari abad ke-19 yang diproyeksikan di seluruh sudut museum.

Dilengkapi dengan 140 proyektor, museum ini menampilkan berbagai macam karya-karya seni legendaris dengan ukuran raksasa dengan berbagai format digital. Alunan musik klasik karya Chopin, Beethoven, dan Wagner juga turut mempermanis pengalaman para pengunjung yang mayoritas tenggelam dalam pemandangan cahaya yang tidak ada habisnya. Selain itu, terdapat pula rangkaian show yang dapat bebas dinikmati oleh pengunjung. Hal-hal unik tersebut membuat museum ini sukses memikat kurang lebih 400,000 pengunjung dalam 3 bulan pasca pembukaannya.

Bertempatan di 38 Rue Saint-Maur, Atelier des Lumière hadir bukan untuk menggantikan museum konvensional, melainkan untuk melengkapi dan meningkatkan eksistensi fine art di kehidupan khalayak. Eksibisi ini juga dapat menjadi salah satu wadah alternatif untuk memperkenalkan seni dengan mengemasnya menjadi lebih interaktif. Terdapat 3 ruangan yang menampilkan karya yang berbeda-beda, termasuk di dalamnya menampilkan karya-karya instalasi digital yang berbau Artificial Intelligence.

Tentu dengan dibukanya museum dengan inovasi digital, perspektif baru tentang seni diharapkan dapat muncul di tengah masyarakat. Tapi, di lain sisi, apakah format menikmati seni bukan dalam bentuk aslinya tetap mampu menghadirkan detail layaknya karya seni asli? whiteboardjournal, logo