visual art

Art
21.11.17

Self Explanatory

“Self Explanatory” digagas oleh Dia.lo.gue Artspace untuk mewadahi perupa-perupa perempuan dan mendorongnya masuk ke dalam radar seni rupa kontemporer lokal.

27.09.17

Art Handling bersama MG Pringgotono

Tidak banyak yang mengetahui art handling di balik berjalannya sebuah pameran seni. Berdasarkan hal tersebut, kami menemui salah satu art handler di Indonesia, yakni MG Pringgotono yang juga aktif dengan kolektif Serrum untuk menanyakan tentang penanganan seni.

31.07.17

UNIQLO T-Shirt (UT) Grand Prix 2018

Kontes desain tahunan UNIQLO T-Shirt (UT) Grand Prix kembali hadir dan kali ini mengangkat tema “Marvel.” Setelah sukses mendapatkan belasan ribu submisi secara global pada kontes sebelumnya, tahun ini UNIQLO memilih Marvel sebagai tema dikarenakan potret heroisme, karakter ikonik serta penceritaan epik yang diproduksi Marvel Entertainment telah menarik perhatian beragam khalayak di dunia. Kontes ini mengajak sosok kreatif di dunia untuk berpartisipasi dalam koleksi UTGP yang akan dirilis pada tahun 2018 dan menunjukkan kreativitas lewat ilustrasi maupun fotografi. Para kontestan akan diminta untuk mensubmit karya berdasarkan karakter Marvel yang terdaftar di sini. Selain akan di ke menjadi koleksi UTGP, karya yang terpilih akan mendapat sebesar US$ 10.000. - Pendaftaran dibuka mulai 24 Juli - 31 Agustus 2017 Info lebih lanjut, kunjungi laman ini

30.07.17

Canadian ‘Field Guide’s’ Guide to Modern Reality

While it may not be the most intriguing way of describing a selective work of art undoubtedly worthy of celebration, perhaps there’s more to this inaugural exhibition at the upcoming Remai Modern’s opening than the title lets on. A collection of some 8,000 works that were previously in the former Mendel Art Gallery, joined by a selective number of Picasso linocuts and ceramics that are to be displayed upon the opening are intended to trigger visitors into raising several questions on modernity and reality. “What is modern? Can art confront reality? What is urgent and why?” are some of them. Perhaps a more conversational experience is what ‘Field Guide’ aims for. And perhaps, in a world of constantly evolving understanding of reality, met with the contradictive stillness of the limited ability of our minds to perfectly grasp the entire picture, a mind-trip into the thought-triggering collection of art that speaks through ‘Field Guide’ is just what’s needed. Who knows? Maybe ‘Field Guide’ could be the unexpected guide that provides its visitors with a wider range of ideas and possibilities of what it means to be modern, and just how art is supposed to have more to do with reality than realized.

27.07.17

Kompetisi Estetika dari Centro Botin

Penantian publik akan pembukaan privat Centro Botin karya Renzo Piano akhirnya terjawab. Kontroversi pembangunannya yang mendapat begitu banyak kritikan terkait lokasinya yang dinilai tidak ramah lingkungan hanya memperbesar kegelisahan dan pertanyaan akan nasib proyek besar Piano yang pertama di Santander, Spanyol ini. Ditambah lagi dengan tekanan akan kompetisi ketenarannya dengan Museum Guggenheim Bilbao yang sudah lebih dahulu meroket ketenarannya di dunia galeri seni. Namun nyatanya satu-satunya pertanyaan yang muncul kini ialah mampukah seni yang terpajang di dalam Centro Botin menyaingi keindahan bangunan yang menjadi rumahnya. ‘Keterbukaan’ yang menjadi ciri khas dari Piano terpampang dengan frontalnya, baik pada interior maupun eksterior bangunan, kental dengan elemen metalik dan bagian-bagian yang seharusnya bersembunyi justru menolak untuk disembunyikan, seperti ventilasi udaranya. Sebuah kompetisi eksotika yang menyulut rasa penasaran bagi masa depan semua jenis seni yang dirumahkan di dalam Centro Botin. Mungkin tanpa perlu terlalu lama berekspektasi, melihat kemewahan ini saja sudah cukup untuk memuaskan kehausan akan keindahan sebuah karya seni.

25.07.17

I too am untranslatable

Ruci Art Space membuka pameran berjudul “I too am untranslatable” pada tanggal 14 Juli lalu. Pameran tersebut dikuratori oleh Roy Voragen yang melibatkan empat seniman asal Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Setiap seniman menampilkan keahliannya masing-masing; Deden Durahman (fotografi), Jabbar Muhammad (seni lukis), Kevin Atmadibrata (seni pertunjukan), serta Theresia Agustina Sitompul (instalasi). Pameran ini mengeksplorasi perjalanan tiap artis untuk meleburkan batasan dan kebebasan tubuh tanpa mempengaruhi satu sama lain. Deden Durahman menampilkan dua seri yang membahas representasi diri sekaligus memperlihatkan krisis dalam kondisi terkini masyarakat. Kemudian Jabbar Muhammad meneruskan fokus yang sudah digarap sejak 2015 bertajuk Eve, yakni tentang konsep dualisme antara model maskulin dan feminin. Kemudian Kelvin Atmadibrata menyuguhkan karya yang menautkan seni pertunjukan, kolase kertas, dan narasi cerita pribadinya. Terakhir, Theresia Agustina Sitompul menunjukan sepasang jalinan keterkaitan di tengah terjangan delusional yang kerap menghampiri pikirannya sembari mempertanyakan sensibilitas pikir dalam medium berkesenian. Keikutsertaan Ruci dalam mendukung pameran ini adalah untuk membantu meningkatkan kesadaran terhadap seni budaya Indonesia yang terus berkembang. Di lain sisi, Ruci ingin berandil dalam menciptakan sebuah wadah antara seniman dan publik dengan menyediakan ruang bereksperimen, mengembangkan, serta mengubah gagasan menjadi simbol maupun objek yang representatif. - 14 Juli - 13 Agustus 2017 Senin-Minggu 11:00 - 19:00 Ruci Art Space Jl. Suryo No. 49 Jakarta

Load More Articles whiteboardjornal, search

Subscribe to the Whiteboard Journal newsletter

Good stuff coming to your inbox, for once.