“Selected Pieces from HNNUNG”, Album Opera Kamar Eksperimental oleh Nursalim Yadi

Music
07.09.18

“Selected Pieces from HNNUNG”, Album Opera Kamar Eksperimental oleh Nursalim Yadi

Memperkenalkan kebudayaan masyarakat Kayaan.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Winona Amabel
Foto: Hasana Editions

Duto Hardono memang dikenal sebagai seniman, namun atas ketertarikannya terhadap bebunyian, ia pun mendirikan sebuah label yang merilis dan mengarsipkan karya-karya seni produksi aural dengan nama Hasana Editions. Beberapa waktu lalu, label ini mengeluarkan 2 album sekaligus, “Acoustic Analog Digitally Composed” oleh Julian Abraham ‘Togar’ dan “Selected Pieces from HNNUNG” oleh Nursalim Yadi Anugerah.

Ketika mendengar trek dalam album “Selected Pieces from HNNUNG” satu per satu, jelas sudah bahwa karya seni dari seorang composer berbasis Pontianak ini menawarkan atmosfer opera kamar. “HNNUNG” sendiri merupakan karya yang ditampilkan tahun 2017 lalu untuk kemudian direkam ulang secara terpisah. Dimainkan oleh Balaan Tumaan Ensemble dan Kerubim Choir, karya ini terinspirasi dari Takna’ Lawe’, yaitu sastra oral tanpa teks fisik dari masyarakat Kayaan Mendalam di Kalimantan Barat. Pada album ini, kehadiran perkawinan instrumen Barat yang mewakili opera kamar seperti contra bass, suling, biola, saksofon, dan perkusi, kemudian instrumen tradisional Kayaan seperti kledi’ dan sape’, telah bercampur dan menciptakan dinamisme yang atraktif.

Tiap trek merupakan potongan kecil yang membangun kesatuan narasi, sehingga sulit untuk menentukan trek menonjol atau paling penting. Namun salah satu trek mencuri perhatian adalah “Hen To!” yang berfungsi sebagai prolog. Terdengar kisruh dengan berbagai tubrukan instrumen, trek ini memiliki aksentuasi khusus pada saksofonnya. Lewat trek ini pula terdapat titik vital dalam membangun narasi Takna’ Lawe’ dan latar belakang budaya Kayaan Mendalam, terutama ketika suara berangsur tenang tatkala memasuki bagian syair yang dinyanyikan choir.

Selain itu ada dua trek yang terasa saling berkaitan erat, yaitu “Ha’ Liling Mataando” dan “Te Ha’ Mataando” seperti bagian klimaks dalam cerita. “Ha’ Liling Mataando” diawali suara solis perempuan yang didukung dengan gesekan biola sendu, seperti rasa pencarian Lawe’ akan Nyalo. Kemudian “Te Ha’ Mataando” terdengar lebih otentik dengan permainan instrumen tradisional. Trek ini diakhiri dengan klimaks berupa pecahan berbagai instrumen yang memekakkan telinga, namun jika ditahan untuk tetap didengarkan tanpa mengecilkan volume, maka akhirnya akan mengantarkan pendengarnya untuk ikut merasa apa yang Lawe’ rasakan.

Sudah jelas bahwa album ini menggambarkan kekayaan musikal Nursalim Yadi Anugerah juga memperkenalkan kebudayaan masyarakat Kayaan, dari mulai sastra oral hingga sonologinya. Sebagai sebuah kesatuan karya seni yang di dalamnya mengandung narasi besar, “Selected Pieces from HNNUNG” berhasil membangun cerita dengan kekuatan dari komposisi instrumen yang solid. Dengan eksperimentasi seni bunyi yang mengeksplorasi unsur-unsur kebudayaan Kayaan juga mengawinkannya dengan opera kamar, karya ini juga telah memberi sentuhan warna, bukan hanya dalam lanskap seni bunyi eksperimental, juga dalam dunia musik Indonesia secara umum. whiteboardjournal, logo