‘Feature Length Nonsense’, Album Nyentrik Terbaru Individual Distortion

Music
04.11.21

‘Feature Length Nonsense’, Album Nyentrik Terbaru Individual Distortion

Adyth juga menggunakan rentang sample yang begitu luas untuk album ini, dari Michelle Branch hingga M.I.A., New Kids on the Block hingga The Whitest Boy Alive, Dälek hingga Jon Brion.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Deandra Aurellia
Foto: Individual Distortion

Seorang musisi noise/elektronik yang juga penggiat seni film, Adyth, mulai bermusik dengan nama panggung Individual Distortion sejak tahun 2005. 

Kini, setelah mengemban semakin banyak pengalaman di musik dan film, antara lain melalui album POP (2011) yang ekspansif serta menyutradarai film dokumenter Bising (2014) mengenai kancah musik noise Indonesia, Adyth hadir kembali sebagai Individual Distortion dengan album ketiga belas, Feature Length Nonsense. Sebuah karya musik berisi 35 lagu dengan durasi sekitar 90 menit, layaknya film panjang — menjadi bukti lebih lanjut kedekatan Adyth terhadap musik dan film.

Dikerjakan selama pandemi, Feature Length Nonsense memuat upaya Individual Distortion dalam menciptakan satu set lagu dengan metode pencomotan alias sampling. “Pada dasarnya, hampir semua drum diambil dari lagu ‘Amen, Brother’-nya The Winstons, tepatnya Amen break yang memang sering digunakan di musik populer,” ungkap Adyth yang terinspirasi memakai sample tersebut dari Atari Teenage Riot, komplotan digital hardcore asal Berlin, Jerman.

Namun selain itu, Adyth juga menggunakan rentang sample yang begitu luas untuk album ini, dari Michelle Branch hingga M.I.A., New Kids on the Block hingga The Whitest Boy Alive, Dälek hingga Jon Brion, bahkan Dewa19 hingga omongan anak punk dari sebuah video yang ia temukan di Facebook. Hasilnya adalah Individual Distortion dengan kepribadian yang tidak pernah ia tunjukkan sebelumnya: nyentrik, tentunya (cek saja judul-judul lagu seperti “How Come Erlend Øye Never Visited Our Country Anymore?”, “I Know Math Rock Better Than You Because I Used to Be a Science Student Back in High School”, dan “Ahmad Dhani Was Fucking Dead Years Ago”), namun terdapat pula kecermatan dalam memilih juga memadukan beragam bunyi yang sebelumnya tak pernah terbayangkan akan bertemu.

Pendekatan Adyth dalam penciptaan Feature Length Nonsense kemudian menginspirasi seniman kolase Moses Sihombing untuk mendesain sampul album yang interaktif. Lewat medium stiker, pemilik album dipersilakan untuk membuat sampul versi mereka sendiri dengan aset visual yang sudah disiapkan Moses — seperti sampling, hanya saja untuk visual. Fakta bahwa album ini dirilis via Kamengski Records pun didasari oleh kesamaan semangat antara Adyth dengan Sulaiman Said — pemilik brand Kamengski yang dikenal akan produk pelesetannya — dalam mengolah hal yang sudah ada menjadi sesuatu yang baru.

Feature Length Nonsense pun menjadi album dengan konsep yang konsisten di berbagai lini. Namun yang lebih penting lagi, inilah album yang paling mewakili latar belakang dan karakteristik Individual Distortion sejauh ini. Sebuah pernyataan kreatif yang menghormati pembentukan diri dan mengingatkan kita akan pentingnya menjadi diri sendiri, meskipun itu meliputi pencomotan dari sana-sini.whiteboardjournal, logo