Apakah Kemenangan Louis C.K. di Grammy Membuktikan bahwa Cancel Culture itu Hanya Mitos?

Music
07.04.22

Apakah Kemenangan Louis C.K. di Grammy Membuktikan bahwa Cancel Culture itu Hanya Mitos?

Sorry, what? Komedian Louis C.K bisa-bisanya memenangkan album komedi terbaik di Grammys 2022 untuk ‘Sincerely Louis CK,’ spesial pertamanya sejak 2017 setelah beredarnya tuduhan pelanggaran seksual.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Jesslyn Sukamto
Foto: Kevin Winter/Getty Images

Louis C.K. membawa pulang Grammy untuk “Best Comedy Album” meskipun telah mengaku melakukan pelecehan seksualSorry, what? Komedian Louis C.K bisa-bisanya memenangkan album komedi terbaik di Grammys 2022 untuk ‘Sincerely Louis CK,’ spesial pertamanya sejak 2017 setelah beredarnya tuduhan pelanggaran seksual.


Album C.K., “Sincerely Louis C.K.”, mengalahkan lima nominasi lainnya — termasuk Lewis Black, Kevin Hart dan Chelsea Handler — untuk album komedi terbaik di Grammy Awards ke-64. Album comeback tersebut merupakan rilisan pertamanya sejak ia dituduh melakukan tindakan masturbasi di depan beberapa rekan wanita pada November 2017 silam.

Pengguna Twitter segera mengecam setelah pengumuman kemenangannya, banyak di antaranya menunjukkan ironi bahwa album pemenang C.K. membuat ringan kesalahan yang sangat menggelincirkan karirnya bertahun-tahun yang lalu.

So much for “cancel culture”, apparently you can just do whatever you want if you’re famous.” tweet dari sebuah user @BoboTalkClown.


Pada 2017, sedikitnya lima perempuan menuduh komedian itu melakukan perbuatan tak senonoh. Klaim-klaim berkisar dari pelawak tersebut masturbasi di depan mereka untuk kesenangan dirinya sendiri. The New York Times telah mengumpulkan kisah lima wanita selama beberapa tahun.

Ini merupakan kemenangan Grammy ketiga dalam karir C.K. tetapi merupakan kemenangan yang pertama sejak tuduhan pelecehan ditujukan kepadanya pada tahun 2017. C.K. mengakui klaim-klaim tersebut benar.

“Pada saat itu, saya berkata pada diri sendiri bahwa apa yang saya lakukan tidak ada salahnya karena saya tidak pernah menunjukkan kepada seorang wanita penis saya tanpa bertanya terlebih dahulu,” katanya pada 2017. “Saya telah menyesali tindakan saya. Dan saya mencoba belajar dari mereka. Dan lari dari mereka.”

Kejadian ini menguak backlash yang menaikkan isu-isu seperti maraknya cancel culture terhadap komedian tersebut. Ini bukanlah isu yang relatif baru, Marilyn Manson — terkenal akan karyanya di album “Donda” beserta Kanye West — juga dituduh oleh banyak wanita atas tindakan pelecehan seksual dan juga di-’cancel’ oleh penggemar Kanye.

Walaupun kasus tersebut sempat booming, Kanye West ketika ditanya tentang dukungannya terhadap Manson malah merespon dengan membandingkan cancel culture itu sama halnya dengan buku “1984” oleh George Orwell — sebuah distopia dimana ini merupakan sebuah tindakan kontrol pikiran dan mentalitas massa. 

Respon Ye atas pembelaan tersebut sangatlah menyedihkan bagi para penggemarnya — juga dengan korban pelecehan Rachel Wood yang merasa sangat “tertampar” dan terkhianati atas sikap apatis yang dimiliki Ye.

Akhir tahun lalu, setelah orang-orang mempertanyakan mengapa orang-orang seperti C.K. dan Marilyn Manson masih bisa dinominasikan untuk penghargaan, CEO Recording Academy Harvey Mason Jr. malah mengatakan itu “tidak akan membatasi” pengiriman yang memenuhi syarat.

“Kami tidak akan melihat kembali sejarah orang, kami tidak akan melihat catatan kriminal mereka, kami tidak akan melihat apa pun selain legalitas dalam aturan kami — apakah rekaman untuk karya ini memenuhi syarat berdasarkan tanggal dan kriteria lainnya. Jika ya, mereka dapat mengajukan untuk dipertimbangkan,” katanya kepada The Wrap.

Ini menimbulkan terpecahnya pendapat di mana satu sisi menanyakan apakah komedian tersebut berhak mendapatkan penghargaan bahkan setelah tindakan pelecehannya? Dan di sisi lain menanyakan, apakah latar belakang seseorang tidak perlu dipertimbangkan dalam menentukan talent seseorang?whiteboardjournal, logo