Band Post-punk Asal Bandung, Bananach Bawa EP “Panoptic Litter” ke Tur Jerman

Music
30.05.22

Band Post-punk Asal Bandung, Bananach Bawa EP “Panoptic Litter” ke Tur Jerman

Bersama EP ini, Bananach bercerita mengenai perjuangan mereka, baik secara personal maupun societal.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Inaya Pananto
Foto: Bananach

Mulai bermusik dari Kota Bandung, band Bananach yang beranggotakan Karina Sokowati (vokal), Mojan Larasati (gitar), Fay Murray (drum), dan Java Anggara (bass) menerjang serangkaian gelombang pasang figuratif sebelum akhirnya dapat menjejakkan nama dan musik mereka di industri musik Indonesia bahkan kini hingga internasional. Membawa EP pertama mereka yang berjudul “Panoptic Litter” hingga ke Jerman, Bananach termasuk dari mereka menjadikan masa pandemi sebagai periode transformatif untuk seni dan diri.

Band Bananach, Mojan (kiri belakang), Fay (tengah belakang), Java (kanan), Karina (tengah depan). (Foto: Bananch)

Warna musik mereka yang berat dengan unsur-unsur post-punk/noise rock energik dipilin dengan lirik-lirik yang banyak menyuarakan aspirasi mereka sebagai kaum muda di era modern ini. Dari kekalutan personal hingga bentuk kritik terhadap lingkungan sosial semua dilantunkan keras, kencang, dan percaya diri lewat musik mereka. Sedikit jungkir balik tapi sambil berpikir, inti dari masa muda.

Menarik inspirasi dari lika-liku kehidupan selama pandemi Covid-19, Bananach mengunjungi sudut-sudut paling rumit dan paling sensitif dari diri mereka dan merangkainya ke dalam track list album EP berisi lima lagu. Dalam total durasi 16 menit, pendengar diajak untuk menyusuri jalan pikir Bananach sebagai musisi dan juga sebagai manusia, menjadi token kelabunya kehidupan isolasi yang mereka alami. 

Dibuka dengan lagu bertempo rendah “Lethal Messy” yang menceritakan tentang perang-perang sosial yang dihadapi oleh ragam orang di seluruh penjuru dunia, membawa kritisi mereka ke jalan, menggunakan suara mereka untuk meluruskan apa yang dibelokkan oleh penyalahgunaan kekuasaan, opresi, dan status quo. Sebuah lagu dari anak-anak muda yang muak didikte oleh golongan-golongan dengan superiority complex. Pembawaan yang segar ini menjadi lagu “Lethal Messy” lebih dari sekadar lagu, tapi juga aspirasi dalam seni yang jujur.

Diikuti terus dengan track-track eksplosif yang bergandengan dalam susunan yang bercerita sekaligus gamblang dari “Bigot Dance” ke “Doubt” hingga kemudian ditutup oleh “Virgin Fuckboy”. Sebuah benang merah yang dapat ditarik dari lagu-lagu dalam “Panoptic Litter” ini adalah kejujurannya yang terasa dekat dalam pengemasan yang tidak hanya tasteful tapi juga thought provoking.

Vokalis sekaligus penulis lagu, Karina, mengatakan bahwa mereka mempersembahkan “Panoptic Litter” untuk generasi yang “tidak perlu membuktikan apa-apa ke siapapun” sekaligus merayakan mediokritas dari hal-hal paling dasar seperti nilai kehidupan.

Dengarkan juga lagu-lagu terdahulu Bananach, single “Sick Mind” dan rilisan demo 2019 mereka “Wasted Demo”.whiteboardjournal, logo