Industri Webtoon, Serial dan FIlm Adaptasi, serta Para Penikmat: Sebuah Siklus Kerja Sama yang Berkelanjutan

Film
21.12.21

Industri Webtoon, Serial dan FIlm Adaptasi, serta Para Penikmat: Sebuah Siklus Kerja Sama yang Berkelanjutan

Adaptasi webtoon menjadi sebuah film atau serial bukan hal yang asing lagi. Nyatanya, keberhasilan industri ini menjelma menjadi sebuah suatu siklus yang menguntungkan semua aktor di dalamnya.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Hafiza Dina
Foto: Reuters

Adaptasi komik ke dalam bentuk film atau serial bukanlah suatu fenomena yang baru. Bahkan sejak beberapa dekade lalu, saat perkembangan teknologi belum semasif sekarang, sebuah kartun sudah biasa dinikmati dalam dua bentuk sekaligus, yaitu dalam format bacaan dan tontonan. Begitu juga saat ini, ketika akses untuk membaca komik sudah semakin luas dengan kehadiran platform komik online━yang diinisiasi oleh Korea Selatan dan lebih banyak dikenal dengan sebutan webtoon, tayangan yang diadaptasi dari karya-karya tersebut pun satu per satu mulai bermunculan.

Besarnya potensi pengangkatan webtoon dalam sebuah serial atau film menjadi sebuah keuntungan baru bagi para komikus. Dengan biaya produksi yang tidak terlalu mahal, webtoon yang diadaptasi ke dalam bentuk serial atau film tidak hanya meraih keuntungan dari kerja sama dengan layanan streaming sekelas Netflix atau Apple TV Plus saja. Bersamaan dengan meningkatnya popularitas dari tayangan hasil adaptasi, jumlah pembaca dari webtoon yang bersangkutan juga tentu akan meningkat, lengkap dengan penerjemahan karya ke dalam beberapa bahasa berbeda.

Sebutlah Hellbound, sebuah serial terbaru di Netflix yang berhasil mendapatkan peringkat most-watched pada bulan November lalu, merupakan sebuah adaptasi dari webtoon berjudul serupa. Berdasarkan pengalaman Choi Gyu-seok, sang Co-creator dari webtoon Hellbound, para pembuat webtoon cenderung lebih bebas dan fleksibel dalam bereksperimen dengan karya yang mereka ciptakan. Hal ini, dalam pengamatan Choi, berkaitan dengan jumlah orang yang terlibat dalam pembuatan karya tersebut. Jumlah orang yang terlibat dalam pembuatan webtoon biasanya tidak begitu banyak, bahkan tidak jarang juga yang membuat webtoon sendirian, tentu berbeda dengan film atau serial yang harus melibatkan banyak orang.

Choi mengakui bahwa ketika webtoon-nya yang sebelumnya juga diadaptasi ke dalam serial dan film, ia berhasil mendapat penghasilan tiga hingga empat kali lebih besar dari penghasilan tahunannya hanya dalam satu atau dua bulan. Meski besaran pendapatan ini tentu bergantung pada kontrak antara pembuat webtoon, pihak platform, dan pihak ketiga-siapa-pun-itu, pengalaman Choi tetap membuktikan bahwa proses pengangkatan atau adaptasi webtoon ke dalam serial maupun film dapat balik menguntungkan pembuat webtoon itu sendiri.

Fenomena ini seakan menjadi sebuah siklus yang berkesinambungan. Kemunculan platform layanan streaming yang mengadaptasi beberapa webtoon pun mendorong perkembangan industri yang lebih luas: investasi untuk webtoon bertambah dan pembaca mulai berdatangan dari berbagai penjuru dunia. Lambat laun, tuntutan untuk inovasi dalam cerita-cerita webtoon pun menguat, dan dengan investasi yang ada, cerita-cerita fiksi di luar nalar manusia semacam Hellbound pun tetap bisa diproduksi meski memakan ongkos hingga sekitar 12.7-17 juta USD. 

Berdasarkan Webtoon Analysis Service, di Korea Selatan Sendiri, terdapat lebih dari 14 ribu webtoon yang dibuat oleh 9.900 komikus. Lee Hee-youn, Kepala IP Business di Naver Webtoon, melihat angka ini sebagai kekuatan bagi industri webtoon sendiri. Dengan banyaknya cerita yang masih on-going, para pembaca tidak akan kehabisan alternatif. Belum lagi, format ‘komik’ yang kaya akan detail dalam setiap panelnya menjadi nilai tambah bagi suatu webtoon untuk diadaptasi ke dalam bentuk yang lain, seperti film dan serial.

Melalui perusahaan seperti Naver dan Kakao, webtoon berhasil disebarluaskan hingga ke pasar global dan diadaptasi ke dalam bentuk film maupun serial. Kesuksesan Naver dan Kakao terbukti dengan posisi kedua aplikasi besutan Korea Selatan ini di negara lain. Sebutlah di Amerika Serikat, aplikasi Webtoon milik Naver dan Tapas milik Kakao berhasil menempati peringkat kedua dan ketiga di Google Play untuk kategori aplikasi komik. Di negara lain, yaitu Jepang, aplikasi Piccoma milik Kakao dan Line Manga milik Naver juga memiliki banyak peminat, sehingga menduduki peringkat pertama dan kedua.

Lee memaparkan bahwa bisnis webtoon milik Naver melonjak hingga 79% dari tahun lalu pada periode Juli hingga September 2021. Dalam tiga tahun, pengguna aktif bulanan Naver Webtoon meningkat dari 50 juta menjadi 72 juta. Dengan adanya proyek adaptasi webtoon yang dijalankan oleh berbagai platform layanan streaming, ekspansi untuk bisnis Naver Webtoon pun berhasil dilakukan dengan hasil jumlah pengguna di luar Korea Selatan menjadi lebih banyak dari jumlah di Korea.whiteboardjournal, logo