Si Nerdwriter bersama Evan Puschak

14.12.16

Si Nerdwriter bersama Evan Puschak

Ken Jenie (K) berbincang dengan Youtuber Evan Puschak (E) aka The Nerdwriter.

by Ken Jenie

 

K

Channel Youtube Anda dimulai pada tahun 2011 dengan gaya vlog, bagaimana kemudian gaya ini berkembang menjadi gaya khas Nerdwriter yang lebih cenderung pada video essay?

E

Saya memulai gaya Nerdwriter dengan meniru format kanal-kanal Youtube yang saya gemari, sembari waktu berjalan saya berusaha untuk mengubahnya sesuai dengan karakter saya. Saya selalu menonton video yang telah saya publikasikan dan berusaha untuk memperbaiki elemen-elemen yang menurut saya kurang baik. Saya rasa secara perlahan dengan proses seperti ini saya mengembangkan gaya Nerdwriter.

K

Menurut yang artikel yang saya baca, Anda sempat belajar untuk menjadi filmmaker?

E

Betul. Membuat film panjang adalah impian saya saat kuliah, tetapi tidak lama setelah saya lulus saya tidak mengejar impian ini lagi, karena hal-hal seperti keterbatasan keuangan dan batasan-batasan untuk terjun ke dunia itu. Setelah itu saya sempat ingin menjadi penulis novel karena saya berpikir bahwa menjadi penulis tidak membutuhkan dana awal yang banyak dan saya masih bisa mengekspresikan ide-ide di kepala saya. Waktu itu saya tinggal di Paris, dan saat saya kembali ke Amerika, saya mencari penerbit.

Suatu hari, saya sedang menelusuri video-video di Youtube dan saya tiba di kanal The VlogBrothers, dan waktu itu salah satu host di kanal tersebut, John Green, baru mau mempublikasikan “The Fault in Our Stars.” Saat saya melihat fenomena tersebut, saya berpikir bahwa saya juga bisa melakukan itu. Orang-orang membeli bukunya John Green karena mereka menonton serinya di The Vlogbrothers. Saya lantas coba membuat konten Youtube, lalu sekitar 15 minggu kemudian saya jatuh cinta pada Youtube. Dari situ keinginan saya untuk menulis novel hilang (tertawa).

K

Sekarang di Youtube ada banyak kanal yang menggunakan format serupa dengan The Nerdwriter – yaitu format yang berorientasi kepada presentasi informasi melalui narasi verbal dan esai video. Menurut Anda, apa yang membuat penonton tertarik dengan gaya video seperti ini?

E

Saya rasa secara umum ada rasa keingintahuan yang tinggi dari publik untuk berbagai topik. Video esai adalah format yang cukup bagus karena meskipun mereka memiliki informasi yang banyak dan padat tapi materi tersebut disampaikan dalam format video yang populer. Gaya video esai membuat informasi lebih mudah dicerna karena formatnya yang menghibur. Saya sendiri ingin membuat menonton The Nerdwriter sebagai pengalaman yang mendalam – agar penonton tidak merasa keberatan untuk menonton video yang panjangnya 8 menit, supaya jangka waktu videonya tidak terasa karena mereka terhibur dengan informasi di dalamnya.

Rasa ingin tahu akan selalu ada, dan kita beruntung bisa hidup di era dimana orang bisa menghasilkan dan hidup dari membagi informasi dalam format video seperti ini.

K

Bagaimana Anda memilih topik-topik yang dibahas di The Nerdwriter, karena ada topik yang beragam seperti fisika sampai pop-culture.

E

Benar-benar acak. Biasanya, setelah saya mempublikasikan video di hari Rabu, hari itu dan kadang esok harinya adalah waktu untuk saya tidak memikirkan konten kanal saya. Pada saat-saat seperti itu, saya terbuka pada segala macam hal, baik itu berita atau hiburan. Biasanya sebuah berita yang saya konsumsi akan menarik perhatian saya, dan itu menjadi topik pembahasan video Nerdwriter selanjutnya. Kadang saya juga mendapatkan ide dengan sebuah sesi introspeksi – dimana saya merenungkan hidup saya. Jika ada kegelisahan yang saya ingin tunjukkan, saya akan mencari cara untuk mengekspresikan kegelisahan itu melalui topik-topik seperti seni dan musik supaya apa yang saya ingin bahas akan relevan kepada penonton-penontonnya.

Jadi di The Nerdwriter, topik-topiknya akan selalu beragam karena saya sendiri akan cepat bosan kalau hanya konsentrasi pada satu bidang.

K

Di sesi presentasi Singapore Writers Festival, Anda berkata bahwa di masa mendatang The Nerdwriter akan meningkatkan kualitas videonya. Bagaimana Anda akan merubah video-video anda untuk dalam segi kualitas?

E

Saya sejujurnya belum tahu seberapa besar perubahan yang akan saya lakukan pada video-video saya. Waktu memulai seri video ini, saya merasa bisa mendaur ulang informasi-informasi yang sudah ada dengan gaya esai video saya, tetapi sejalan dengan popularitas kanal saya, saya semakin merasakan ada tanggung jawab bagi saya untuk memberi penonton video-video saya konten yang mereka belum pernah lihat. Jadi semakin hari saya semakin mencari topik-topik yang belum dibahas – dan kedepannya saya ingin setiap video yang saya buat memiliki kualitas unik ini.

Banyak Youtuber yang tidak sering mempublikasikan video mereka, tetapi saat mereka merilis sesuatu, mereka merilis sesuatu yang spesial bagi penonton. John Oliver adalah salah satu orang yang sangat bagus dalam hal ini – setiap kali dia merilis sebuah video menjadi hal yang ditunggu-tunggu – penonton mau menonton sebuah analisa yang berjangka waktu 20 menit lebih.

K

Kemarin di Singapore Writers Festival, Anda berbicara mengenai pemilihan presiden Amerika Serikat. Salah satu faktor yang Anda angkat adalah narasi Partai Democrat yang tidak menjangkau kelas pekerja, dan bagaimana Partai Republican bisa mengambil segmen tersebut dengan narasi mereka. Dalam liputan media mengenai pemilihan presiden Amerika Serikat, kita bisa melihat banyak prediksi yang salah – mulai data hasil survei maupun opini cendekiawan politik. Menurut Anda, apakah media Amerika juga tidak menjangkau kelas pekerja tersebut, dan konsekuensinya adalah prediksi-prediksi yang salah?

E

Media di Amerika memang tidak menjangkau kelas pekerja, dan alasannya adalah mereka bekerja di media. Secara umum media adalah pekerjaan yang berpusat kepada kota metropolitan, dan meskipun banyak media dan jurnalis yang merasa bangga bisa membahas topik-topik yang relevan kepada populasi yang berada di tengah Amerika, tapi kenyataanya mereka tidak berhasil mengukur amarah populasi terhadap sistem yang pemerintah yang ada dan kemuakan terhadap politisi.

Saya memang merasa bahwa media Amerika tidak menjangkau populasi kelas pekerja, dan situasi seperti ini muncul karena mereka berpusat kepada kota-kota besar seperti New York dan Los Angeles. Sifat komersil dan struktur sebuah media tidak memungkinkan untuk mereka berpusat pada kota-kota kecil. Saya harap kejadian media yang tidak bisa memprediksi pemilihan presiden kali ini akan menjadi pelajaran untuk mereka, dan saya juga ingin berkata bahwa banyak sekali reportase yang bagus, tetapi sayangnya reportase demikian tidak muncul saat ini.

K

Kemarin Anda juga bercerita bagaimana Partai Demokrat perlu membuat sebuah narasi untuk menjangkau kelas pekerja. Sebenarnya apa yang Anda maksudkan saat menyebut “narasi” ini, apakah yang Anda maksudkan disini adalah mengenai kebijakan pemerintah?

E

Kebijakan hanya sebagian dari narasi tersebut. Hillary Clinton menjanjikan kebijakan, ia memiliki data dan bukti, tetapi hal-hal tersebut tidak akan memotivasi rakyat untuk memilih calon pemimpin. Hal-hal tersebut adalah nilai dasar untuk menjalankan sebuah pemerintahan, tetapi saat saya bicara mengenai narasi, saya berbicara mengenai sebab dan akibat. Apa yang menyebabkan kondisi sekarang, akibat apa yang terjadi oleh penyebab ini, dan bagaimana keberadaan Anda akan membuat kondisi yang baru – sebagai penyebab yang baru. Narasi yang baik berpusat kepada mekanisme ini, dan Hillary Clinton tidak memiliki narasi tersebut.

Saat kampanye, Hillary Clinton memilih untuk mendiskreditkan Donald Trump mengenai ketidaklayakannya untuk menjadi Presiden Amerika Serikat. Sekarang kita tahu bahwa sudut pandang yang dia angkat tidak efektif dalam membujuk kelas pekerja Amerika untuk memilih dia.

Satu catatan, saya juga bagian dari dunia komentator-komentator tersebut, jadi jangan terlalu percaya dengan kata-kata saya.

K

Apakah kampanye Presiden Barack Obama saat pemilihan presiden yang mengangkat tema “Hope” dan “Change” adalah narasi terbaik yang terjadi akhir-akhir ini?

E

Kampanye Obama memiliki narasi yang lumayan baik, saya setuju. Saya juga merasa bahwa narasi yang diangkat oleh Donald Trump sangat efektif untuk membujuk kelas pekerja. Kampanye Obama berdasarkan kondisi yang disebabkan oleh George Bush Jr. – perang yang terjadi di Irak dan Afganistan, ekonomi yang menurun. Kampanyenya baik, tetapi secara cerita, Donald Trump memiliki kesederhanaan lebih mudah dicerna dan dirasakan oleh segmen yang dia targetkan.

Menurut saya Partai Democrat tidak harus membuat sebuah narasi yang sangat sederhana, tetapi mereka butuh narasi yang lebih bisa menyentuh emosi rakyat Amerika.

K

Kalau dilihat di media sosial, yang terlihat adalah kutukan pada pendukung Donald Trump. Perbedaan opini yang menyebabkan atmosfir bermusuhan. Bagaimana menurut Anda cara untuk merekonsiliasi kedua kubu ini?

E

Pertama, kita harus mau mendengarkan opini dan kekhawatiran orang-orang dari spektrum ideologi yang berlawanan. Saya yakin kita akan bisa merasakan, melihat, dan memikirkan sebuah situasi dari sudut pandang yang berbeda-beda – realita tidak sesederhana yang kita lihat di media atau media sosial. Ini adalah langkah pertama.

Sekarang, aksi yang dilakukan adalah demonstrasi yang menurut saya bagus dalam mengekspresikan kekhawatiran mereka terhadap kemungkinan yang paling buruk, yakni Trump mengimplementasikan retorika-retorika yang menyeramkan. [editor’s note: Wawancara ini dilakukan pada tanggal 13 November 2016, dimana rakyat di kota besar Amerika sedang menjalankan Demonstrasi yang disebabkan ketidakpuasan pada hasil pemilihan presiden.] Tetapi yang perlu diingat adalah selain kita mengekspresikan opini kita, kita juga butuh mendengarkan suara orang lain.

K

Di Singapore Writers Festival Anda berbicara mengenai asal usul cinta, dan bagaimana William Shakespeare mengarangkan konsep cinta yang kita mengerti di sekarang ini melalui Romeo and Juliet. Pertanyaan pertama, apakah cinta-Shakespearian yang anda ceritakan sudah ada sebelum ia menulis Romeo and Juliet?

E

Saya rasa cinta yang dideskripsikan Shakespeare tidak ada sebelum dia menulis Romeo and Juliet. Kemungkinan besar ada yang merasakan cinta serupa, tetapi mereka adalah anomali. Di masyarakat secara keseluruhan, Shakespeare menciptakan konsep definisi cinta yang kita kenal sekarang – dan ini adalah pencapaian yang sangat hebat.

K

Sepengertian saya berdasarkan presentasi Anda, emosi manusia bisa berevolusi dan bisa semakin rumit sejalan dengan waktu. Menurut presentasi Anda, kebebasan untuk rakyat Amerika menyebabkan adanya kegelisahan yang baru pada orang Amerika. Kegelisahan apa yang mereka rasakan?

E

Kita bisa lihat dari statistik bahwa setiap tahun, sekitar setengah dari seluruh populasi Amerika mengalami semacam anxiety disorder – tapi mayoritas tidak mengalami gangguan jiwa yang parah. Tiga gangguan mental tingkat lanjut – unipolar depression, bipolar disorder, dan schizophrenia – menurut saya mereka berhubungan dengan identitas dan masalah-masalah yang bersangkutan dengan kebebasan dalam membuat sebuah pilihan.

Saya merekomendasikan buku referensi saya dalam topik ini, “Mind Modernity Madness” oleh Liah Greenfeld, disana ia membahas topik evolusi emosi secara komprehensif.

K

Apakah menurut Anda kita bisa bereksperimen dengan membuat emosi-emosi kita semakin rumit?

E

Bisa, tetapi mungkin kita akan butuh obat psychedelic (tertawa). Emosi yang kita rasakan adalah campuran antara emosi-emosi primer yang binatang pun bisa rasakan. Hal-hal seperti amarah, kasih sayang adalah beberapa emosi yang binatang bisa rasakan. Yang binatang tidak bisa rasakan adalah introspeksi karena binatang tidak berpikir dengan simbol, pola pikirnya berjalan dengan isyarat.

K

Apa yang kita bisa tunggu dari Anda di masa mendatang?

E

Nerdwriter akan terus berkembang, dan kualitas konten yang saya kerjakan akan semakin baik. Saya senang sekali dengan Youtube.

K

Apakah mungkin Anda akan berbicara lagi di festival-festival seperti Singapore Writers Festival?

E

Pengalaman ini sangat menyenangkan. Meski tanpa video, saya jadi merasa lebih gugup. Pengalaman sebagai pembicara sangat menyenangkan karena panitia Singapore Writers Festival bekerja sangat baik – saat saya sampai semua hal teknis sudah siap, mereka sangat profesional. Saya juga senang dengan reaksi penonton-penontonya, mereka banyak bertanya dan setelah berbicara saya juga sempat berbincang dengan mereka.whiteboardjournal, logo