Cerita-cerita dan Melodi Nostalgia dari Harry Styles Dirangkai dalam Album “Harry’s House”

Music
24.05.22

Cerita-cerita dan Melodi Nostalgia dari Harry Styles Dirangkai dalam Album “Harry’s House”

Album “Harry’s House” telah resmi dirilis dan menjadi salah satu album paling personal bagi solois Harry Styles. Berikut adalah sejumlah highlight pilihan kami!

by Whiteboard Journal

 

Teks: Inaya Pananto
Foto: Harry Styles

Harry Styles telah berhasil menetapkan dirinya sebagai seorang penyanyi dan musisi yang versatile, akrab di telinga kalangan luas namun tanpa meninggalkan warna uniknya sebagai seorang seniman. Setelah kesuksesannya di dua album solo pertamanya, “Harry Styles” di 2017 dan “Fine Line” di 2019, Harry baru saja merilis album ketiganya yang berjudul “Harry’s House”. Sesuai dengan ekspektasi, album ini menerima sambutan yang heboh.

Jika di album pertama Harry banyak bereksperimen lintas genre, dan dengan “Fine Line” ia menghadirkan pendekatan yang lebih berat dalam lagu-lagu euforik sarat nostalgia, di album ketiga ini Harry betul-betul membuka pintu figuratif ke dalam dirinya melalui lagu-lagu yang cenderung lebih sederhana. Senada dengan foto album yang bernuansa coklat dan putih, lagu-lagu di album “Harry’s House” pun demikian, hangat namun vibran dan personal.

Dapat dipastikan “Harry’s House” akan menjadi album yang kian menguatkan warna Harry sebagai musisi solo di industri ini. Rangkaian lagu-lagu yang disajikan dalam album ini juga terasa mengalir seperti serangkaian cerita. Mencakup banyak sisi kehidupan, mulai dari hal ter simpel seperti lagu yang semestinya diputar di restoran sushi hingga lagu pergulatan mental menapaki kehidupan dewasa tanpa cinta keluarga. Semua lagu-lagunya disampaikan melalui lirik-lirik storytelling yang sederhana, apa adanya, namun mengena.

Lagu “As It Was” telah lebih dulu hadir dengan musik video yang artsy khas Harry, mengambil referensi lagu dan pendekatan visual era 80-an. Intro yang mengingatkan akan lagu hit A-ha “Take on Me” dan diikuti dengan interpretasi modern dari nada-nada nostalgia, lagu ini dengan cepat melejit kepopulerannya. Menjadi pilihan lagu latar Instagram story kalangan Gen Z, mendominasi chart Billboard Global selama berminggu-minggu.

Lagu-lagu lain yang dirilis menyusul hit ini juga tidak mengecewakan kedatangannya. Dari total 13 lagu dalam full length album ini, sejumlah lagu mencolok sebagai top tracks favorit. “Music For a Sushi Restaurant” dan “Keep Driving” yang ringan namun cocok untuk your main character moment, album ini berprogres ke sejumlah lagu-lagu manis dan catchy seperti “Daylight”, “Late Night Talking”, dan “Grapejuice” semua menarasikan fase-fase berbeda dari romansa. Lagu “Love Of My Life”, “Matilda” dan “Little Freak” lebih mengetuk sisi emotions evoking bagi pendengarnya. 

Konsep throwback to the golden age, salah satu signature move Harry, lengkap sudah dengan lagu “Daydreaming” yang basisnya merupakan ekskavasi dari soul single “Ain’t We Funkin’ Now” dari The Brothers Johnson’s di 1978 dipadu dengan lantunan vokal yang dinamis. Secara keseluruhan album ini memang menunjukkan versatilitas Harry sebagai seorang solois serta menjadi a modern take of those nostalgic tunes our parents used to play during long rides when we were kids.whiteboardjournal, logo