Billie Eilish Merepresentasi Dunia Kita yang Berantakan lewat “TV” dan “The 30th” 

Music
25.07.22

Billie Eilish Merepresentasi Dunia Kita yang Berantakan lewat “TV” dan “The 30th” 

Dari pelarangan aborsi di Amerika Serikat hingga ketakutan akan kehilangan, Billie mengajak pendengarnya merayakan kekacauan dan rasa sakit. 

by Whiteboard Journal

 

Teks: Ghina Prameswari
Foto: Billie Eilish

Dikenal lewat kemampuannya melebur pengalaman pribadi dengan derita kolektif, Billie Eilish lakukan hal serupa lewat dua rilisan terbarunya “TV” dan “The 30th”. Eilish membagikan kejutan ini lewat kanal Instagramnya pada 21 Juli lalu, menyusul kabar menyedihkan tentang pelarangan aborsi di Amerika Serikat–peristiwa yang turut Eilish tuturkan dalam “TV”. 

Kepada Zane Lowe dari Apple Music, Billie Eilish menyampaikan keresahannya tentang kondisi politik di negara asalnya. Berpindah dari satu negara ke negara lain sebagai bagian dari turnya “Happier Than Ever”, Billie kerap lupa akan segala kegilaan yang terjadi di Amerika Serikat. Menyaksikan berita di televisi ujarnya, berperan sebagai pengingat akan bagaimana Amerika–juga dunia secara luas–sedang tidak baik-baik saja. 

Selagi “TV” diciptakan oleh Eilish dan Finneas dalam sela-sela waktu tur mereka, “The 30th” bercerita tentang pengalaman mengerikan Eilish ketika ia hampir kehilangan orang terkasihnya. Billie mengabadikan emosi itu lewat lirik mendetail dan spesifik, namun tetap dapat mewakilkan kesedihan universal yang dialami seseorang ketika dihadapkan oleh kemungkinan akan perpisahan. 

“TV” dan “The 30th” merangkum cara Eilish melihat dan memroses rasa sakit. Di saat yang sama, kedua lagu ini juga mampu memantik rasa harap. Hal ini secara khusus terbukti dalam “TV”, di mana dapat terdengar suara sayup penonton Billie di Manchester–kota di mana lagu ini pertama kali diperdengarkan–menggaungkan sepenggal lirik yang sama berulang-ulang; seperti kelompok paduan suara yang kesakitan, namun tak sendirian. whiteboardjournal, logo